Tubuh Anya seperti bergerak begitu saja saat dia buru-buru membuka pintu. Dalam sekejap, dengan perasaan yang tak bisa dipahami, Anya sudah berhadapan dengan pria kekar berahang tegas itu.Gurat wajah tanpa ekspresinya seakan-akan menjelaskan bahwa dia bisa melakukan apa saja hanya dengan menatap dingin.
Alis tebal pria itu tampak cocok dengan sepasang mata abu-abunya, dan bulu matanya tampak panjang. Hidung mancung, bibir seksi merah muda, serta tindik hitam di telinganya yang seakan-akan menegaskan betapa liar dan arogan dirinya, semuanya tampak sempurna.
Tunggu, tunggu! Kenapa Anya malah terpaku pada perawakan pria sombong ini!?
"Apa begini cara Tuan memaksakan kehendak pribadi? Saya bilang saya sudah tutup, jadi saya tidak menerima tamu lagi." Anya berusaha bersikap tenang walau dominasi pria di depannya seperti menerjang paksa dirinya untuk segera tunduk dan bersimpuh.
"Selama kau masih ada di sini, berarti kau belum tutup." Kevan membuat satu langkah untuk masuk, namun Anya tidak bergerak mundur sedikit pun untuk mempersilakan Kevan. Membuat Kevan menatap tajam dirinya saat mendesis, "Menyingkirlah. Biarkan aku masuk."
Anya membuat senyum paksa. "Maaf sekali lagi, tapi saya sudah tutup. Datanglah dua minggu lagi, atau silakan cari detektif lain yang lebih hebat."
"Aku yakin kau sudah tau siapa aku." Kevan merogoh saku di balik jas mahalnya, mengeluarkan secarik kartu nama dari sana. Kemudian menyerahkan kartu nama itu pada Anya. "Merasa terhormatlah karena aku memilihmu."
Anya mengambil kartu nama yang didesain simple but classy itu dari tangan Kevan. Tidak ada nama Kevan di sana. Hanya bertuliskan CEO of Heisenberg Contractors and Properties, tanpa nomor, hanya ada alamat gedung perusahaan mereka.
Meski tak ada nama dan nomor yang bisa dihubungi, tetap saja kartu nama itu terkesan sangat istimewa. Pasalnya, jika Anya datang ke perusahaan konstruksi Heisenberg dengan membawa kartu nama ini, Anya pasti akan dianggap spesial dan dapat bertemu Kevan dengan mudah.
Sayangnya, Anya tak punya alasan untuk menemui pria ini, jadi dia tak memerlukan kartu nama itu.
"Saya merasa sangat terhormat, tapi saya tetap tidak akan menerima klien selama dua minggu ke depan." Anya memasukkan kartu nama itu ke dalam saku mantel Kevan. "Jika ingin tetap memakai jasa saya, datanglah dua minggu lagi."
"Apa kau benar-benar tidak mau membiarkanku masuk?" Suara bariton Kevan terdengar melunak, tak ayal membuat Anya tertegun dan urung mundur. "Aku datang jauh-jauh kemari hanya untuk menemuimu, supaya kau bisa membantuku mencari orang hilang."
Manipulatif.
Anya harus waspada terhadap pria yang lihai memainkan nada suara untuk menciptakan perasaan tidak enak terhadap lawan bicaranya.
"Pertama, kantor saya sudah tutup. Kedua, hari sudah terlalu larut untuk membiarkan pria seperti Tuan berduaan dengan saya di dalam ruang tertutup. Ketiga, pekerjaan saya hanya menyelidiki dugaan perselingkuhan, tidak termasuk mencari orang hilang. Keempat, selain tidak sopan dan memaksa, Tuan juga sudah salah mendatangi detektif. Karena itu, silakan cari detektif lain yang lebih potensial untuk menangani permintaan Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Pervert
Romance"Aku tidak akan memberimu pilihan. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku." ---------- Anya mendedikasikan dirinya untuk menjadi detektif swasta yang berfokus memata-matai kasus perselingkuhan. Suatu malam, Kevan sang CEO yang sedang naik daun t...