"Anya tidak mudah dekat dengan pria mana pun, apalagi sejak suaminya meninggal. Mendengar dia akan menikah dengan pria sepertimu, aku tentu saja terkejut."
Jasver menatap Kevan yang duduk santai di sofa seberang dengan ekspresi dingin, sementara Kevan memasang ekspresi seolah tak ada kejadian apa-apa. Memang benar dia tak suka dengan Jasver hanya dengan sekali lihat—padahal dia tak suka justru karena Jasver sempat ingin menyentuh Anya—namun, karena Jasver tak ada urusan penting dengannya, Kevan tak perlu unjuk permusuhan.
Banyak musuh itu tak ada gunanya. Meski Kevan tak pernah menganggap satu pun manusia adalah ancaman dan tak pernah ragu melenyapkan siapa pun yang dirasanya mengganggu, Kevan lebih ingin hidup tenang dengan Anya saja, tanpa cari musuh.
"Aku tidak tau apa tujuanmu, tapi kalau kau berniat buruk ... aku bisa melenyapkanmu dengan mudah," lanjut Jasver lagi, dengan sorot yang mulai menajam.
Kevan bukan pria bodoh. Dia mematahkan stigma yang beredar; bahwa pewaris itu hanya orang bodoh yang dengan bersantai saja, sudah bisa berkuasa, dan dia membuktikan bahwa pewaris bisa saja lebih besar dan lebih berat perjuangannya untuk perusahaan yang diturunkan kepada mereka.
Dia membuat siapa pun tak punya kesempatan untuk meremehkannya.
Pria seperti itu, mana mungkin cocok dengan Anya yang pantang didominasi. Ataukah Anya jatuh hati karena keistimewaan Kevan yang berani—dan santai di saat yang sama?
Sekarang pernikahan kontrak marak sekali. Banyak wanita yang menyewakan rahimnya kepada orang-orang kaya hanya demi uang. Mungkinkah Anya melakukan hal bodoh itu?
Tidak mungkin, apalagi jika tujuannya hanya demi uang.
Harga diri Anya sangat tinggi. Jasver sangat tahu itu.
"Mungkin karena pernikahan sudah menjadi hal asing di jaman sekarang, kau jadi menganggap niat baik itu adalah niat yang buruk. Atau ... apa karena aku terlihat seperti pria yang tidak cocok menjadikan pernikahan adalah suatu hal yang perlu dilakukan, kau jadi berpikir rencana pernikahanku dengan Snow adalah siasat?"
"Kau menyebut Anya dengan nama belakangnya, padahal sebentar lagi kalian akan menikah. Apa itu tidak aneh?"
"Ayolah, apa itu masalah besar untukmu? Itu seperti pengganti panggilan sayang dariku untuknya."
Jasver masih menatap Kevan dingin, namun di balik tatapannya itu, dia masih sangat merasa curiga. Sedangkan Kevan malah menghadapi aura menekan Jasver hanya dengan tersenyum-senyum.
Sangat santai.
Jasver pernah menggunakan jasa konstruksi Heisenberg, hanya saja saat itu Kevan belum diangkat jadi CEO—kalau tidak salah waktu itu Kevan masih menjabat sebagai direktur; dua tingkat di bawah CEO yang mana dulu masih dijabat oleh ayahnya Kevan. Dan klien jasa tak terlibat komunikasi apa pun dengan petinggi perusahaan, makanya mereka tak pernah bertemu.
Jasver mendengar sedikit-banyak tentang perusahaan Heisenberg karena berita mengenai mereka memang selalu muncul di headline internet maupun majalah fisik. Sejak skandal memalukan ayah Kevan tersebar, Kevan langsung diangkat oleh petinggi Heisenberg jadi CEO, sedangkan ayah Kevan sendiri dipindahkan ke perusahaan mereka yang lain—ke perusahaan yang lebih kecil.
Karena itulah, Jasver tak terlalu mengenal Kevan. Dia hanya mendengar rumor bahwa Kevan ini cukup arogan dan berjiwa bebas, tapi Jasver tak menyangka kalau Kevan juga sangat santai dan tenang. Apakah karena latar belakangnya yang hebat? Ataukah karena dia sudah terlatih untuk tetap tenang dalam keadaan apa pun?
Tidak. Kevan seperti ini karena dia memang seperti ini; terlepas dari bagaimana latar belakangnya dan apa yang sudah dia lalui selama ini.
Lihat saja tindik hitam di telinganya. Apakah dewan komisaris mereka tak mengomentari penampilan premannya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Pervert
Romance"Aku tidak akan memberimu pilihan. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku." ---------- Anya mendedikasikan dirinya untuk menjadi detektif swasta yang berfokus memata-matai kasus perselingkuhan. Suatu malam, Kevan sang CEO yang sedang naik daun t...