Ch.58 - I'm Sorry

661 57 9
                                    

Bunyi sirene memekakkan telinga. Kacau, situasi benar-benar kacau. San berlari dengan panik, air matanya mengalir deras setiap kali ia mendorong bangsal rumah sakit menyusuri koridor. Kedua netranya tidak pernah lepas dari sosok pemuda yang tertidur diatas bangsal dengan tubuh penuh luka. Teriakan heboh dari para perawat yang sibuk memanggil dokter tidak San hiraukan. Tangan bergetarnya menggenggam jemari dingin pemuda itu erat-erat berharap kedua kelopak indahnya itu akan terbuka dan menatap San namun—nihil.

Yunho, Mingi dan Yeonjun ada disana, ikut berlari dibelakang San. Ketiganya sama-sama terlihat khawatir, tapi sepertinya tidak ada yang merasakan kesakitan sedalam yang San rasakan sekarang.

'Eomma ... Eomma !'

Sekelebat kenangan masa lalu lewat dibenak San. Ketakutan yang sama tiba-tiba menghampirinya. Malam dimana San harus mengantar tubuh sekarat sang Ibu kerumah sakit sendirian. Ia juga berlari mendorong bangsal rumah sakit dengan teriakan panik luar biasa memanggil sang Ibu malam itu.

Ini seperti Dejavu.

"Wooyoung-ah ... " lirih San pelan.

"Maaf, tidak ada yang boleh masuk !"

Seorang perawat wanita mencegat San ketika mereka telah sampai didalam ruangan perawatan. Tungkai San berhenti. Sebenarnya ia tidak mau berdiri diam disini, tapi disatu sisi ia juga harus mengerti peraturan. Punggung San bersandar pada dinding di belakang frustasi, perlahan tubuhnya merosot, terduduk diatas lantai ketika pintu rawat perlahan tertutup didepan matanya. San hancur, sangat hancur. Air mata tidak berhenti mengalir dipipinya, dan ia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi sedari tadi.

'Harusnya aku tidak meninggalkan Wooyoung sendirian malam itu.' Begitu pikir San.

Penyesalan menggorogoti San.

Ketika San memeluk tubuh Wooyoung yang sudah terkulai lemas, dunianya serasa berhenti di detik itu juga. Bayangkan betapa ketakutannya pemuda itu selama ini, hingga ia memutuskan untuk berlari ditengah malam dalam keadaan berantakan seperti itu. San meringis ketika ia melihatnya banyaknya luka lebam dan lecet disekujur tubuh kurusnya.

Tidak peduli berapa kali San mencoba memanggil nama Wooyoung, pemuda itu tidak juga kunjung sadarkan diri. Seluruh tubuh Wooyoung terasa sangat dingin dengan bibir kering yang pucat pasi.

San sungguh tidak ingin membayangkan apa yang mungkin akan terjadi pada Wooyoung kalau ia tidak bisa menemukan pemuda itu tadi. Melihat Wooyoung seperti sekarang saja sudah lebih dari cukup untuk menyiksa batinnya. Rasanya sakit.

"San-ah." Pria itu mendongak dengan wajah basah penuh air mata. Entah sejak kapan Yunho sudah berjongkok didepannya dengan ekspresi prihatin. "Wooyoung pasti akan baik-baik saja, dia kuat."

Mendengar kalimat itu justru semakin membuat San putus asa. Berbagai macam rasa bersalah perlahan menghantui San disaat yang bersamaan. Padahal San sudah pernah berjanji ia akan selalu berada disisi Wooyoung. Padahal San juga sudah pernah berjanji akan selalu menjaga Wooyoung, tapi lihatlah apa yang terjadi pada pemuda itu.

San gagal, ia tidak bisa menepati janjinya.

"Ini salahku. Harusnya aku tidak meninggalkannya sendirian malam itu," sesal San berderai air mata.

"Ini bukan salahmu, Wooyoung juga tahu itu."

Pria itu menggelengkan kepala. "Tidak. Ini salahku, harusnya aku bisa menjaga Wooyoung."

"San-ah, hentikan. Dengan kau yang seperti ini tidak akan menyelesaikan apapun. Wooyoung ada disini, dia sudah selamat dan sekarang sedang dirawat. Dia akan baik-baik saja, percaya padaku."

Desire || Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang