Tidak akan Meninggalkanmu

2 0 0
                                    

Sore menjelang ketika Don puas tidur siang. Pria itu yang sudah tidak sabar menunggu sore tiba itu langsung melakukan panggilan video call kepada istrinya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya sampai malam menjelang.

Don yang memang selama seminggu itu sama sekali tidak melakukan kegiatan apa-apa memang ingin sekali menghabiskan waktu istirahatnya bersama keluarga kecil kesayangannya itu.

Hingga pada akhirnya malam pun tiba. Saat itu putra dan putri sudah kembali ke kamarnya masing-masing untuk belajar dan mengerjakan PR. Dan Nina kini yang handphonenya masih tersambung panggilan video itu berjalan ke kamarnya.

"Sayang. Sekarang waktu kita berdua." Ucap Don yang tersenyum sayang kepada istrinya itu. Sedangkan Nina yang sudah berganti pakaian menjadi baju tidur itu sedang asik berbaring di ranjangnya. Menunggu rasa kantuk itu datang.

"Sayang. Apakah ada seseorang yang berusaha merenggut kebahagiaanmu lagi?" Tanya Don.

Pertanyaan suaminya itu membuat Nina yang tadinya mulai mengantuk tiba-tiba matanya melebar lagi. Ia pun gelagapan karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku... Aku..." Tanya Nina yang kebingungan. Ia sebenarnya tengah merasa kembali terancam karena status pernikahannya dengan seorang pria yang menjadi idola banyak orang ini. Namun ia sebenarnya tidak mau mengaku hal itu kepada Don.

Melihat Nina yang kebingungan. Melihat wajah istrinya yang berusaha menutupi sesuatu, Don masih menyunggingkan senyum sayangnya.

"Tadi pagi kenapa nangis? Cerita, dong." Rayu Don.

"Aku... Aku tadi pagi gak nangis, kok." Ucap Nina berbohong, namun Don tahu kalau istrinya itu baru saja berbohong kepadanya.

Alih-alih marah karena dibohongi, Don justru tertawa kecil.

"Sayang. Tadi pagi pas video call terlihat sekali kalau mata kamu sembap karena habis menangis. Dan aku yakin, sangat yakin, kalau hal yang membuatmu meneteskan air mata itu justru karena rasa sakit di hatimu. Dan juga rasa terancam akan kehilangan kebahagiaanmu."

"Kamu sok tahu, Don. Aku tidak sesedih itu. Aku tidak merasakan apa-apa, kok yang membuatku terancam dan sakit hati." Ucap Nina yang acuh. Ia masih tidak mau mengaku kepada suaminya tentang apa yang telah terjadi selama tiga hari itu.

"Bagaimana dengan kakakmu?" Tanya Don.

"Kakak? Kenapa dengan kakakku? Kamu naksir dia, kan? Kalau memang kamu lebih menyukainya daripadaku,  kamu boleh ceraikan aku dan menjadi miliknya." Ucap Nina dengan tegas. Padahal sebenarnya kalau boleh, Nina ingin supaya Don selalu menjadi miliknya.

"Sayang. Dari perkataan mu barusan, aku tahu kalau kakakmu itu mengancammu supaya menyerahkan diriku ke perempuan yang menjadi kakak iparku itu." Nina mematung.

"Sayang?" Tanya Don. Namun Nina tetap membisu.

"Sayang. Jawab aku." Don terlihat kuatir. Nina tersadar.

"Bagaimana kamu bisa tahu, Don? Padahal aku hanya bicara ngelantur. Kamu kan tahu, walaupun kamu adalah milikku, tapi banyak orang di luar sana yang terobsesi pada tubuhmu dan berambisi untuk merebutmu dariku." Ucap Nina jujur. Ia bahkan selama ini seringkali melihat banyak pasang mata yang melihat suaminya dengan tatapan penuh nafsu. Padahal kini Nina dan keluarga kecilnya sudah tinggal di desa.

Bahkan, selama Don berada di kota, Nina bisa membayangkan berapa banyak orang-orang yang memandangi suaminya dengan penuh nafsu, dan berusaha meraih suaminya itu untuk menjadi milik mereka.

Membayangkan itu, Nina kembali sendu.

"Perlukah aku menunjukkan buktinya padamu, sayang?" Tanya Don yang lagi-lagi dijawab diam oleh Nina.

Guratan Kehidupan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang