Wooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya.
My desire for you is so selfish.
San terbangun dipagi buta, tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh dini hari. Langit diluar benar-benar gelap, namun cahaya didalam ruangan menyadarkan San sepenuhnya. Ia panik ketika menemukan Wooyoung tidak ada di sampingnya. San sudah mencoba mengetuk pintu kamar mandi, dan memanggil nama Wooyoung berkali-kali berharap pemuda itu ada di dalam sana, namun, tidak kunjung ada sahutan balasan.
San memperbaiki tali bathrobe merah satin yang melingkar dipinggangnya, ia menuruni tangga setengah berlari, mencari keberadaan Wooyoung disetiap sudut rumah. Dan ya, San menemukan pemuda itu sedang menyendiri didepan balkon. San mengambil selimut coklat yang terlipat diatas sofa, ia berjalan mendekati Wooyoung perlahan, lalu dengan hati-hati menyampirkan kain tebal tadi dibahu pemuda itu. Wooyoung sempat terlonjak kaget, tapi ia kembali bernafas lega ketika sadar San-lah orang yang sedang berdiri dibelakangnya.
"Sedang apa ?" tanya San.
Pandangan Wooyoung lurus kedepan, ia sedang memperhatikan gedung-gedung tinggi diseberang jalan yang tidak beraktifitas. Mungkin dari seluruh gedung disekitar mereka, hanya apartemen San yang masih terang menerang. Semua itu karena Wooyoung yang sangat benci dengan gelap.
"Sejak kapan kau disini ?" San meletakkan dagu diatas bahu kiri Wooyoung. Kedua tangannya mengalung dipinggang ramping pemuda itu, memberikan kehangatan ditengah udara malam.
"Sejak kau terlelap, mungkin ?"
"Kau tidak mengantuk ? Ini masih pagi-pagi buta."
Pemuda itu menggelengkan kepala pelan. "Tidak sama sekali. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak."
San mengerti, Wooyoung memikirkan kejadian tadi pagi. Seharian pemuda itu lebih jarang bicara, bahkan terkadang melamun dan mengabaikan San. Mungkin Wooyoung tidak mengatakan apa-apa karena tidak ingin membuat San khawatir, namun diamnya pemuda itu justru semakin membuat San tidak tenang. San sudah mencoba meyakinkan Wooyoung kalau pemuda itu akan aman selama berada didekatnya, tapi sepertinya itu pun masih belum cukup untuk membuat pemuda itu lega.
"Young-ah ?"
Pria itu membalikkan tubuh Wooyoung untuk menghadapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia sengaja menantikan Wooyoung untuk membuka suara lebih dulu. Dan—berhasil.
"Maaf, aku hanya butuh waktu sebentar untuk menenangkan pikiran," ucap pemuda itu.
"Apa aku tidak bisa membuatmu merasa aman ?"
Wooyoung menyanggah sedih. "Bukan begitu maksudku. Hanya saja, ... aku selalu merasa dia mengawasiku dari jauh. Aku tahu ini tidak masuk akal, tapi aku merasa seperti sesuatu yang buruk akan terjadi dalam waktu dekat. Aku hanya takut."
"Kau ingat apa yang aku katakan padamu ? Ti— "
"Ya, aku tahu. Tapi tetap saja ... "
San terdiam. Ia hanya mampu menarik tubuh kecil Wooyoung kedalam pelukannya. Tidak banyak yang bisa San lakukan untuk menenangkan sang kekasih. San tahu seberapa keras pun ia mencoba, Wooyoung akan tetap pada kekhawatirannya. Jadi, yang San lakukan hanya menawarkan sandaran.
"Jangan khawatir. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada disampingmu. Percayalah, kalau sampai dia berani menyakitimu, aku akan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. Aku berjanji akan selalu menjagamu, Young-ah. Aku janji padamu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.