Anya tak dapat melepaskan cengkeraman Kevan dari tangannya. Meski Kevan mengatakan bahwa dia membelenggu Anya karena takut Anya menyerangnya, sepertinya Kevan tak menyadari bahwa dibanding Anya, dia justru lebih kuat.
Sebuah pintu dibuka. Anya diseret masuk oleh Kevan ke ruang gelap yang kemudian menjadi remang begitu Kevan menjentikkan jarinya. Melihat seluruh sisi ruangan dipenuhi oleh foto-foto Anya saat belum mengenakan hijab, jantung Anya tentu saja langsung berdesir. Matanya membelalak, terpaku pada satu foto besar di sana.
Ini ... apa-apaan!?
"Aku tidak mengerti kenapa kau bisa melupakan malam itu dengan mudah. Apa hanya karena kau mabuk? Yah, orang yang tidak terbiasa minum alkohol dengan kadar tinggi memang akan mudah melupakan sesuatu ketika mabuk. Tapi ... ayolah. Kenapa sedikit saja kau tidak bisa ingat?"
Anya tak dapat mendengar Kevan dengan baik karena keterpakuannya pada foto-fotonya yang memenuhi semua sisi dalam ruangan ini. Semua foto di sini penuh dengan foto-foto Anya sebelum mengenakan hijab, itu berarti bahwa Kevan berhenti mengambil gambar sejak 4 bulan lalu; sejak Anya memutuskan untuk membungkus kepalanya setelah selama ini menutup tubuh hanya ketika beribadah saja.
"Kenapa ...." Anya menatap Kevan sambil mengerutkan kening. "Kenapa kau bisa mendapatkan semua foto-foto ini? Kenapa aku tidak sadar kalau selama ini ada penguntit di sekelilingku?"
"Kau pikir aku sesenggang itu? Aku menyewa paparazi untuk mendapatkan semua foto-foto ini."
Kevan berjalan menuju foto Anya yang paling besar. Kemudian berdiri di depan foto itu sambil menempelkan jari-jarinya di sana. Pemandangan itu lagi-lagi membuat Anya merinding.
"Aku terlalu sibuk untuk bertemu denganmu dua tahun ini. Aku lalu mengambil jalan seperti ini untuk terus bisa melihatmu. Konyol, 'kan? Aku bahkan tidak mengerti diriku sendiri. Tapi tanpa ini ... kurasa aku akan kesulitan selama ini ...."
Anya tak mengerti. Tapi sepertinya Kevan menganggap Anya sebagai penyelamat?
Fitrah manusia memang suka mengagungkan sesuatu. Dan manusia paling celaka adalah manusia yang menjadikan manusia lainnya sebagai sumber dari kekuatannya; atau menjadikan sesuatu selain Tuhan untuk dia agungkan supaya dia merasa kuat.
Apa yang telah Kevan lewati hingga membuatnya berakhir seperti ini?
"Kalau senggang, aku akan menggunakan hari itu untuk memantaumu dari jauh. Kau juga langsung pindah rumah setelah aku menakutimu, 'kan? Tidak sulit bagiku untuk menemukanmu, sejauh apa pun kau melarikan diri." Kevan menoleh ke belakang sambil tersenyum. "Bakatku mengerikan, ya? Akan lebih baik jika aku jadi detektif sepertimu, tapi sayangnya aku suka uang. Hanya dengan menjadi detektif, mana bisa hidup mewah?"
Anya tetap bergeming di tempatnya saat Kevan berjalan mendekat ke arahnya.
"Bagaimana? Kau tersanjung? Aku menyukaimu lebih parah dari yang kau bayangkan."
Mata Anya tak lepas dari memandangi Kevan. Meski dia masih merasa lemah, setidaknya dia sudah mengumpulkan tenaga sejak mandi air hangat beberapa saat yang lalu. Karena itu, dia bisa mengepalkan tangannya dengan kuat untuk memberi Kevan satu bogem mentah.
Bugh!
Kevan ternanang usai satu tinju dari Anya mendarat di pipinya, sedikit mengenai hidung mancungnya. Tinju itu masih membuat Kevan berdiri dengan kokoh meski kepalanya harus dibuat menoleh ke samping dan tertunduk. Dalam gemingnya, Kevan merasakan cairan beraroma besi meluncur mulus dari lobang hidungnya.
Bahkan tinju dari lima orang pria saja tak dapat melukai Kevan. Namun, mengapa?
Apa karena Kevan lengah? Atau memang Anya yang kuat dan cepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Pervert
Romantizm"Aku tidak akan memberimu pilihan. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku." ---------- Anya mendedikasikan dirinya untuk menjadi detektif swasta yang berfokus memata-matai kasus perselingkuhan. Suatu malam, Kevan sang CEO yang sedang naik daun t...