"Young-ah, kau tidak lelah ? Kau kan baru sempat istirahat sebentar tadi." Jemari San menyisir surai hitam Wooyoung ke belakang telinga. Angin laut pagi hari berhembus menerpa wajah pemuda itu.
"Kau juga tidak istirahat semalaman."
"Aku beda, sayang. Aku justru semakin bertenaga setelah kita melakukan itu, sedangkan k—HMPP !"
Wooyoung membungkam mulut kotor San dengan telapak tangannya. Entahlah, ia malu kalau harus membahas hal tidak senonoh itu saat mereka tidak sedang melakukannya. Kalian bisa mengerti kan ?
Sejujurnya, bagian bawah Wooyoung masih terasa sakit, namun ia tidak mau melewatkan kesempatan melihat matahari terbit lagi hari ini. Kemarin sore mereka sudah gagal melihat matahari terbenam, ia tidak ingin kalau kecolongan untuk kedua kalinya.
"Cara berjalanmu aneh," goda San.
Wooyoung menyiku perut San dengan wajah sebal sedangkan pria itu tertawa puas setelahnya. Tanpa perlu ditegaskan Wooyoung sendiri juga sadar ada yang tidak beres dengan cara jalannya. Lalu harus bagaimana ? Apa Wooyoung harus berbaring saja seharian padahal mungkin bisa jadi ini adalah hari terakhir mereka berada disini ? Hari terakhirnya.
'Sudah hari terakhir ya ... ?' Wooyoung kembali menggumamkan kalimat itu di dalam batinnya.
"Duduk disini saja, setelah itu kita cari sarapan."
San meletakkan selimut tebal yang memang sudah ia persiapkan dari kamar hotel ke atas pasir putih.
Dari ujung laut yang jauh, Wooyoung bisa melihat cahaya matahari mulai mengintip sedikit-sedikit.
Langit masih sedikit gelap, masih belum ada orang lain yang beraktifitas disini selain mereka berdua.
Sebenarnya, Wooyoung sendiri juga bingung untuk berekspresi. Haruskah ia antusias ? Tapi mengapa rasanya seperti begitu salah ? Senyuman tipis yang Wooyoung ukir di bibirnya terlihat palsu, ia harap San tidak menyadari itu. Ekspresi kesedihannya.
'Setelah ini, dia akan pergi. Iya kan ?'
"Ini pertama kalinya aku melihat matahari terbit, ternyata bagus ya, kita harus balik lagi," ujar San.
Pemuda manis itu menoleh sekilas. Andaikan San juga berbalik menghadapnya, maka pria itu pasti bisa melihat genangan air yang mulai menumpuk diujung kelopak indah Wooyoung. Ini akhirnya.
"Setelah ini kita pergi cari seafood yang kau bilang kemarin. Harusnya jam delapan nanti sudah buka kan ?" Wooyoung membuang wajahnya ketika San menoleh. "Kalau belum buka kita cari ke restoran lain, pokoknya aku janji padamu hari ini kita akan pergi makan seafood sebelum kembali ke Seoul."
Pemuda itu hanya mengangguk, ia menyandarkan kepalanya di bahu kokoh San dengan harapan pria itu tidak akan bisa melihat kesedihannya. Ada satu hal lain yang membuat Wooyoung sangat kecewa.
Kenapa sampai dengan detik ini San diam saja ?
Kenapa sampai di detik terakhir mereka San tidak menjelaskan apapun padanya ? Apa pria itu benar-benar tidak mau menceritakannya ke Wooyoung ?
Padahal, ia sudah mendengar itu, kata-kata yang San ucapkan padanya saat ia pura-pura tertidur kemarin malam. Ingatan Wooyoung masih jelas.
'Berjanjilah, saat aku pergi, kau harus tetap menjalani hidupmu dengan baik'
Awalnya Wooyoung tidak ingin percaya ini, tapi setelah mendengar itu secara langsung dari bibir San ia semakin yakin kalau pria itu memang akan pergi meninggalkannya. Kalau harus ia menebak, mungkin pulang ke Amerika dengan orangtuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/356043060-288-k199748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
Fiksi PenggemarWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.