Dua Puluh Tujuh

9.7K 513 7
                                    

Setelah pamit pada Erleen, Anya berjalan di selasar rumah sakit sambil berpikir.

Sejak tertipu sifat lembut ibunya, Anya sensitif sekali dalam menilai seseorang. Dia peka terhadap orang yang manipulatif dan banyak drama karena profesinya yang mengharuskannya untuk menganalisa karakter seseorang.

Dia akan waspada terhadap orang yang berbicara lugas dan berbobot, karena pandai bicara adalah sifat umum dari manipulator. Dia juga akan mencoba memancing orang yang lembut dan terlihat lemah dengan satu-dua kalimat untuk melihat apakah ada sesuatu yang orang itu sembunyikan dari sifatnya itu.

Seperti Kevan, Anya selalu waspada dan membangun benteng yang kokoh agar tidak terseret oleh manipulasi pria itu. Orang-orang akan mudah menyuruhnya untuk membuka hati dan menyerahkan segala hal kepada pria tampan dan kaya yang mengejarnya, tapi pandangan Anya sungguh berbeda.

Ini bukan soal cinta, rupa, dan harta lagi. Ini tentang jerat berbahaya yang akan membelenggu Anya, namun orang-orang tak bisa melihatnya. Skenario buruknya, orang-orang justru akan melihat betapa beruntungnya Anya dimiliki oleh pria seperti Kevan sehingga jika Anya mengabarkan bahwa dirinya menderita, dia pasti akan dituduh tidak bersyukur.

Lebih buruknya, semua orang pasti akan membela Kevan.

Anya sering mendapati kasus seperti itu dari publik figur. Di luar sana, pasti banyak wanita yang memuja Kevan secara fanatik. Jika Anya menempatkan diri sebagai korban, Anya pasti akan berakhir seperti klien-kliennya yang dirundung secara verbal oleh fans fanatik sang kekasih.

Beberapa klien Anya yang mengalami itu dapat bebas dari jerat manipulasi pasangan atas dorongan mental yang Anya berikan. Namun, satu orang tidak beruntung. Dia bunuh diri karena tidak sanggup menahan komentar orang-orang terhadap dirinya, ditambah masalah pasangannya yang selalu menggunakan kelemahannya untuk menjeratnya lagi dan lagi.

Atas kejadian itulah, Anya selalu memasang kewaspadaannya terhadap Kevan. Namun, ada yang aneh ketika Anya berinteraksi dengan Erleen.

Awalnya dia merasa marah karena Erleen tampak tak tahu malu menampakkan diri di hadapan Kevan dan keluarganya setelah berselingkuh dari Kevan. Setelah mencoba berbicara dengan wanita itu, Anya mendapati hal yang berbeda.

Erleen ternyata tak seburuk itu.

Auranya saat bicara, kesedihan yang berusaha dia sembunyikan, ramah-tamahnya yang alami, sama sekali tak membuatnya seperti orang yang sedang berpura-pura.

Anya merasa dirinya benar-benar berhadapan dengan orang yang menyedihkan; yang memilih untuk menyimpan semuanya sendiri alih-alih mengemis simpati dan bantuan dari orang lain. Jika Erleen benar-benar berselingkuh, perundungan yang dilakukan kepadanya akan Anya maklumi. Namun, jika Erleen sebenarnya hanyalah wanita lemah yang terjebak dalam situasi yang tak bisa membuatnya lari, dirinya yang menerima perundungan tanpa bisa membela diri, sungguh akan sangat menyedihkan.

Apa Anya bantu saja, ya?

Tapi kan, situasi Anya sekarang juga tak lebih baik?

Menghadapi Kevan saja sudah melelahkan. Bagaimana menghadapi seluruh keluarga Heisenberg?

Kalau Anya salah langkah, bisa-bisa Joseph akan berubah pandangannya terhadap Anya. Kalau Anya dibunuh, apa yang akan terjadi pada kakeknya?

Anya menghela napas. Dia berharap dirinya bisa terlahir kembali menjadi rakyat biasa dan hidup tenang di desa yang jauh.

"Sudah selesai?" tanya Kevan saat Anya masuk dan duduk di jok mobil.

"Kalau belum, kenapa aku masuk ke sini?" semprot Anya.

"Kukira kau mau memanggilku untuk mengantarmu ke kamar inap bayi Erleen."

"Kaupikir aku sebodoh itu mencari sebuah kamar di rumah sakit sampai-sampai harus mengemis pertolonganmu?"

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang