Sudah hampir dua bulan Rino berdiam diri di apartemennya. Selama itu juga ia tidak tahu mau melakukan apa.
Rino teringat sekali saat terakhir ia berada di apartemen miliknya itu beberapa bulan yang lalu. Saat itu, Rino yang begitu hancur dan apartemennya berantakan karena minuman keras yang berceceran dimana-mana itu dijemput oleh Dena.
Padahal sebenarnya Rino sama sekali tidak pernah memberitahukan kepada istrinya itu dimana lokasinya saat itu. Dan Rino masih bingung bagaimana mungkin Dena bisa mengetahui lokasinya saat itu.
Waktu terus berlalu, Rino yang sudah benar-benar selesai membersihkan apartemennya benar-benar bingung melakukan apa. Rino tidak tahu dengan pikirannya saat ini. Ia merasa sangat bebas, sebenarnya semenjak Dena berubah Rino juga merasa sangat bebas dan dicintai.
Namun kini ia merasa aneh. Mengapa Dena sampai saat ini masih tidak mau menjemputnya? Padahal dengan kekuasaannya itu, Dena bisa saja dengan sangat mudah menemukan dirinya.
Dalam lamunannya, Rino berpikir. Apakah Dena benar-benar ingin membebaskan dirinya? Dan membiarkan dirinya pergi kemanapun yang ia mau?
Rino melihat akun rekeningnya, walaupun uangnya di akun rekeningnya masih sangat cukup untuk beberapa tahun, namun ia juga perlu pekerjaan untuk pemasukan. Lantas ia kembali ingat dengan Don. Mungkin ia dapat bekerja di perusahaan investigator itu.
"Halo, Rino?" Ucap suara seorang pria yang begitu dalam dan tenang yang berada di sambungan Rino.
"Don?" Tanya Rino memastikan.
"Iya, aku sendiri. Ada apa?" Tanya Don yang terdengar penasaran. Masalahnya Don sama sekali tidak mempunyai urusan dengan Rino saat ini.
"Anu, maaf. Tapi apakah di perusahaanmu sedang ada lowongan pekerjaan? Sebagai aktuaris begitu?" Tanya Rino.
"Lowongan pekerjaan? Bukannya selama ini kamu kerja di perusahaan Dena?"
Rino terkekeh. "Aku pergi dari Dena, Don. Aku ternyata masih tidak bisa melupakan masa laluku. Aku tidak mau menyakiti Dena denganku yang ternyata tidak dapat membalas cintanya."
Don yang berada di sambungan itu terdiam. Lalu beberapa saat kemudian pria itu kembali berbicara.
"Untuk lowongan Aktuaris mungkin aku butuh yang freelance. Apalagi mengingat posisimu saat ini yang tidak memungkinkan aku mengangkatmu sebagai pegawai tetap." Ucap Don.
"Kenapa, Don? Aku tidak bisa menjadi pegawai tetap?" Tanya Rino.
"Kamu mulai besok bekerja di perusahaan ku. Hari ini aku akan mencarikan pondok untuk tempatmu tinggal. Untuk tidak dapat mengangkatmu sebagai pegawai tetap, aku akan menjelaskannya nanti." Ucap Don menerangkan.
"Baik, Don." Lalu sambungan itu terputus.
---
Don menepati janjinya. Setelah pria itu menemukan tempat untuk bernaung selama di desa, Don lalu menghubungi Rino untuk menempati pondok itu.
Pagi harinya, Rino pun sudah bekerja di perusahaan Don. Karena kegiatan itu terlalu mendadak, ditambah pekerjaan Rino yang harus selalu berhubungan dengan Don dan begitu vital, maka Rino juga harus satu ruangan dengan Don.
Rino yang memang sudah terbiasa menjadi seorang Aktuaris sama sekali tidak menemukan kesulitan saat mengerjakan pekerjaannya. Dan ia selalu memberikan laporan kepada Don dengan tepat waktu.
Dan lagi-lagi Don merasa sangat senang. Karena ia lagi-lagi menemukan karyawan yang begitu tepat.
Walaupun begitu, Don tahu. Ia sewaktu-waktu dengan waktu yang mungkin tidak lama lagi akan berpisah dengan Rino. Karena ia mempunyai alasan yang sebaiknya Rino tidak mengungkiri dan mengabaikan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Kehidupan S2
RomanceBaca Guratan Kehidupan S1 dulu, ya. supaya lebih mengerti alur ceritanya. penyesalan terbesar bagi Dena adalah merebut paksa Rino, dengan berbagai cara, dari pelukan Rani. Walaupun Dena kini sudah berhasil mendapatkan Rino, bahkan seluruh semesta me...