Ch.04 - Dia Lagi

1.4K 103 2
                                    

Jengah. Entah sudah berapa kali Jung Wooyoung merotasikan bola matanya. Pria yang tengah duduk diseberang meja terus memasang tampang mesum, tersenyum bak orang idiot. Kerlingan mata nakal menjijikkan berusaha menggoda Wooyoung dan sungguh itu membuatnya muak setengah mati.

Dari sekian banyak pria aneh didunia yang pernah Wooyoung temui, orang ini adalah yang teraneh.

"Aku dengar Jake bilang kau mencariku. Jadi, apa aku mengenalmu ? Apa kita pernah punya urusan ? Sejauh yang bisa aku ingat, sepertinya tidak ada."

Wooyoung melipat kedua tangan didepan dada, dagunya ia angkat tinggi menambah kesan arogan. Wajahnya sengaja ia tekuk ketus tidak bersahabat.

"Choi San, kau ingat namaku tapi kenapa kau terus berpura-pura tidak tahu ? Jujur, aku sakit hati."

"Tidak ingat. Tidak penting juga."

San berdesis. "Aku hanya ingin berkenalan, tidak bisakah kau bersikap sedikit lebih ramah padaku ? Coba sekarang katakan, apa aku pernah melakukan kesalahan ? Atau aku pernah mengatakan sesuatu yang sudah membuatmu tersinggung malam itu ?"

"Ya, eksistensimu adalah kesalahan. Aku terganggu karena kau mengikutiku dan terus mencari tahu informasi tentangku. Apa kau seorang stalker ?"

"Oh, apa itu alasannya kau menghindar ?"

Wooyoung mendengus tak terima. "Menghindar ? Yang benar saja, tentu saja tidak. Memangnya kau siapa sampai membuatku harus menghindarimu."

Entah mengapa San menyukai fakta bahwa mereka sedang berdebat sekarang. Meskipun Wooyoung terus memasang tampang garang, tapi dimata San itu sama sekali tidak membuatnya gentar. San suka tantangan. Semakin Wooyoung ingin menolaknya, semakin besar jug rasa penasaran San bertambah.

"Jadi, secara tidak langsung kau bilang kalau aku juga mengusik pikiranmu akhir-akhir ini, begitu ?"

Kening Wooyoung membuat kerutan tiga garis.

Lama-lama kesabaran Wooyoung akan habis kalau terus berbicara dengan orang idiot seperti si Choi. Berhadapan dengan pria itu adalah sesuatu yang baru untuk Wooyoung, ia tidak pernah melihat seseorang dengan tingkat kepedean setinggi ini.

Apa Wooyoung perlu bersikap lebih galak lagi ?

Apa kata-katanya terlalu lembut sampai San tidak bisa membedakan mana yang memiliki arti sarkas dan mana yang bermaksud tulus ingin memuji ?

"Kau benar-benar ... " geramnya. "Apa yang kau inginkan ? Apa ini masih karena malam itu ? Hah, ayolah, itu hanya sex. Kau bertingkah seperti aku sudah berhutang sesuatu yang berharga padamu."

Wooyoung tidak pernah terlihat frustasi seperti ini sebelumnya. San sudah sangat menguji kesabaran Wooyoung awal sejak mereka bertemu. Wooyoung tidak mengerti apa yang pria itu harapkan darinya.

Wooyoung hanya ingin hidup tenang. Baginya, one night stand bukan sesuatu yang penting. Balik lagi seperti yang sudah Wooyoung katakan, itu hanya sex. Semua sudah berlalu dan tidak ada lagi yang perlu di bahas di antara mereka, tapi kenapa San terus menghantui pikiran Wooyoung setiap hari ?

"Kau berhutang padaku, ... nama."

Bibir Wooyoung ternganga. "Apa ? Jadi, kau ingin bertemu denganku hanya karena itu ? Aku tidak merasa harus memperkenalkan diri, kita berdua tidak punya hubungan apa-apa. Kau hanya orang asing untukku dan akan terus begitu selamanya."

"Siapa yang tahu ? Bisa jadi besok kau berubah pikiran. Suatu saat kita mungkin bisa berteman, atau mungkin saja ... lebih dari teman, mungkin."

Teman ? Lebih dari teman ? Sampai dunia jungkir balik pun Wooyoung tidak pernah sudi menjalin hubungan dengan San. Ingat, tidak akan pernah.

Desire || Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang