Ch.05 - Nosy

1.6K 140 2
                                        

Semua orang tentu berharap untuk melihat hal yang indah ketika pertama kali membuka mata. Udara menenangkan dari hawa sejuk dipagi hari, suara burung-burung berterbangan, persis seperti fantasi di dalam cerita dongeng. Pada kenyataan, kehidupan sesungguhnya tidak seperti itu. Atau mungkin hanya berlaku bagi sebagian manusia kurang beruntung seperti seorang Jung Wooyoung.

Jangankan di sambut dengan suara burung-burung berterbangan, kedua telinga Wooyoung justru di paksa menyerap jeritan nyaring dari bibi pemilik apartemen. Wanita berambut hitam gelap sebahu bergelombang itu, tanpa rasa kasihan menggedor pintu apartemen Wooyoung dipagi-pagi buta.

"Ada apa ? Bukankah seharusnya jatuh tempoku masih dua hari lagi ? Aku juga tidak menunggak."

Wooyoung dengan wajah kusam khas bangun tidurnya menguap lebar didepan ibu pemilik apartemen. Tangannya menggaruk puncak kepala, membuat rambut hitam miliknya berantakan.

"Aku kira kau sudah lupa. Kalau kau masih ingat, kenapa belum memindahkan barang ? Waktumu tinggal dua hari. Orang yang membeli tempat ini sudah bilang kalau dia ingin tempat ini sudah benar-benar sudah kosong saat dia datang. Tolong jangan mempersulit bisnisku," keluh wanita itu.

Ini sudah ketiga kalinya Wooyoung mendengar kalimat yang sama. Tidak bisakah wanita itu mengerti sedikit keadaan Wooyoung sekarang ?Kalau saja mencari tempat tinggal baru semudah mencari buaya darat di club malam, Wooyoung sudah pindah dari jauh-jauh hari. Ada 7 tempat yang sudah Wooyoung datangi dalam dua minggu terakhir ini, ia sampai rela cuti dari pekerjaannya, tapi itu pun masih belum juga membuahkan hasil.

Harga apartemen dari tahun ke tahun semakin naik, sulit sekali menemukan harga yang sesuai dengan keinginan. Kalau pun ada, tidak perlu berekspetasi tinggi untuk mendapatkan fasilitas layak huni karena sudah pasti tempat itu akan terlihat seperti gudang dan sekecil kandang hewan.

Wooyoung tidak mengharapkan tempat tinggal yang mewah, ia tidak masalah dengan ruangan sempit selama tempat itu layak dihuni. Murah, memiliki sirkulasi udara yang bagus, toilet yang nyaman, dan pastinya tidak dibawah tanah.

Demi apapun, Wooyoung benci gelap.

Sampai saat ini Wooyoung belum juga menemukan satu tempat yang memenuhi kriteria idamannya.

Wooyoung juga sadar ia akan diusir sebentar lagi. Wanita itu sudah memperingatinya dari jauh-jauh hari. Sebenarnya ini sedikit tidak adil mengingat wanita itu memutuskan kontrak sewanya sepihak dengan alasan seseorang sudah membeli gedung tiga lantainya untuk di jadikan toko. Ya padahal selama ini Wooyoung termasuk penyewa teladan. Tidak pernah membuat keributan, tidak pernah merusak kamar apartemen, dan juga Wooyoung tidak pernah terlambat membayar sewa bulanan.

"Aku tahu ini salah, tapi aku sudah memberi waktu yang cukup untukmu mencari tempat baru. Aku juga tidak menagih uang sewamu bulan ini karena aku sangat mengerti posisimu, jadi tolong jangan mempersulit keadaan. Kau dan aku sama-sama butuh uang kan ?" raut wanita itu memohon.

Wooyoung mengulum senyuman paksa. "Ya, aku mengerti. Tidak perlu khawatir, aku janji aku pasti akan pindah, paling lama sampai besok malam."

"Nah, bagus kalau begitu. Jadi, apa kau sudah mendapatkan tempat tinggal baru ? Dimana ?"

"Ada, dekat sini, Aku janji besok ini sudah kosong."

Tanpa menunggu balasan, Wooyoung menutup pintu dengan sedikit membanting keras. Batinnya bergejolak marah, tapi apa mau di kata, ia tidak punya hak. Selama ini wanita itu memperlakukan Wooyoung cukup baik, memberikan harga sewa murah dan tidak pernah melarangnya melakukan sesuatu. Sekarang Wooyoung hanya perlu mulai memikirkan dimana ia akan tinggal setelah ini. Wooyoung sudah janji akan pindah besok malam. Bodohnya, Wooyoung baru saja berbohong tentang mendapatkan tempat tinggal baru. Memang idiot.

Desire || Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang