Lima Puluh Lima

6.8K 401 2
                                    

"Oh ... jadi, suami sahabatmu juga suka film biru?"

Anya mengangguk menanggapi pertanyaan suaminya yang sedang fokus mengemudi. Sementara Anya terus memusatkan perhatian pada layar tablet yang dia gunakan untuk melihat informasi.

"Karena dia suka film biru makanya sahabatmu curiga kalau suaminya berselingkuh?"

"Yeah, sebenarnya tidak sesederhana itu. Tapi kenyataannya, hanya dengan kau menonton film orang telan-jang, di saat itu juga kau sudah berkhianat."

"Tapi aku tidak, tuh."

"Kau kan bukan manusia."

"Jadi selama ini aku apa?"

"Kau sejenis tumbuhan yang bisa menjerat serangga itu. Apa namanya? Kantong semar?"

"Kurasa aku lebih tampan dari kantong semar."

Beberapa saat dalam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah Fiona. Anya meminta Kevan untuk tetap diam di mobil, sementara Anya pergi ke rumah sahabatnya.

Setengah jam kemudian, Anya akhirnya kembali. Kevan tak melepaskan pandangannya dari wanita itu sampai Anya masuk ke mobil.

Semakin ke sini, tubuh Anya semakin indah saja. Berapa kali pun Kevan menyentuhnya, rasa-rasanya dia tak akan pernah puas.

Kevan berharap pekerjaan Anya segera berakhir, supaya dia bisa bersenang-senang seharian lagi bersama Anya ....

"Bagaimana?"

"Suaminya sudah tidak pulang sejak tiga hari yang lalu," jawab Anya sambil memasang safety-belt. "Sebagai pimpinan, apa kau pernah memperkerjakan manajer-manajermu selama tiga hari?"

"Hmm, aku tidak sekejam itu, sih .... Tapi biasanya yang lembur itu hanya anggota divisi. Manajer kan hanya merampung laporan dan mengatur saja. Ah, tidak juga. Tugasku juga hanya merampung laporan dan mengatur saja, tapi aku kadang-kadang bisa tidak mandi selama dua hari dan terus duduk di depan monitor."

"Pasti kau nonton por-no, 'kan?"

"Kaupikir aku sesenggang itu?"

"Kalau Billy, suami Fiona ini pekerja proyek, aku tidak perlu curiga sejauh ini. Tapi dia hanya manajer. Walaupun dia lembur, dia tetap bisa pulang tengah malam. Ini malah tiga hari tidak pulang. Setidaknya kalau dia pengertian, dia pasti akan pulang hanya untuk membuat istrinya tidak khawatir. Dia juga akan pulang untuk melihat anaknya."

"Yeah, apa pun itu, bukankah itu yang harus kita selidiki? Katakan saja harus ke mana kita sekarang. Sopir ini akan mengantarmu."

"Baik, Pak Sopir. Tolong antar nyonyamu ini ke gedung perusahaan Domestic. Aku ingin memastikan apa Billy memang lembur atau tidak."

"Tapi, Nyonya, kurasa kau tidak bisa bertanya semudah itu. Memangnya kau mau bertanya pada siapa? Resepsionis? Kalau begitu, setidaknya kau harus punya kartu nama yang jelas agar bisa mendapatkan informasi yang kau mau dari mereka."

"Kau tidak perlu khawatir, Pak Sopir." Anya menyimpan tabletnya ke dalam tasnya, lalu mengarahkan jempolnya ke belakang. "Ada peti di bagasi mobilku ini. Semua perlengkapan menyamarku ada di sana. Asal mobil ini tidak melintasi CCTV, di mana pun kita berganti pakaian, tidak akan ada yang curiga."

"Kau mau menyamar jadi apa? Bukannya tadi kau bilang, kacamata dan masker saja sudah cukup untukmu?"

"Ya ... tapi kali ini aku harus jadi cleaning service."

Kevan diam. Dan diamnya menarik perhatian Anya.

"Kenapa diam? Kalau kau punya saran yang lebih berguna, katakan saja."

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang