Lima

22.7K 951 2
                                        

Heisenberg Contractors and Properties, adalah perusahaan pertama yang didirikan oleh Joseph Heisenberg, sang pimpinan Heisenberg Group, yang tak lain adalah kakek kandung Kevan sendiri.

Selain karena usaha kerasnya, alasan mengapa Kevan dapat menduduki kursi CEO perusahaan bergengsi di umur 30 tahun, sebenarnya tak lepas dari pengaruh kakeknya. Sebab, di antara cucu-cucu Joseph yang lain, hanya Kevan yang diberi perhatian lebih oleh sang kakek.

Kevan, dianggap sebagai cucu kesayangan kakek. Maka tak heran jika cucu-cucu lain merasa iri dan tak senang dengan Kevan. Hanya Kevan yang berhasil menduduki kursi CEO di antara cucu-cucu yang lain di saat mereka hanya mampu menjadi direktur, itu pun di perusahaan cabang yang dipimpin oleh ayah-ayah mereka.

Karena sejak kecil terjepit hubungan saling iri antar keluarga, Kevan akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan arogan. Namun, bisik-bisik terdengar bahwa Kevan katanya juga bisa bersikap hangat. Tapi itu hanya akan terjadi ketika Kevan berinteraksi dengan kakeknya, ibunya, dan dengan orang-orang yang pernah dia cintai, setidaknya dulu.

Selain dari orang-orang itu, Kevan benar-benar tak tersentuh. Hawa yang mendominasi ketika dia menatap hampa orang lain, seakan-akan lebih dingin dari udara musim gugur di kota Cezar.

"Laporan sampah macam apa ini? Strategimu busuk!"

Kevan melempar berkas laporan ke meja. Suasana hatinya yang buruk, otomatis membuat suasana di ruang rapat menjadi genting. Para kepala divisi yang menghadiri rapat bulanan seketika menegapkan punggung masing-masing. Sebisa mungkin, mereka tak boleh kelihatan payah di mata Kevan yang sedang tidak senang. Atau mereka bisa jadi sasaran amukan.

"Sorry, Bos, tapi saya melihat banyak peluang di pulau Souris. Pemerintah juga menjanjikan investasi skala besar. Pulau Souris akan menjadi salah satu destinasi wisata dunia yang paling eksotis, dan kita tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini untuk membuat nama Heisenberg lebih besar lagi!"

Edwin White, menjabat menjadi salah satu kepala divisi, spesifiknya Divisi Marketing. Pria berkacamata tanpa bingkai dengan postur tubuh kekar itu menghadapi suasana suram dalam ruang rapat dengan percaya diri. Padahal, berkas laporan yang baru saja Kevan lempar ke meja justru adalah laporan miliknya.

"Kau tau kenapa belum ada perusahaan lain yang mengambil alih pulau itu, hm?" Kevan menatap Edwin sambil mengetuk permukaan meja dengan jemari rampingnya. Dia sama sekali tak berniat untuk mengintimidasi, namun auranya menggagalkan itu. "Dengan mengambil alih Pulau Souris, itu berarti kau juga harus mengusir penghuni yang tinggal di sana."

"Apa itu jadi masalah?" balas Edwin. Semua orang selalu dibuat takjub oleh kepercayaan dirinya setiap menghadapi seorang Kevan. "Tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa penghuni Pulau Souris menjadi pemilik mutlak. Jika tetua mereka memiliki dokumen yang mensahkan kepemilikan pulau dan tidak mau menjual pulau itu kepada kita, sudah pasti mustahil untuk kita mengambil alih. Tapi tidak ada sejarahnya penghuni Pulau Souris mengadakan perjanjian atas kepemilikan tanah. Dalam arti lain, pulau tersebut masih milik Pemerintah."

"Kalau begitu, kenapa Pemerintah tidak mengambil alih pulau itu sejak dulu?" Kevan menarik tangannya dari meja sambil bersandar, meletakkan masing-masing tangannya pada lengan kursi. "Jawabannya mudah. Mereka adalah kelompok yang paling senang menunjukkan citra sempurna pada negara lain. Kau pikir apa yang akan media luar katakan jika Pemerintah merebut pulau yang dihuni oleh puluhan ribu orang? Karena itulah mereka berniat menggunakan nama kita untuk berlindung di balik kontroversi, padahal mereka juga punya peran besar dalam proyek. Saking berambisi, kau jadi tidak sadar kalau Pemerintah sudah memanfaatkanmu."

"Saya rasa tidak akan ada yang peduli soal itu selama kita menjanjikan saham untuk penghuni pulau."

"Bagaimana mungkin kau bisa menjanjikan saham untuk masyarakat kelas bawah yang hanya ingin hidup tenang di tanah kelahiran mereka? Kalau mereka tergiur dengan uang, kakekku pasti sudah membangun hotel di sana sejak dulu. Kalau kita tetap nekat mengambil alih pulau itu, pada akhirnya kita akan tetap menggusur mereka dan mengabarkan pada media seolah-olah mereka merasa puas dengan saham yang dijanjikan, padahal mereka justru dipaksa untuk bungkam dan menderita."

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang