Satu

56.7K 1.2K 7
                                    

"Terima kenyataannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terima kenyataannya. Suami Madam berselingkuh dengan anak Madam sendiri."

Prang!!

Anya menatap datar vas bunganya yang pecah. Wanita 45 tahun di depannya melempar vas bunga itu ke lantai dengan frustrasi. Sudah berkali-kali yang seperti ini terjadi, jadi Anya tak akan terkejut lagi. Hanya saja, dia menyayangkan satu hal.

Itu vas bunga yang baru dia beli hari ini.

"Jangan konyol! Saya keluar uang banyak untuk menyewa kamu bukan untuk hasil seperti ini! Selingkuh dengan anak sendiri? Hah? Hahaha! JANGAN BERCANDA!!"

Meski situasi diliputi emosi, Anya tetap tenang di tempat duduknya. Dia sudah sangat terbiasa menghadapi berbagai macam emosi klien saat mereka mengetahui kebenaran yang terungkap. Selagi mereka tak mengancam nyawa Anya maupun nyawa mereka sendiri di depan mata Anya, Anya akan tetap diam di tempatnya dengan tenang.

Anya adalah seorang detektif, tetapi dia tak bekerja untuk mengusut kasus pembunuhan atau kriminal lainnya. Dia hanya berfokus menyelidiki kasus perselingkuhan orang-orang kelas menengah atas, dan dia selalu diberi bayaran mahal atas kerjanya yang rapi dan akurat.

Beberapa klien bisa dengan tenang menghadapi kebenaran, namun biasanya, sebagian besar dari mereka akan terpancing emosi, seperti halnya wanita dengan mantel sutera di depannya ini.

Sebelum kerjasama dilakukan, Anya selalu menegaskan bahwa kebenaran yang akan mereka dapati bisa saja sangat pahit, maka dari itu mereka harus siap dengan segala konsekuensi. Namun, tidak semua kliennya yang bisa tenang dan menerima. Sebagian besar dari mereka akan menyangkal, seperti wanita yang kini sedang menangis keras di depannya.

Well, Anya akan tetap memaklumi itu. Sebab, dulu, dia juga pernah sehancur itu ....

"Bukannya Madam dulu juga berselingkuh?" tanya Anya tenang, membuat wanita yang sedang menangis di depannya langsung menoleh padanya. "Saya nggak percaya karma, karena karma nggak ada dalam ajaran agama saya. Tapi saya percaya, setiap perbuatan baik dan buruk, pasti ada balasannya. Entah itu dengan pembalasan serupa, atau dengan pembalasan dalam bentuk lain ...."

"Dari mana kamu tau!?" berang wanita itu. "KAMU DIAM-DIAM NYELIDIKIN SAYA!?"

"Saya menyelidiki orang bukan untuk kepentingan pribadi. Gimana mungkin saya bisa menyelidiki keluarga Madam kalau saya nggak menyelidiki Madam terlebih dulu?"

"BRENGSEK!"

Segepok uang menampar wajah Anya dengan keras, namun Anya masih tetap anggun dalam pose duduk tegap dan tenang, dengan wajah tanpa ekspresi. Namun sebenarnya, jiwa Anya sudah meronta-ronta ingin menggebrak meja dan melemparnya ke arah wanita tidak sopan itu. Tapi Anya menahan diri supaya uang yang dilemparkan padanya tak diambil lagi.

Anya sudah memutuskan untuk libur setelah ini; beristirahat sejenak dari orang-orang angkuh yang merasa bisa melakukan apa saja dengan uang.

"DASAR ORANG ASIA!!" seru sang klien sembari bergegas memakai tas mahalnya, lalu berjalan menuju pintu.

"Yeah, kenapa dengan orang Asia? Omong-omong, Madam jangan terlalu emosional. Jangan sampai kekanakan Madam bikin mereka nggak merasa bersalah sama sekali."

Pintu ditutup. Keheningan mengisi ruang kantor Anya. Wanita 25 tahun itu membeli sebuah unit apartemen murah untuk dia jadikan sebagai kantornya; sebagai tempat dia bekerja dan bertemu klien. Sementara rumah tempat dia tinggal bukan di sana, melainkan di sebuah komplek yang damai di mana orang-orang tak akan bisa menemuinya di sana.

Karena dia seorang detektif, privasi itu sangat penting. Meski dia hanya mengurus kasus perselingkuhan, bagaimanapun, dia berurusan dengan orang-orang kelas menengah atas. Jangan sampai target yang dicurigai berselingkuh merasa dendam karena Anya membongkar kebusukan mereka.

Maka dari itu, setiap klien yang akan berurusan dengan Anya, mereka harus bersumpah terlebih dulu untuk tidak membuat identitas Anya dalam bahaya.

Sejauh ini, Anya masih aman. Meski kebanyakan dari kliennya tak bisa menerima kenyataan, sejatinya mereka tetap merasa terbantu dan berterima kasih. Buktinya, Anya selalu mendapatkan uang.

Kasus perselingkuhan orang-orang kelas menengah atas tidaklah sesederhana yang dipikirkan. Tidak sesederhana selingkuh balik atau cerai begitu saja. Mereka akan bertaruh dengan hak-hak kekayaan, hak asuh anak, serta problematika lain yang tak jauh dari harta dan kekuasaan.

Maka dari itu, pihak yang berselingkuh tak bisa dituduh hanya dengan modal chat atau foto semata. Bukti-bukti yang disertakan harus kuat agar bisa menjadi senjata di pengadilan. Dan Anya, cukup berbakat mengumpulkan bukti-bukti itu.

Sarjana jurusan Intel tak boleh diremehkan. Anya wanita cerdas yang menempuh kuliah sarjana hanya dalam dua tahun, sebelum akhirnya dia memutuskan menikah alih-alih melanjutkan kuliahnya ke jenjang lebih tinggi. Sayangnya, manis pernikahan yang dia dapatkan hanya tiga tahun saja. Setelah suami dan ibunya meninggal, semua berubah seperti neraka.

"Haah."

Anya membuang napas sembari bersandar penat pada sofa. Dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sepertinya dia harus pulang. Tapi melihat vas kaca yang pecah berserakan di lantai, Anya merasa sangat malas dan lelah.

Apa lebih baik dia bermalam di sini, ya? Tidak-tidak. Bagaimanapun, Anya harus pulang. Akan lebih aman kalau dia berendam di bathtub rumahnya daripada mandi di sini.

Seusai Anya membereskan serpihan vas kaca di lantai, Anya tiba-tiba mendengar bel apartemennya berbunyi. Ini sudah terlalu larut untuk menyambut tamu, tapi mungkin saja yang datang adalah petugas apartemen. Jadi Anya memang harus pergi untuk mengecek siapa gerangan yang datang.

Lekas Anya berjalan menghampiri pintu apartemennya, lalu melihat sosok yang berdiri di luar melalui layar interkom. Keningnya kemudian berkerut mendapati sosok yang seperti tak asing berdiri di depan pintu unit apartemennya dengan setelan jas kantor rangkap mantel musim dingin.

Di mana Anya pernah melihat orang itu? Melihat melalui layar interkom saja, sosok pria itu jelas terlihat gagah dan tampan.

"I'm sorry for saying this, Sir, tapi kantor sudah tutup. Silakan kembali ... dua minggu lagi."

Anya sudah memutuskan untuk libur sementara, jadi dia tak boleh menerima klien mulai malam ini.

"Kenapa aku harus menunggu selama dua minggu? Cepat sambut aku, atau kubakar apartemen ini."

Anya kontan melotot. Ada apa dengan pria sombong itu? Membakar apartemen katanya?

Memangnya dia pikir dia siapa!?

Setelah diingat-ingat, sepertinya Anya tidak asing dengan wajah pria itu. Hingga akhirnya dia menyadari bahwa pria itu ... bukankah dia Kevan Heisenberg, CEO perusahaan konstruksi dan properti yang sempat membuat heboh jagat raya karena arogansinya yang tak mau menghutangi Pemerintah?

Kevan Heisenberg juga merupakan salah satu cucu pimpinan Heisenberg Group. Kedudukan mereka sangat kuat mengingat jaringan bisnis mereka yang mendunia; mengakar orang-orang kelas menengah atas hingga membuat nama mereka terkenal. Bisnis kontruksi dan properti, industri, fashion, bahkan entertainment pun, mereka memilikinya!

Anya gigit jari. Mau apa orang seperti Kevan mendatangi kantornya malam-malam begini?

Anya memang selalu berurusan dengan orang-orang kelas menengah atas, tapi level Kevan terlalu jauh! Jika Kevan ingin Anya menyelidiki sesuatu, lebih masuk akal untuk Kevan menyewa detektif yang lebih hebat dan mahal!

"Jadi kau tidak akan membuka pintu?" Suara Kevan dari interkom entah mengapa membuat Anya bergidik. "Baiklah, kalau begitu, akan kubakar apartemen ini."

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang