Walaupun harus berpisah dengan seluruh orang yang berada di mansion itu, Erika sama sekali tidak merasa sedih dan ketakutan. Melihat wajah pria yang kini tengah dipelukannya, gadis kecil berpakaian manis itu merasa dirinya akan aman-aman saja apabila berada di keluarga kecil yang dulu pernah menolongnya itu.
Ari tersenyum kecil dan sama sekali tidak mempermasalahkan apabila kali ini ia harus duduk sendirian di bangku kemudi seperti seorang supir. Karena memang Erika yang meminta Don supaya duduk di belakang dengannya.
Pada saat perjalanan, Erika sama sekali tidak mau melepaskan pelukannya kepada Don. Ia merasa sangat bahagia karena telah bertemu dengan pria dewasa yang baik hati ini. Sedangkan Don, ia hanya pasrah karena tidak tega apabila harus melepaskan diri dari pelukan gadis kecil itu.
Setelah beberapa saat mampir sebentar ke sebuah toko untuk membelikan pesanan putra dan putri, Don pun masuk kembali ke dalam mobil itu. Dan lagi-lagi Erika memeluk pinggang Don dan menyembunyikan wajahnya di perut Don. Don yang sudah terbiasa disentuh dengan banyak orang itu sama sekali tidak merasa geli. Ia lalu mengelusi ujung kepala Erika.
"Don. Kamu jadi mampir ke toko bunga itu?" Tanya Ari yang melihat kelakuan Don yang begitu manis kepada Erika dari kaca spion.
"Tentu saja. Itu harus, Ri." Jawab Don.
"Erika. Om mau mampir sebentar ke toko bunga. Kamu mau ikut melihat bunga-bunga di sana?" Ucap Don ketika mobil itu sampai di sebuah toko bunga.
Erika yang sedari tadi menggesekkan hidungnya di perut Don pun mendongakkan kepalanya. Ia melihat di jendela banyak sekali tanaman hias yang terlihat begitu cantik dan sejuk. matanya begitu berbinar-binar karena ia sangat menyukai tanaman-tanaman indah itu. Apalagi saat di mansion, ia senang sekali menghabiskan waktu senggangnya di taman belakang yang dipenuhi pemandangan indah dan tanaman-tanaman cantik.
"Aku mau ikut, om. Aku mau lihat-lihat tanaman-tanaman itu." Jawab Erika.
"Ya sudah, ayo." Lantas Don membuka pintu penumpang itu, dan Erika langsung turun setelah Don membukakan pintu untuknya.
"Ari. Kamu gak ikut?" Tanya Don.
"Tidak usah. Biar kalian saja. Aku sudah cukup puas melihat banyak sekali tanaman-tanaman hias di mansion." Jawab Ari sambil terkekeh.
---
Erika kembali terpukau melihat banyak sekali tanaman rimbun yang begitu hijau di sana. Mereka semua yang beraneka warna walaupun didominasi oleh warna hijau terlihat begitu indah dan sejuk.
Ia lantas berjalan-jalan memerhatikan tiap-tiap tanaman hias yang dijajakan di sana. Sedangkan Don kini tengah berbicara dengan penjual bunga itu.
"Aku ingin semua jenis bunga Daisy yang kamu punya dibawa ke mobil itu. Masing-masing satu tanaman saja." Ucap Don sambil menunjukkan mobil hitam yang dikendarai Ari.
"Bapak serius?" Tanya penjual itu, Don mengangguk mantap.
"Toh lagipula aku sudah mendapatkan potongan harga, bukan?" Jawab Don sambil tersenyum manis.
"Iya, pak. Siap laksanakan!" Lantas tanpa ragu-ragu penjual itu memisahkan tanaman-tanaman hias pesanan Don dan membawa semuanya ke dalam bagasi mobil Ari. Beberapa tanaman itu dibawanya dan Ari yang melihat pria itu kelimpungan segera membantunya menaruh tanaman-tanaman satu keluarga namun berbeda jenis itu ke dalam bagasinya.
"Pria itu benar-benar membeli sebanyak ini?" Tanya Ari yang tidak percaya sambil membantu penjual tersebut.
"Iya, mas. Hari ini saya untung banyak karena diborong oleh pria itu." Jawab penjual itu dengan penuh semangat.
Selagi Ari dan penjual itu sibuk memasukkan tanaman-tanaman berjenis bunga Daisy itu, Don melihat Erika terpukau dan terus memandangi sebuah tanaman berbunga. Erika sedari tadi terdiam menatap tanaman bunga berbentuk kuncup dengan dedaunan yang panjang dan lancip itu. Don melihat gadis kecil itu sepertinya menginginkan tanaman itu.
"Kamu menginginkannya, Erika?" Tanya Don yang kini berdiri di belakang Erika.
Erika menoleh ke belakang. Ia melihat Don yang kini tengah mengelusi ujung kepalanya sambil tersenyum manis kepadanya. Erika sebenarnya menginginkan tanaman indah itu. Namun ia merasa tidak enak kepada pria dewasa yang mengayominya itu. Karena ia menginginkan tanaman itu, bukan membutuhkannya.
"Ah, tidak usah om. Aku tinggal di rumah om saja sudah sangat senang, kok. Lagipula aku tidak membutuhkan tanaman itu. Aku juga tidak punya uang untuk membelinya." Lantas Erika menggenggam jari telunjuk Don dan menarikannya menuju mobil Ari.
"Sayang." Don pun menjongkok supaya mensejajarkan dirinya kepada Erika. "Kamu tidak usah membayar tanaman itu. Kalau kamu memang menginginkannya, maka om yang belikan untukmu. Kamu jangan merasa tidak enak seperti itu kepada om." Lantas Don lagi-lagi mengusap ujung kepala Erika.
"Pak." Panggil Don kepada penjual tanaman itu yang baru saja selesai menaruh tanaman-tanaman pembelian Don itu ke bagasi mobil. "Aku ambil tanaman lili hujan ini satu, ya. Untuk gadis manis ini."
"Iya, pak." Lantas tanpa berlama-lama lagi penjual itu membungkus satu tanaman lili hujan itu dan memberikannya kepada Erika. Erika terlihat sangat senang karena diberikan tanaman indah itu dari Don.
"Sekarang kamu masuk ke dalam mobil, ya. Om mau bayar dulu sebentar." Ucap Don yang sambil mengelusi ujung kepala Erika. Erika menatap Don dengan matanya yang berbinar-binar lalu mengangguk dengan penuh semangat.
Selagi Don melakukan pembayaran kepada penjual itu, Erika dengan senyumnya yang sangat manis dan tidak mampu dihapusnya itu masuk ke dalam mobil. Ia terus memerhatikan tanaman bunga lili pemberian Don itu dengan tatapan penuh kasih sayang. Ari yang melihat itu juga merasa sangat senang karena Don benar-benar sangat menyayangi gadis kecil itu.
"Paman lihat!" Seru Erika sambil memamerkan tanaman bunga lili itu kepada Ari. "Aku senang bermain ke taman belakang karena aku senang melihat bunga ini. Dan sekarang aku mempunyai satu dari bunga ini." Ucap Erika dengan penuh semangat.
"Bagus, Erika. Tanaman nya cantik. Dan akan lebih cantik kalau kamu benar-benar menyayangi dan merawat tanaman itu. Sehingga tanaman itu akan sangat senang dengan Erika. Jadi dia akan beranak dengan sangat banyak dan terlihat lebih rimbun dan indah." Ucap Ari.
"Iya, paman. Nanti kalau aku sudah sampai di rumah om itu. Aku akan langsung merawat tanaman ini." Ucap Erika sambil tatapannya kembali melihat bunga berkuncup putih itu. "Tanaman ini sangat indah paman. Aku sama sekali tidak menyangka telah mempunyai tanaman ini untukku sendiri."
"Om yang tadi itu namanya Om Don. Erika. Dia memang orang yang sangat baik. Paman yakin kamu akan sangat bahagia tinggal bersama om itu dengan keluarga kecilnya." Lantas Ari pun membenarkan posisi duduknya lagi ke arah depan. "Ya walaupun mungkin kamu akan sedikit kesal dengan kelakuan om itu yang seringkali bikin ulah apabila sudah bersama keluarga kecilnya."
"Maksud paman? Om Don itu nakal dan jahat?" Tanya Erika yang tidak percaya. Sedikit ketakutan terhias di wajah manis milik Erika.
"Kamu jangan takut Erika. Om Don itu tidak jahat. Bisa dibilang ia itu tengil. Senang membuat anggota keluarganya kesal dengan kelakuan absurdnya, namun tidak pernah membuat mereka semua sakit hati dan sedih. Nanti kamu juga akan mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...