Empat Puluh Enam

7.5K 401 2
                                    

Melihat reaksi terkejut Anya yang konyol, Kevan malah bingung. Sedangkan Arthur sudah tertawa bahkan sebelum pintu lift terbuka sempurna.

"Kenapa kau seterkejut itu, Ann?" tanya Kevan sambil mengusap-usap bulu lebat harimaunya.

Anya yang sudah bersembunyi di balik pilar lantas melongok dan berseru, "KAU GILA!!"

"Tolong berikan alasan yang logis. Dari tadi kau hanya menyebutku gila."

"Well," ucap Arthur, mencoba menengahi. "Bagi sebagian orang kaya yang hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan, menjadikan hewan liar sebagai piaraan bukanlah hal asing lagi, Nyonya Snow. Walaupun sempat dikecam karena memelihara satwa dilindungi, Pemerintah sudah memberi izin resmi dengan berbagai syarat hingga Kev dibolehkan untuk menjadikan Lizzy sebagai piaraan."

Anya menyorot datar ke arah Arthur. "Aku tidak butuh informasi seperti itu. Sejak dulu aku sudah tau kalau orang kaya seperti pria gila itu selalu bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Aku hanya ingin tau kenapa aku dilahirkan hanya untuk memahami kegilaan pria itu!"

"Siapa yang kausebut pria itu?" protes Kevan.

Sambil kembali menatap Kevan dari balik pilar, Anya menyolot, "KAU! SIAPA LAGI!?"

"Kuharap kau segera mengganti sebutan pria itu menjadi suamiku."

"Lizzy dibesarkan sejak bayi oleh Kev," ujar Arthur, lagi-lagi bermaksud menengahi perang antara suami-istri itu. "Mungkin Nyonya takut akan insting liarnya, tapi Lizzy sangat friendly kepada manusia."

"ITU HANYA KETIKA DIA TIDAK LAPAR!!" seru Anya lagi, masih bersembunyi di balik pilar hingga yang terlihat hanya kepalanya yang mengintip.

"Kau takut dimakan?" tanya Kevan. "Tenang saja, dia hanya suka daging perawan."

"Dasar brengsek," desis Anya jengkel. "SIAPA PUN TOLONG KEMBALIKAN HEWAN ITU KE HABITATNYA!!"

Kevan menyeringai. Dia menikmati ketakutan Anya, tapi khawatirnya nanti Anya malah pingsan karena serangan jantung.

"Baiklah, baiklah. Aku mengerti ketakutanmu. Tapi hewan ini tidak semenakutkan itu. Orang lain bahkan memelihara beruang merah. Padahal kau tau sendiri kan, kalau beruang akan menguliti mangsanya hidup-hidup ketika lapar?"

"Terserah!" Anya langsung melangkah pergi. "Daripada mati konyol, lebih baik aku pergi dari sini!"

Kevan mengusap-usap leher Lizzy sambil berbisik, "Pergi dan kejar wanita itu."

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Lizzy langsung melangkah pergi menghampiri Anya. Suara dengkur yang khas membuat Anya secara refleks menoleh ke belakang. Matanya seketika melotot begitu melihat harimau itu menghampirinya dengan langkah kecil-kecil. Sontak Anya berteriak dan berlari, membuat harimau itu ikut berlari mengejarnya.

"KEVAN!! INI TIDAK LUCU! TOLONG AKU!"

"Santai saja, dia hanya ingin berkenalan denganmu."

"BRENGSEK! TERIMA BAYARANMU NANTI!!"

Anya terpekik saat Lizzy berhasil menggigit hoodie gamisnya dari belakang, tak ayal membuat Anya tersungkur jatuh. Saat membalikkan tubuhnya menghadap langit-langit, Anya ternyata sudah dikurung oleh Lizzy yang berdiri di atas tubuhnya. Tubuh Anya tak bisa bergerak—diterkam binatang buas adalah mimpi terburuk sepanjang masa. Itu membuatnya gemetar dan menangis.

"Ah, kurasa wanitamu memang setakut itu? Lihat. Dia menangis," kata Arthur.

"Yeah, saat bertemu denganku dia juga seperti itu," balas Kevan sambil berdiri. "Nanti dia akan terbiasa dengan sendirinya."

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang