Tujuh Puluh Satu

5.6K 359 18
                                    

Erleen hanya bisa memejam matanya dalam ketakutan. Di ambang yang sulit untuknya mengerti, tiba-tiba saja cengkeraman di tangannya merenggang. Begitu dia mencoba membuka kelopak matanya, pria yang hendak memerkosanya tampak seperti kebingungan.

Dada Erleen berdesir. Apa Kevan telah kembali?

Meski masih sulit untuk Erleen menerima pernyataan bahwa pria yang dicintainya ini ternyata selama ini menyembunyikan rahasia yang mengerikan, benak Erleen mengatakan bahwa Kevan sudah kembali; mengambil alih tubuhnya dari Karl yang hendak mencelakai Erleen.

"Apa ... ini?"

Kening Kevan berkerut melihat Erleen setengah telanjang di bawah dirinya. Sontak dia bangkit dari posisinya, beringsut ke tepi ranjang dengan sedikit syok. Erleen yang melihat itu pun semakin yakin bahwa Kevan benar-benar sudah mengambil alih.

Jadi, benarkah Kevan mengidap kepribadian ganda? Hati Erleen terasa sangat sakit menerima kebenaran ini.

Melihat Erleen ikut bangkit sambil mengeratkan jubahnya, Kevan semakin merasa linglung. Isi kepalanya berisik—Karl agaknya mengumpat karena Kevan menghalangi perbuatannya. Sejenak, Kevan meremas rambutnya, mencoba menenangkan diri dan mengingat apa yang dia lakukan terakhir kali sebelum tiba-tiba berada di kamar Erleen.

Bukankah sebelumnya Kevan berada di mobil, tengah berbicara dengan Arthur melalui ponsel?

"Tanggal berapa sekarang?" Kevan mencoba memastikan sudah berapa lama dia membiarkan Karl mengambil alih.

Erleen yang masih terpukul, tak bisa menjawab meski dia tahu jawabannya. Wanita itu gemetaran sambil mencengkeram jubah yang sudah membungkus dirinya sepenuhnya. Wajahnya pucat, dan dia tak sanggup menatap Kevan.

Melihat itu, Kevan jadi menatap nanar.

"Erleen ...."

Sekejap kemudian, Kevan tersadar akan sesuatu. Dia lantas turun dari kasur dan berjalan cepat ke arah boneka beruang yang duduk di sofa seberang, tepat menghadap ke arah ranjang.

Sial. Kevan mengumpat dalam hati.

Entah apa saja yang sudah terekam, Kevan yakin Anya pasti sudah melihatnya.

Tanpa kesulitan, Kevan merusak mata boneka itu hanya dengan tangannya. Setelah mata boneka beruang itu berada di tapak tangannya, bibirnya seketika menyeringai samar.

Ternyata benar. Anya menempatkan kamera di mata boneka yang dia beri untuk Kyo.

Dengan sepatunya yang masih terpasang di kakinya, Kevan menghancurkan mata beruang itu dengan menginjaknya di lantai. Saat dia kembali menatap Erleen, dia merasa masalah yang akan dia hadapi akan semakin kompleks dan panjang.

"Erleen." Kevan memejam matanya sejenak sambil menarik napas panjang, kemudian kembali menatap Erleen. "Maafkan aku."

Kevan melangkah menuju pintu kamar sambil tak melepaskan pandangannya dari Erleen.

"Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi ada hal yang harus kulakukan. Maafkan aku."

Begitu Kevan sudah keluar dari kamar, dia menutup pintu kamar dari luar. Melalui celah pintu, dia melihat Erleen yang masih syok dengan ekspresi rumit.

Aku janji akan membayar semua ini.

Segera Kevan melesat keluar dari mansion. Dia tak dapat membayangkan apa yang akan Anya pikirkan setelah melihat rekaman itu. Meski Kevan tak tahu apa saja yang sudah Karl lakukan, melihat Erleen sudah setengah telanjang, jika itu terekam orang yang melihatnya tak mungkin bisa berpikir positif.

Melihat bagaimana syoknya Erleen, Kevan yakin Karl pasti juga sudah membocorkan rahasia mereka.

Pada akhirnya, ada banyak hal yang tak dapat Kevan kontrol.

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang