Gila, dasar pria gila
Berkali-kali Yunho mengulang kalimat itu di dalam benaknya. Dari mana munculnya keberanian Song Mingi, sampai pria itu dengan lantang berhadapan dengan Ayah dan Ibu Yunho. Jangan bilang Yunho tidak melarang, karena pemuda itu bahkan sudah menahan Mingi ketika kekasihnya itu memaksa ke dalam rumah. Sang Ayah tengah berapi-api setelah pertengkaran mereka dan kini raut wajah lelaki tua itu semakin tertekuk lagi setelah melihat pria tidak di undang yang menjadi inti dari segala masalah di keluarga mereka. Ternyata besar sekali nyali Mingi.
Awalnya Ayah Yunho bahkan menolak dan hendak mengusir Mingi tapi setelah ditenangkan oleh sang Ibu—Nyonya Jung, lelaki itu akhirnya sedikit luluh dan mengijinkan Mingi menetap, meskipun wajah yang masih terlihat seperti enggan dan tidak sudi.
Mingi dan Yunho berakhir duduk di bawah lantai dengan kedua kaki yang terlipat sambil tangannya terpangku di atas paha, seperti sedang di hukum.
Belum ada satu suara pun dari Tuan atau Nyonya Jung sampai sekarang. Kedua kaki Mingi hampir kesemutan dan mati rasa, tapi ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan orangtua Yunho.
Padahal Mingi ingin mengeluh, ia ingin bersandar pada Yunho dan meminta afeksi dari pemuda itu sambil bergelayutan manja, tapi ia menahannya.
Setidaknya Mingi harus bisa menjaga image pria jantan di depan mata Ayah dan juga Ibu Yunho.
Tuan Jung berdeham keras, menarik perhatian dua anak muda didepannya. "Jadi begini caramu untuk melawan kami ? Dengan membawa 'kekasihmu' ini kehadapan Ayah dan Ibumu tanpa meminta ijin ?"
Itu adalah kalimat pertama yang menusuk dari Tuan Jung setelah sedari tadi hanya terdiam.
Yunho mulai cemas, ia rasa keputusan Mingi untuk datang adalah sebuah kesalahan besar. Emosi sang Ayah belum stabil setelah adu mulut yang sengit di meja makan tadi. Ayah Yunho masih bisa meledak kapan saja, dan Yunho jadi takut kalau Mingi akan menjadi sasaran dari kata-kata lelaki tua itu nanti.
Tapi semua sudah terlambat, Yunho bahkan tidak bisa meminta Mingi pergi karena keduanya sudah berlutut di sini kurang lebih ada satu jam lamanya.
"Suruh dia pergi. Kau pikir dengan membawanya kesini aku akan merestui hubungan kalian, huh ?!"
Yunho hendak membuka mulutnya memberikan pembelaan, namun Mingi menahannya. Pria itu menggenggam telapak tangan Yunho dengan erat dan menggerakkan anggukan kepala meyakinkan padanya. Entahlah, tapi firasat Yunho tetap buruk.
"Maaf atas kunjungan saya yang tiba-tiba. Jangan menyalahkan Yunho, saya datang karena kemauan saya sendiri, dia bahkan tidak tahu kalau saya akan berkunjung hari ini," ujar Mingi sesopan mungkin.
Tuan Jung mengabaikan Mingi seolah pria itu tak kasat mata. Lelaki tua itu malah menghembuskan nafasnya berat melihat Yunho yang menundukkan wajah di bawah kakinya. Rasanya seperti frustasi.
"Kau bahkan belum meminta maaf karena sudah membentak orangtuamu dan sekarang kau sudah kembali membuatku kecewa. Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan ? Apa kau harus melihat Ayah dan Ibumu menangis darah lebih dulu baru kau ini bisa tersadar dengan semua perbuatan salahmu ?"
"Yeobo, kita bicarakan baik-baik." Nyonya Jung menenangkan Tuan Jung dengan nada lembut.
"Aku sudah lelah menasihatinya."
"Mingi ? Benarkan ? Seingatku kita sudah pernah bertemu. Maaf karena tidak sempat menyapamu saat itu. Suasana sedang kacau jadi aku harap kau bisa mengerti. Jadi, kalau boleh tahu, ada apa kau sampai harus datang jauh-jauh dari kota ke sini ?"
"Saya ... "
Tangan Mingi kini bergetar karena terlalu gugup. Tenggorokkannya terasa begitu kering, ia bahkan kesusahan untuk sekedar menelan air ludahnya. Jantung Mingi berdetak kencang di luar batasan normal, ia hampir menyerah kalau Yunho tidak dengan cepat membalas genggaman tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
FanfictionWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.