Wooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya.
My desire for you is so selfish.
Wooyoung tidak sengaja berpapasan dengan guru wanita dilorong sekolah. Kim Hyunjin, nama guru matematika kesayangan para murid, wanita yang di gadang-gadang sebagai primadona dari sejak awal ia menginjakkan kaki di sekolah. Hyunjin itu ramah, cantik, pintar, dan tentu saja juga baik hati. Wooyoung sering mendengar beberapa guru pria sibuk membicarakannya saat jam istirahat tiba.
Wooyoung sendiri sebenarnya tidak begitu dekat dengan Hyunjin, mereka hanya pernah berpapasan beberapa kali. Wooyoung yang pada dasarnya tidak banyak bicara, memilih untuk tidak terlalu berbaur dengan guru yang lain, termasuk Hyunjin. Alasan sederhana, Wooyoung tidak suka di tanya-tanya. Bisa dibilang Wooyoung punya dua kepribadian selama disekolah, satu yang ia tunjukkan di depan murid-muridnya, satu lagi dirinya yang pendiam.
"Cepat sekali. Apa hari ini Wooyoung-ssaem hanya mengajar satu kelas ?" tanyanya wanita itu lagi.
"Ya," balas Wooyoung singkat.
Hyunjin terlihat kikuk dengan jawaban pendek Wooyoung, ia berusaha tetap tersenyum ramah meskipun ekspresi Wooyoung sendiri terlihat sangat tidak bersahabat dan sulit didekati.
"Itu, ... apa besok Wooyoung-ssaem ada waktu ? Kim-ssaem mengajak kita semua untuk makan bersama di luar setelah kelas selesai. Tertarik ?"
Sebenarnya Wooyoung ingin menolak dengan cepat, namun sejenak ia teringat akan sesuatu.
Wooyoung pernah tidak sengaja mendengar guru-guru lain bergosip tentangnya. Mulai dari dirinya sombong, angkuh, sok, merasa paling hebat, dan segalanya. Wooyoung tahu mereka punya alasan untuk berkata kasar seperti itu mengingat ia sering kali menolak ajakan untuk makan siang bersama di kantin sekolah. Jujur, Wooyoung mulai terganggu dengan kata-kata kasar mereka akhir-akhir ini.
Mungkin ini bisa menjadi kesempatan yang bagus bagi Wooyoung untuk mulai mengubah diri.
"Besok ?"
Hyunjin mengangguk antusias. "Ya, ngomong-ngomong Wooyoung-ssaem tidak pernah ikut guru yang lain berkumpul, tidak ada salahnya sesekali kita keluar bersama. Aku yakin, yang lain pasti akan senang mendengar Wooyoung-ssaem ikut."
"Baiklah, aku ikut."
"Benarkah ?"
"Hmm, sampai jumpa besok."
Wooyoung berlalu pergi setelah mengucapkan kata itu. Wooyoung tidak sempat melihat betapa lebar senyum Hyunjin saat mendengar ia setuju untuk ikut diacara kumpul-kumpul kali ini. Wooyoung yang cuek tidak cukup peka untuk membaca bahwa Hyunjin sudah mencoba mendapat perhatiannya sejak lama. Maklum, Wooyoung itu penyendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit masih cukup terang, namun jalan menuju rumah Wooyoung sudah sepi tanpa aktifitas lagi. Minimarket yang biasa Wooyoung lewati sudah akan tutup saat ia menyempatkan diri membeli beberapa kaleng beer dan snack untuk menemani malamnya. Soal menu makan malam, Wooyoung berpikir untuk melewatkannya karena ia terlalu malas untuk memasak. Seingat Wooyoung bahan makanan dikulkasnya juga tinggal sedikit karena ia belum sempat pergi berbelanja bahan makanan.