Ch.81 - Kencan Terakhir ?

563 48 14
                                    

Tidak terasa waktu berjalan cepat akhir-akhir ini. Tanpa sempat Wooyoung menghitung, enam hari telah berlalu secepat kedipan matanya. Selama itu pula Wooyoung hanya menghabiskan waktu lebih banyak di rumah, kadang ia memasak sarapan pagi untuk konsumsinya bersama San, siangnya mereka akan makan di restoran pilihan San dan malamnya jalan-jalan di Sungai Han atau sekitar taman kota mengusir bosan sekaligus menghirup udara bebas.

Hanya seperti itu dan terus berputar jadi rutinitas wajib selama beberapa hari terakhir ini. Wooyoung menikmatinya. Bagi Wooyoung tidak ada lagi yang membahagiakan selain menghabiskan waktu lebih bersama sang kekasih, tapi—hatinya tidak tenang.

Ada waktu dimana Wooyoung sering diam-diam memperhatikan San yang terlihat suntuk, murung sendirian. Pria itu mungkin tersenyum, tapi hanya sesaat di depan Wooyoung. Ketika ia memalingkan sedikit saja pandangannya ekspresi wajah pria itu akan berubah. Redup, seolah menyimpan beban.

Kalau harus di perhatikan lagi, tingkah San juga semakin aneh, terkadang pria itu seperti terlihat tidak menikmati waktu kencan mereka. Meskipun Wooyoung sudah mencoba mengabaikan fakta itu, tapi pada akhirnya ini mulai sedikit mengganggu.

Wooyoung pernah bertanya apa yang terjadi, tapi San selalu menjawab dengan kalimat yang sama.

'Tidak apa-apa, hanya lelah bekerja'

Tanpa San sadari pria itu juga sudah mulai jarang memberikan afeksi pada Wooyoung, hanya kadang saat Wooyoung meminta perhatiannya. San jarang memeluk Wooyoung. San juga jarang menciumnya seperti biasa. San jarang menunjukkan sifat manja lagi. Saat mereka tidur di kasur yang sama pun San memalingkan badan memberikan punggung persis seperti kemarin malam tepatnya. Entahlah, ia tidak mengerti. Wooyoung memang menerima cinta San padanya, namun sepertinya pria itu perlahan mulai terlihat bosan dengan hubungan mereka, mungkin.

Mereka masih melakukan semua aktifitas bersama. Mereka juga berkencan setiap hari persis janji San. Tapi antusias itu tidak ada lagi dari sorot mata San. Pria itu sudah mulai berubah—sedikit demi sedikit.

Wooyoung tidak ingin menyalahkan San dalam hal ini, hubungan yang tengah mereka jalani sekarang memang sudah mulai hambar. Mungkin San butuh sesuatu seperti kegiatan panas diatas ranjang yang sayangnya belum bisa Wooyoung berikan padanya.

Atau mungkin San sudah mulai bosan dengan ide kencan bodoh yang mereka lakukan setiap harinya.

Wooyoung mengerti, ia mencoba untuk mengerti.

Tapi tetap saja ini membuatnya sedih.

Wooyoung sudah pernah bilang kalau semuanya tidak akan bisa kembali sama seperti dulu lagi.

"Young-ah," suara panggilan lembut menyadarkan Wooyoung dari aktifitas memotong buah didapur.

Seseorang muncul dari pintu kamar, San, pria itu mengenakan pakaian rapi dengan kemeja lengkap dengan bawahan celana kain yang di tutup coat coklat muda panjang sebagai bagian luarannya.

"Sedang apa ?" tanya pria itu.

Wooyoung mengulum senyum manis, mengusir jauh-jauh pikiran buruknya tentang perubahan sikap San beberapa hari terakhir ini. "Aku ingin membuat jus. Kau mau kemana ? Ada janji ya ?"

"Ya, denganmu."

"Aku ?" Wooyoung meletakkan pisau keatas meja, lalu berbalik menghadap sang kekasih dengan raut bingung. "Kita punya janji ? Memangnya kemana ? Aku malah pikir kau sedang tidur siang dari tadi."

Pria itu mendekati Wooyoung, bibirnya mendarat di kening pemuda itu lalu berucap, "Kencan. Hari ini kita belum pergi kencan kan ? Jadi ayo, siap-siap, aku ingin membawamu ke tempat yang jauh."

Desire || Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang