Firasat Anya tak pernah tumpul.
Meski Anya terlihat seakan percaya pada apa yang Kevan katakan, Anya tetap menyimpan ragu-ragu dalam hatinya. Hanya saja dia tak mengutarakannya secara langsung.
Anya justru akan membuktikan sendiri apakah firasatnya itu hanya kecurigaan tak berdasar, ataukah memang benar Kevan telah menyembunyikan sesuatu darinya.
Untuk orang seperti Kevan, tentu bisa menyembunyikan kebohongan dengan sempurna. Namun, itu tak berlaku untuk Anya yang sudah berpengalaman menyelidiki pasangan yang berselingkuh.
Tentu saja Anya tak ingin melakukan ini. Tapi dia tak bisa menahan perasaannya saat Kevan bersikap tidak seperti biasanya.
"Apa aku boleh mengunjungi Lizzy lagi?" tanya Anya saat mereka tengah sarapan. "Tiba-tiba aku merindukannya."
Kevan melirik Anya sekilas sebelum kembali fokus pada sarapannya. "Boleh saja. Tapi aku tidak bisa mengantarmu."
"Aku mengerti. Kau kan kerja. Mereka masih tinggal di kebun yang ada di rumahmu, 'kan?"
"Ya. Nanti kukabari penjaga di sana kalau kau akan datang. Tapi kau masuk harus bersama mereka, ya. Dengarkan juga mereka. Kita tidak tau kapan Lizzy menjadi sangat sensitif."
"Oke. Tapi omong-omong, kira-kira jam berapa kau akan pulang?"
"Aku tidak bisa memastikan." Kevan menatap Anya sambil tersenyum. "Tapi kalau aku pulang larut, aku akan mengabarimu."
Anya mengangguk mengerti.
Sejurus kemudian, Anya melepaskan suaminya pergi bekerja. Dia gunakan waktu setengah jam untuk melamun sebentar sebelum bergegas pergi dari penthouse suaminya. Lalu dia gunakan mobilnya untuk pergi ke distrik yang ada di pinggir kota; di mana Lizzy dan keluarga kecilnya tinggal di sana.
Sesampainya di sana, begitu melihat wajah Anya di balik kaca jendela mobil yang tiba-tiba datang ke rumah pribadi sang majikan, security yang menjaga pos langsung membuka pagar hanya dari dalam posnya.
Anya lantas membawa mobilnya masuk ke halaman rumah pribadi suaminya itu. Tergopoh-gopoh dua pawang mendatangi Anya dari dalam rumah. Mereka menyambut nyonya mereka dengan sedikit canggung dan hormat.
"Selamat datang, Nyonya," sambut mereka hangat. Anya hanya membalas dengan senyum dan anggukan singkat.
Segera mereka bawa nyonya mereka ke kebun yang ada di belakang rumah. Baru saja Anya berdiri di balik pintu kaca, Lizzy yang melihat dari kejauhan langsung berlarian menghampiri dinding pembatas. Bahkan setelah beberapa waktu tak bertemu, itu tak membuat Lizzy lupa dengan rupa Anya.
Pintu kaca kemudian dibuka. Belum melangkah masuk, Lizzy sudah langsung berdiri menggunakan kedua kakinya untuk memeluk Anya. Karena tubuh Lizzy bukan main beratnya, tentu saja Anya langsung tumbang dibuatnya.
Dua pawang terkejut, sigap menyingkirkan Lizzy dari Anya. Tapi Anya menghentikan gerak mereka dengan mengangkat sebelah tangannya ke udara, sementara dirinya sudah terbaring di lantai.
"Aku tidak apa-apa."
Anya lalu tersenyum pada Lizzy sambil mengusap-usap kepala harimau itu senang.
"Terimakasih telah merindukanku."
Sesaat bermain dengan Lizzy dan keluarga kecilnya, Anya akhirnya pamit pulang. Sebelum itu, dia melemparkan sebuah pertanyaan pada dua pawang yang mengawasinya sejak tadi.
"Kalian tau di mana kediaman Tuan Martin?"
Dua pawang saling bertukar pandang. Lalu kembali menatap nyonya mereka. Salah satu dari mereka menjawab, "Kami akan memberi alamat lengkapnya kalau Nyonya membutuhkan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Pervert
Romantik"Aku tidak akan memberimu pilihan. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku." ---------- Anya mendedikasikan dirinya untuk menjadi detektif swasta yang berfokus memata-matai kasus perselingkuhan. Suatu malam, Kevan sang CEO yang sedang naik daun t...