Yunho berlari seperti orang gila, menerjang lautan manusia di terminal, mencari taksi tercepat yang bisa ia temukan untuk sampai dengan secepatnya ke tempat yang sudah Mingi kirimkan padanya.
Jantung Yunho memompa kencang, bukan karena berlari, melainkan shock dengan berita yang baru ia terima tadi pagi dari Mingi. Yunho bahkan tidak lagi peduli ketika sang Ibu mengamuk, meneriaki namanya karena ia pergi begitu saja tanpa pamit untuk kembali ke Seoul. Yunho sudah terlanjur panik sendiri, berbagai macam pikiran-pikiran buruk membuatnya benar-benar sangat khawatir.
Wooyoung menghilang, begitu kata Mingi. Dan Yunho sangat tahu apa arti dari kalimat itu.
Yunho membanting pintu setengah terbuka di depannya tidak sabaran. Dilihatnya sosok tiga orang pria yang sedang berkumpul dalam ruangan dengan wajah kalut. Dua netra ya sempat melirik canggung pada Mingi, cukup lama sudah ia tidak melihat wajah pria itu. Jujur saja, Yunho sempat berpikir untuk berlari kedalam pelukan Mingi, tapi mengingat hubungan keduanya yang merenggang, ia berusaha keras untuk menahan dirinya sendiri.
"Apa maksudnya Wooyoung menghilang ? Sejak kapan ?!" Yunho memilih bertanya pada San yang sedang tertunduk lemas, mengabaikan tatapan intens Mingi yang sedang tertuju jelas padanya.
"Jadi kau Yunho ?" Pria tampan dengan rambut coklat keemasan menyapa Yunho. "Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk berkenalan, tapi aku Yeonjun. Senang akhirnya bertemu denganmu."
Pemuda itu hanya tersenyum tipis sebagai balasan. "Sejak kapan Wooyoung menghilang ? Apa kalian sudah mencoba untuk mencari ke rumahnya ?"
"Dia sudah pergi hampir dua minggu. Waktunya sama dengan kau yang menghilang tanpa kabar."
Katakan kalau jawaban Mingi barusan itu tidak sedang menyindir Yunho. Kalimat yang terakhir seolah berusaha menekankan bahwa Yunho pergi dengan sengaja, tanpa memberikan salam sebuah perpisahan. Meskipun pada kenyataannya memang benar, tapi tetap saja hati Yunho tertohok ketika mendengarnya keluar langsung dari bibir Mingi.
Tatapan mata Mingi dingin, tersirat tanda kecewa yang berusaha Yunho abaikan. Ini bukan waktu yang tepat untuk meratapi hubungan mereka, Wooyoung jauh lebih penting. Setidaknya begitu cara Yunho menepis perasaan campur aduknya setiap kali mereka tidak sengaja bersitatap mata.
"Kau bersama Wooyoung, kalian tinggal satu rumah. Harusnya kau tahu dimana dia sekarang."
Yeonjun berdecak mendengar sanggahan Yunho yang terkesan menuntut jawaban dari San. Sahabat malangnya itu lebih banyak terdiam, pria itu sudah seperti kehilangan semangat hidupnya beberapa hari terakhir, ditambah lagi dengan tekanan dari orangtua keras kepala yang mulai memaksanya untuk ikut pergi meninggalkan Korea bersama.
Yeonjun rasa San bisa gila sebentar lagi kalau harus ditambah dengan penghakiman dari Yunho.
"Jangan menyalahkan San, kau tidak tahu apa yang sudah ia lalui sampai hari ini demi Wooyoung."
"Aku hanya bertanya. Dari kita semua dia yang harusnya paling tahu dimana Wooyoung. Mustahil dia tidak tahu di saat mereka selalu bersama."
Yeonjun berdelik tidak terima. "Lalu bagaimana denganmu ? Aku dengar kalian sahabat dekat, tapi kau juga tidak tahu apa-apa kalau bukan karena Mingi. Ah, aku lupa, kau kan pulang ke kampung halaman tanpa mau peduli apa yang terjadi disini."
Yunho tersinggung, namun sebagian dari hatinya juga menyalahkan dirinya sendiri. Yeonjun benar, Yunho tidak tahu apa-apa, bahkan lebih parah dari sekedar tidak tahu. Jujur, Yunho tidak berpikir panjang disaat ia memutuskan untuk menjadi anak baik yang menuruti keinginan orangtuanya. Yunho hanya ingin menghindari semua masalah, sang Ibu mengamuk dan Yunho hanya tidak ingin sampai itu semakin merusak hubungannya dengan Mingi.
![](https://img.wattpad.com/cover/356043060-288-k199748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
FanficWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.