Bicara Baik-baik

2 0 0
                                    

Rani begitu canggung ketika dirinya kini berada di dalam kamar Dea. Ia baru kali ini melihat isi kamar Dea yang ternyata dipenuhi alat-alat olahraga.

"Rani. Duduk dulu. Malam ini kamu tidur sama aku, ya." Ucap Dea yang mengambil handuk dan satu stel pakaian dari lemarinya. Rani pun dengan malu-malu duduk di pinggiran tempat tidur Dea.

Lantas Dea pun mengambil satu stel pakaian yang berukuran besar dan longgar. Karena memang ukuran tubuh Rani yang begitu jauh lebih besar daripada Dea.

"Nanti kamu pakai baju ini, ya." Ucap Dea sambil memberikan satu stel pakaian itu ke Rani. Lalu Rani pun dengan ragu-ragu menerimanya.

Kelakuan Rani yang begitu canggung membuat Dea begitu tidak enak hati. Dia menyadari, semenjak Rani dituduh sebagai pengedar narkoba, hubungannya dengan perempuan kesayangannya Rino itu memang agak merenggang.

Lantas Dea pun beranjak dari sebelah tempat Rani duduk, lalu ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selang beberapa saat, akhirnya dua perempuan itu sudah selesai membersihkan diri dan mereka berdua ingin tidur. Apalagi besok adalah hari pertama Rani bekerja, jadi sebisa mungkin mereka berdua tidur jangan terlalu larut.

"Rani, kamu mau lampu kamarnya dimatikan atau dinyalakan saja?" Tanya Dea, ketika melihat Rani sudah mulai tidur-tiduran di salah satu sisi tempat tidur.

"Dimatikan saja." Jawab Rani, lalu perempuan itu memejamkan matanya.

Dea pun menuruti permintaan Rani. Ia mematikan lampu kamarnya, lalu menyelimuti Rani. Lalu Dea pun juga tidur dengan menghadap ke arah punggung Rani.

Beberapa saat kemudian, Dea tertidur pulas. Rani saat itu masih belum bisa tidur. Dia lalu membuka matanya dan melihat kamar begitu gelap. Dengan keadaan tersadar, namun tidak mau beranjak dari tempat tidurnya, perempuan itu merenung.

Rani begitu ingat kejadian lebih dari 10 tahun yang lalu itu. Dulu, Rani sangat berharap bisa mendapatkan keistimewaan seperti ini. Diperhatikan dan begitu disayang oleh Dea, bisa dekat lagi dengan Dea, bisa bekerja di lembaga antariksa, sesuai keinginannya, dan juga bisa memiliki Rino seutuhnya.

Namun, semua itu berubah. Rani sangat menyesal mengapa hal seperti ini tidak ia dapatkan justru pada saat ia sangat menginginkannya. Justru ia mendapatkan keistimewaan ini ketika ia sudah benar-benar tidak menginginkannya.

Rani kecewa. Ia lalu meremas bantal yang menjadi tempatnya menyandarkan kepalanya. Lambat laun ia sudah tidak dapat menahan kesedihannya itu, air matanya menetes membasahi bantal itu, dan Rani menangis sesegukan sambil menahan suaranya. Supaya Dea tidak terbangun.

Namun tanpa Rani sadari, Dea sebenarnya agak terusik ketika ranjangnya bergoyang. Perempuan yang menggeraikan rambutnya saat tidur itu membuka matanya, dan ia melihat punggung perempuan di depannya itu bergetar.

Dea sadar, saat ini Rani sedang menangis. Mungkin karena sedang merasa sangat kesepian dan terasing. Apalagi saat ini yang berada di sisinya bukan Lion.

Dea lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Rani. Lalu ia pun memeluk tubuh Rani. Lalu ia kembali tidur.

---

Tok tok tok

Suara pintu masuk apartemen Lion kembali diketuk dari luar. Namun kini suara ketukan itu terdengar jauh lebih sopan daripada tadi siang menjelang sore.

Lion yang baru saja selesai mengantarkan pesanan para pelanggannya itu, dan membereskan peralatan packing sayuran itu langsung berjalan ke arah pintu masuk apartemennya.

Dengan penuh tanda tanya, ia pun tanpa ragu terus berjalan, sehingga ketika ia membuka pintu masuk tersebut, kebingungan Lion semakin menjadi ketika melihat Rino.

Rino kini bertamu ke tempat tinggal Lion tidak dengan rasa penuh amarah. Namun pria yang bahkan belum sempat mengganti pakaiannya dengan yang tadi siang itu menatap sang tuan rumah dengan penuh penyesalan.

"Ada apa, Rino? Bukannya urusan kita sudah selesai?" Tanya Lion.

"Belum, belum selesai." Jawab Rino dengan sopannya.

Lantas Lion pun teringat sesuatu. "Ah, mungkin kamu mau mengambil koper Rani yang tertinggal di sini, ya? Sebentar biar aku ambilkan, sepertinya dia tadi masih belum sempat membongkar kopernya." Lantas Lion pun beranjak dari tempatnya berdiri, namun belum sempat melangkah, Rino menahan tangan Lion.

"Tidak. Yang itu biar aku saja yang ambilkan." Lantas Lion membalikkan tubuhnya menghadap Rino. "Ada yang  ingin kubicarakan denganmu, berdua saja. Soal yang tadi siang."

Lion menghadap Rino dengan ekspresi wajahnya yang kembali dipenuhi tanda tanya.

"Ya sudah, ayo kamu masuk saja." Lantas Lion mempersilahkan Rino untuk masuk ke dalam apartemennya.

Selagi Lion menyiapkan teh manis hangat beraroma Jasmine itu ke Rino, Rino memerhatikan seluruh interior ruangan apartemen Lion. Ia melihat begitu banyak sayuran hidroponik yang ditanam di situ.

"Jadi kamu sekarang berubah menjadi petani sayuran hidroponik, ya?" Tanya Rino setelah Lion menyuguhkan teh herbal itu ke Rino. Rino menyesap teh hangat itu yang aroma dan rasanya begitu menenangkan. Ditambah aroma tanaman lavender yang baunya sangat membuat rileks itu.

"Pantas saja, Rani begitu tenang berada di sini." Batin Rino.

"Ya. Sebenarnya sedari dulu aku sudah menjadi petani sayuran hidroponik ini. Semenjak aku mengenal Rani sebagai kakak kelasku." Jawab Lion.

"Apa hubungannya dengan Rani?" Lantas Rino meletakkan cangkir teh manis hangat itu.

"Aku di dunia nyata begitu mengidolakannya. Karena ketekunan Rani, aku begitu termotivasi untuk mempelajari apapun dan memperbaiki nilai-nilai akademisku. Ternyata ketika aku tekun belajar, aku menyadari kalau ternyata aku menyukai ilmu biologi. Terutama soal botani."

"Jadi sebelum menikah dengan Rani, kamu sebenarnya hanya mengidolakan dia? Apakah kamu sebenarnya tidak mencintainya?"

"Aku tidak mencintai Rani. Sebenarnya. Aku menikah dengannya, saat itu selain karena dia memang targetku untuk menjadi kurban dunia belenggu," Lion menatap lekat-lekat Rino. "Dia sudah pasrah dengan kehidupannya di dunia nyata."

"Tapi itu semua sudah berakhir, kan Rino? Berkatmu dunia belenggu sudah hancur. Makanya kenapa Rani begitu hancur dan kecewa dengan keputusanmu untuk menghancurkan Dunia Belenggu?" Lanjut Lion.

"Itu semua sudah berakhir Lion. Tolong jangan bawa-bawa lagi dunia belenggu." Ucap Rino pasrah. Dia benar-benar sudah tidak mau memikirkan soal dunia belenggu dan kejadian terakhir itu.

"Kalau begitu, berubahlah, Rino. Jangan menjadi pria yang seperti saat kamu bersama Dena dulu. Aku tahu tujuanmu sampai mengeluarkan sosok mutan elangmu itu untuk menyelamatkan Rani. Namun apabila kamu setelah berhasil mendapatkan Rani, kamu justru tidak mampu membuatnya begitu nyaman dan aman seperti ketika kamu berpacaran dengannya, apa gunanya dunia belenggu itu hancur?"

"Dengan sikapmu seperti tadi siang, ditambah Rani yang keadaan psikologis nya pernah hancur, apakah kamu bisa menjamin Rani akan bisa bahagia? Apalagi dengan keputusanmu dan Dara yang berusaha dan berhasil mewujudkan impian Rani yang sudah begitu lama dilupakan karena ia merasa sudah tidak mampu meraihnya? Apakah kamu pernah berpikir bagaimana perasaan Rani?" Lagi-lagi Rino mendapatkan ceramah. Kali ini dari Lion.

"Lion." Ucap Rino lirih.

Lion melihat Rino yang tidak mampu berkata-kata. Lion pun sadar, seandainya Rino saat ini dikuasai dengan sifat arogannya, ditambah apabila mutan elang masih bersemayam di tubuh pria itu, Lion pastinya tidak akan berani mengatakan hal seperti itu.

"Maaf, Rino. Mungkin perkataan ku agak terlalu keras kepadamu. Kamu boleh menghancurkan aku lagi. Toh aku juga di dunia nyata sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dion, Doni, Roni saja, aku tidak tahu kabarnya bagaimana."

"Lion. Kita di sini sudah sama. Aku tidak mau membahas masa lalu mengenai mutan-mutan itu lagi. Kamu memang seharusnya mengatakan hal-hal keras itu kepadaku. Karena itu memang untuk kebaikan Rani." Lalu Rino beranjak dari tempat duduknya. "Terimakasih atas teh manis hangatnya. Aku mau mengambil koper milik Rani dan pergi dari apartemen mu."

"Terimakasih Lion. Karena sudah memaafkan ku. Dan selamat malam, selamat beristirahat." Ucap Rino beberapa saat setelah ia mengambil koper milik Rani, dan kini sudah berada di pintu masuk apartemen Lion.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang