"Wooyoung-ah, sadar. Ayo, berdiri dengan benar, kita sudah sampai dirumah. Masuk lalu istirahat."
San menegakkan bahu Wooyoung yang lunglai. Ditatapnya kelopak mata Wooyoung yang sudah tertutup sempurna dengan pipi merah meronanya. Pemuda itu terlihat sangat menggemaskan sampai San harus mencoba untuk menenangkan akal sehat yang mulai bergejolak aneh. Sialan, San tergoda.
San menggoyangkan pelan bahu Wooyoung untuk membangunkan, namun pemuda itu hanya sedikit membuka mata sayunya untuk menyunggingkan senyuman polos sebagai balasan. Lucu sekali.
"Masuklah, sudah larut malam. Jangan lupa mandi air hangat sebelum tidur supaya tidurmu nyenyak."
Wooyoung tidak menjawab, pemuda itu justru mengalungkan kedua tangannya pada leher San lalu menyandarkan kepala pada dada pria itu.
Baiklah. Kali ini San kalah telak, ia tidak sanggup lagi menahan detak jantungnya kala Wooyoung memeluknya. Kedua tangan San yang terdiam disisi tubuh perlahan terangkat untuk melingkar di pinggang ramping Wooyoung, membawa pemuda itu semakin erat dalam dekapannya. San tahu ia lancang, tapi Wooyoung yang memeluknya lebih dulu jadi ia punya alasan kalau pemuda itu protes saat sadar. Lagipula, tidak boleh menolak rejeki.
"Ck, apa kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan sekarang, Jung Wooyoung ?" tanya San.
Pemuda itu menggelengkan kepala dalam pelukan. San yakin kalau Wooyoung tidak dalam keadaan mabuk mungkin pemuda itu akan memukul San karena sudah berani memeluknya seperti ini.
"Oke, aku rasa sudah cukup. Meskipun aku sangat menyukainya, tapi kita harus berhenti berpelukan. Udara diluar dingin, kau harus cepat masuk lalu istirahat," ujar San dengan nada lembutnya.
Pemuda itu lagi-lagi menggelengkan kepala. "Tidak mau sendiri, ... jangan pergi," rajuknya manja.
"Aku juga ingin menemanimu, tapi kalau aku lewat dari garis ini tanpa ijin nanti kau akan menuduhku macam-macam. Padahal aku juga tidak jahat, aku hanya menyukaimu, tapi malah dikira penguntit."
San masih mengingat ancaman Wooyoung tempo hari, ia tidak akan berani masuk kedalam rumah kalau Wooyoung dalam keadaan seperti ini. Bisa-bisa pemuda itu akan menganggap San sengaja mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Sungguh, San tidak ingin dicap mesum lagi.
"Kumohon temani aku malam ini, aku tidak mau sendirian. Jangan pergi ... ya ?" gumam Wooyoung.
San melepaskan pelukan pemuda itu dilehernya setengah enggan. "Permintaanmu terdengar sangat berbahaya, kau juga sadar itu kan ? Lebih baik kau masuk sebelum aku benar-benar hilang kendali."
Katakan pada San untuk belajar mengendalikan detak jantungnya lain kali, tatapan Wooyoung baru saja membuat hati kecilnya melemah. Wooyoung memasang wajah merengut padanya, kedua netra setengah terbuka pemuda itu seperti memohon pada San untuk tidak pergi. Jadi, bagaimana lagi cara San menolak disaat Wooyoung terlihat begitu menggemaskan didepannya ? San terlalu lemah.
Pria itu menghela nafas frustasi. "Kau yakin ? Aku hanya tidak mau kau menyesal besok pagi."
Mendengar itu membuat Wooyoung menundukkan wajah kebawah karena sedih menahan kecewa.
"Oke, dengar, ini permintaanmu. Aku hanya ingin menuruti kemauanmu. Aku tidak mau bertanggung jawab kalau sesuatu terjadi, ah—maksudku, tentu saja aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak padamu, anggap saja ini peringatan kalau kau tidak boleh berteriak padaku besok pagi. Deal ?"
Pemuda itu mendongak antusias, menunjukkan deret gigi putihnya dan kembali memeluk tubuh San, tungkainya sedikit berjinjit ke atas agar ia bisa bersandar pada bahu pria itu. Wajahnya tenggelam dalam ceruk leher San sembari menggumamkan sesuatu yang sulit dimengerti. Wooyoung aneh.
![](https://img.wattpad.com/cover/356043060-288-k199748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
FanficWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.