Pagi yang cerah, mentari berada pada titik yang tepat. Tidak terlalu panas, tidak juga menunjukkan tanda-tanda mendung. Hari yang pas sekali untuk melakukan aktifitas berat diluar. Harusnya cuaca seperti ini bisa menyenangkan hati seorang Jung Wooyoung, tapi sayangnya—tidak. Ia sedang kesal.
TIN TIN
Suara menyebalkan itu, suara klakson mobil di depannya yang berbunyi beberapa kali sampai mengganggu orang-orang yang sedang menunggu bus di halte, tidak terkecuali Wooyoung. Kaca jendela gelap itu perlahan turun menunjukkan wajah seorang pria tampan yang mencondongkan kepala sembari melambaikan tangan kearahnya.
"Hai, kenapa masih berdiri disitu ? Ayo masuk !" teriak pria itu yang tak lain adalah Choi San.
Wooyoung memalingkan wajah berpura-pura tidak mengenal. Mereka memang membuat janji untuk bertemu di halte bus, tapi itu bukan berarti kalau Wooyoung setuju untuk berangkat bersama. Ada di dalam mobil tertutup dan gelap, hanya berdua saja dengan San bagai mimpi paling buruk untuknya.
"Wooyoung-ah ! Aku tahu kau melihatku !"
TIN TIN TIN TIN
Tanpa tahu malu, San terus membunyikan klakson berusaha menarik perhatian. Beberapa orang di sekitar sudah mulai bergunjing dan melirik kearah Wooyoung dengan tatapan sinis seolah ia adalah penyebab masalah. Belum lagi kendaraan lain yang sedang mengantri dibelakang mobil San mulai ikut membunyikan klakson saling bersahutan ramai.
Keadaan benar-benar kacau sekali.
"Kau dengar itu kan ?" San menunjuk bus hijau besar dibelakangnya yang sudah membunyikan klakson dengan membabi buta. "Aku tidak akan bergerak satu inci pun sebelum kau masuk !"
Baiklah. Wooyoung menyerah, ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajah menahan malu atas tingkah konyol San. Kaki setengah berlari Wooyoung segera masuk kedalam mobil sebelum San kembali membuat kekacauan yang jauh lebih parah dari ini. Sungguh sangat memalukan.
Setelah menghela nafas lega, Wooyoung melirik pria disebelahnya tajam. "Kau gila ?! Apa-apaan tadi ? Apa kau sadar kalau sikapmu barusan sangat kekanak-kanakan dan sangat memalukan ?
Pria itu mengedikkan bahu acuh. "Tenanglah. Kalau kau tidak sengaja mengabaikanku, aku juga tidak akan sampai membuat keributan seperti tadi.
"Aku sudah bilang aku tidak akan ikut denganmu."
"Ya, dan aku juga sudah bilang kalau kita harus berangkat bersama. Lagipula kita akan pergi ke tempat yang sama, kenapa harus di persulit ?"
Wooyoung melipat tangan kesal. Wajahnya berpaling menghadap ke luar jendela disebelah enggan memberikan tanggapan. Hanya kali ini, hanya sampai Wooyoung mendapatkan apartemen barunya. Setelah itu, Wooyoung bersumpah ia tidak akan sudi berhubungan dengan San lagi.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ramai. Bangunan-bangunan menjulang tinggi disisi kiri dan kanan menjadi pemandangan yang menyapu mata. Tidak ada suara obrolan yang terdengar dari dalam mobil, Jung Wooyoung yang diam menatap kearah jendela, dan Choi San yang mencoba fokus pada jalanan dikursi pengemudi.
Sesekali San mencuri pandang ke arah pemuda di sebelahnya kemudian tersenyum tipis. Tidak ada yang tahu betapa bahagianya San menyambut hari ini. Sudah lama San tidak merasa se-antusias ini untuk menghabiskan waktu dengan seseorang.
Entah mengapa Jung Wooyoung begitu menarik perhatian San dari pertama kali mereka bertemu, sampai dengan detik ini. Sikapnya yang dingin dan acuh membuat jiwa penasaran didalam diri San meronta. Mungkin akan lebih baik kalau San bisa mengenal Wooyoung lebih dalam, tapi sepertinya untuk sampai ketahap itu, ia masih perlu melalui langkah yang cukup panjang. Harus bersabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desire || Woosan [END]
FanfictionWooyoung tidak pernah menyangka hubungan satu malam pada akhirnya membawanya bertemu dengan San-seorang pria terlampau sempurna yang menawarkan kata 'cinta' untuknya. My desire for you is so selfish.