"Ini memang bukan apartemen seperti yang kau inginkan, tapi aku yakin kau pasti menyukainya."
San menuntun Wooyoung memasuki sebuah area perkarangan rumah yang tidak terlalu luas. Ada bebatuan setapak demi setapak disepanjang jalan menuju pintu dan taman kecil di samping kanan yang kini sudah tidak terawat. San membawanya ke sebuah rumah kosong yang jaraknya juga tidak terlalu jauh dari gedung apartemen yang tadi.
Rumah ini tidak berada di jalan raya, tapi juga tidak terlalu didalam gang. Ada beberapa rumah ruko dengan jarak agak saling berjauhan dan satu minimarket di ujung jalan yang sempat mereka lewati. Sulit untuk menemukan mobil lalu lalang sebab jalanan yang sempit dan mungkin hanya muat satu arah. Wooyoung menangkap beberapa orang yang lewat di depan mereka lebih banyak menggunakan sepeda dayung atau sepeda motor sebagai alat transportasi pulang pergi mereka.
Bahkan San sendiri harus memarkirkan mobilnya di depan minimarket lalu berjalan kaki beberapa meter untuk sampai kesini bersama Wooyoung.
"Ini rumah siapa ?" tanya Wooyoung penasaran.
San menekan deretan angka pin di smarlock pintu, lalu menjawab, "Tentu saja rumahku. Kenapa ? Kau pikir aku membobol rumah orang lain ?"
"Apa ?! Tunggu, tunggu dulu ! Apa maksudmu ?! Untuk apa kau membawaku ke rumahmu ?"
Reaksi panik Wooyoung begitu lucu sampai San tidak bisa menahan senyuman gemas dibibirnya. "Tahan dulu, manis. Biarkan aku menjelaskan didalam. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
San membuat gerakan kepala yang menyuruh Wooyoung ikut masuk kedalam rumah bersama.
Begitu keduanya menginjakkan kaki di area ruang tamu, Wooyoung dapat mencium bau khas rumah kosong yang sudah ditinggal lama. Debu-debu tipis berterbangan didepan wajah. Beberapa furniture seperti meja dan kursi ditutup dengan kain putih. Tanaman di pot bunga sudut ruangan pun sudah terlihat tidak bernyawa, layu tak lagi berwarna.
Ruangan yang semula gelap seketika berubah jadi terang setelah San menyalakan lampu. Bohlam itu sempat berkedip-kedip sesaat seolah sudah tidak mampu lagi bekerja dan memberikan cahaya
"Tsk, aneh sekali, perasaan terakhir kali aku datang lampunya masih baik-baik saja," gerutu San.
"Berhenti bercanda dan jelaskan padaku. Tempat apa ini ? Dan kenapa kau membawaku kesini ?"
"Seperti yang kau lihat, ini rumah."
"Kau kira aku buta ? Maksudku, rumah siapa ini ?"
San tersenyum sekilas sembari berjalan menjauh dan membuka satu kain putih yang menutupi sofa.
"Kau pikir aku akan membawamu ke tempat aneh ? Ini rumahku, tidak sepenuhnya di bilang begitu, tapi intinya ini milikku sekarang. Jadi, bagaimana kesan pertamamu ? Oh, aku harap kau suka ini."
Tidak terlalu buruk. Meskipun memiliki kesan sedikit angker, Wooyoung tidak merasakan hawa-hawa yang membuatnya tidak nyaman. Rumah yang satu ini sangat jauh dari kata mewah. Hanya terdapat satu lantai yang sedikit lebar ke samping.
Yang menjadi pertanyaan Wooyoung, orang kaya seperti San punya rumah seperti ini ? Untuk apa ?
Tungkai Wooyoung mengitari sekitar ruangan, ia menelisik setiap sudut dengan hati-hati. "Kenapa kau mau menyewakan rumah ini ?" tanyanya.
"Ya, seperti yang sudah kau lihat, rumah ini sangat tidak terurus. Aku tidak punya banyak waktu untuk membersihkannya sendirian dan daripada sia-sia lebih baik aku menyewakannya untukmu. Lagipula itu tidak ada ruginya juga kan ? Aku mendapatkan uang, dan juga aku mendapatkan orang yang akan membantuku merawat rumah ini ke depannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
FanficWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.