Ch.59 - PTSD

506 38 13
                                    

San berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah terburu-buru, ia tidak mengerti apa yang terjadi tapi Yunho menelponnya tiba-tiba dengan suara panik. San sedang mencari udara segar di luar sejenak, bergantian dengan Yunho berjaga di depan kamar Wooyoung, tapi yang terjadi justru keributan. San tidak melihatnya sendiri, tapi ia bisa mendengar suara teriakan Wooyoung yang menggelegar lewat panggilan telepon barusan.

Yunho mengatakan kalau Wooyoung—tantrum.

"Kenapa ? Apa yang terjadi ?!" San bertanya pada Yunho yang baru saja keluar dari dalam ruangan bersama dengan dokter dan para perawat. Yunho menangis, dan San semakin dibuat tidak tenang melihat wajah-wajah panik didepannya. "Apa yang sudah terjadi ?! Ada apa dengan Wooyoung ?!"

"Choi San-ssi," panggil seorang dokter laki-laki dengan kacamata yang menggantung di jubahnya

"Apa yang terjadi pada Wooyoung ?!"

"Sepertinya pasien mengalami PTSD."

"Apa ... ?"

"Ini hal yang sering terjadi pada korban pelecehan dan kekerasan seksual," jelas sang dokter. "Saya rasa Jung Wooyoung mengalami trauma pasca kejadian. Pasien masih butuh menjalani perawatan dengan seorang psikiater, dia belum bisa pulang dalam keadaan yang tidak stabil seperti sekarang."

Hancur. San kehilangan kata-katanya detik itu juga. Ketakutan terbesar yang San harapkan tidak terjadi pada akhirnya menjadi kenyataan. Jadi ini yang sang dokter maksud sebagai masalah besar.

"Saya akan membuat surat rujukan secepatnya agar Jung Wooyoung bisa menjalani rehab dengan seorang psikiater, sampai pasien bisa dinyatakan sembuh dia tetap harus berada dalam pengawasan. Seseorang yang mengalami trauma cenderung akan melakukan hal-hal yang tidak wajar, seperti menyakiti dirinya sendiri atau bahkan bunuh diri, jadi selama rehab saya harap ada seseorang yang mendampinginya. Mungkin akan lebih baik lagi kalau seorang wanita saja yang melakukannya."

Dahi San berkerut. "Kenapa ?"

"Saya rasa dia mengalami trauma dengan pria."

San menoleh pada Yunho untuk meminta jawaban, namun pemuda tinggi itu hanya bungkam. Tanpa perlu di jelaskan lagi, rasanya San sudah cukup mengerti apa arti dari diamnya Yunho saat ini.

Dokter dan para perawat pamit, mereka pergi meninggalkan Yunho dan San dalam keadaan kacau. Tidak ada satu pun diantara mereka yang mengeluarkan suara, tatapan keduanya kosong seolah kehilangan harapan. San jatuh terduduk di salah satu bangku yang ada didepan ruangan dan Yunho ikut mendudukkan diri disampingnya.

"Aku tidak tahu akan jadi seperti ini. Dia mulai tantrum saat dokter ingin mengecek kondisinya tadi," ujar Yunho. "Dia berteriak panik dan mulai menggaruk tubuhnya sendiri saat dokter mencoba menyentuhnya. Aku rasa ini akan butuh waktu yang lama untuk dia bisa kembali seperti dulu. Bajingan itu benar-benar merusaknya kali ini."

Tidak mungkin. San mengusap wajahnya kasar. Helaan lelah dan frustasi berhembus dari bibirnya.

"Aku sudah bertemu dengan bajingan itu kemarin, dan dia tidak terlihat bersalah sama sekali." Yunho menyisir surai hitamnya ke belakang. "Yah, kabar baiknya, dia mungkin akan mendekam dipenjara untuk waktu yang lama. Selain penculikan, dia juga terbukti mencoba melakukan pembunuhan pada bibi pemilik apartemen Wooyoung dulu. Bukankah ini gila ? Bayangkan apa yang sudah bajingan itu lakukan pada Wooyoung sampai dia seperti ini."

Bagaimana bisa Wooyoung harus bertemu dengan seseorang seperti Changbin ? Pria itu bahkan tidak pantas disebut manusia. Apa yang telah Wooyoung lakukan sampai ia mendapatkan kekerasan seperti ini ? San benar-benar tidak mengerti mengapa Wooyoung begitu mencintai Changbin dulu.

Desire || Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang