Dua Puluh

9.9K 437 2
                                    

Pertemuan dua—mantan—sahabat diadakan di hotel milik Heisenberg Group; di ruangan khusus pertemuan penting. Meski bertamu ke kandang rival, Thomas tak membawa banyak bodyguard. Bahkan Jasver yang merupakan kaki-tangannya saja tak dia bawa. Reuni menjadi alasan andalan Thomas supaya Jasver tak perlu berpikiran macam-macam tentang pertemuan itu.

Di ruangan luas itu, Thomas dijamu makan malam oleh Joseph. Di saat Joseph mulai makan dengan santai, Thomas masih menyilangkan kedua tangan kekarnya di dada; menatap Joseph penuh selidik.

"Aku tau cucuku cukup menyusahkanmu. Tapi bukan berarti aku juga akan melakukan hal yang sama padamu." Untuk ke sekian, Joseph mengulurkan tangan kanannya untuk mempersembahkan hidangan di meja kepada Thomas. "Silakan cicipi masakan chef hebat di hotel ini, Tom. Aku yakin makan malam ini akan membuatmu terkesan."

"Cucumu itu gila," celetuk Thomas dengan ekspresi sangar, seakan-akan hendak mematahkan meja mewah di antara mereka. Tapi Joseph sama sekali tak terusik oleh itu. Dia terus makan dengan tenang.

Mungkin, karena sudah mengenal Thomas dengan sangat baik, Joseph sama sekali tak merasa terancam oleh aura bengis sang Kepala Mafia.

"Kenapa kau tidak memasungnya di rumah sakit jiwa?"

"Dia mungkin gila, tapi hanya dia satu-satunya keturunanku paling jenius."

Thomas mendesah sinis. "Jenius dan gila memang beda tipis."

"Tapi kau menyukainya, 'kan? Dia itu memang sulit dimengerti, tapi dia suka berinteraksi dengan pria tua seperti kita. Setiap dia pulang ke mansionku, dia selalu memijat punggung dan kakiku, loh. Manis sekali tingkahnya itu."

"Biar kuberitahu!" Thomas menekan permukaan meja dengan telunjuknya, seolah-olah sedang menekan nyawa Joseph di sana. "Cucumu itu, sudah berani menculik cucuku! Aku terkejut mendapatimu masih tetap membelanya, padahal kau tau cucumu itu sudah gila!"

"Kau sendiri, bagaimana?" Joseph tersenyum tenang. Agaknya, sikap tenang dan santai Kevan telah diwarisi olehnya. "Kudengar cucumu membunuh suaminya sendiri. Dan kau melindunginya sedemikian rupa hingga dia bisa berkeliaran bebas di Cezar. Apa kau tidak pernah berpikir cucumu akan membunuh lagi? Kau pasti tau; kalau kita membunuh orang sekali, kita pasti akan membunuh lagi. Kenapa kau membiarkan cucumu berkeliaran bebas?"

Thomas menatap dingin sembari membalas, "Masalah cucuku yang membunuh seseorang, itu tidak ada hubungannya denganmu dan cucumu. Tapi cucumu yang gila itu, bisa menyakiti cucuku kapan saja. Aku tidak ingin berperang di umur setua ini, Jo. Aku datang kemari untuk bernegosiasi denganmu. Hanya kau yang bisa mengendalikan cucu gilamu itu. Aku tidak ingin membunuhnya, jadi kuharap kau bisa mengawasinya."

"Kau terlalu mencemaskan hal yang tidak penting, Tom."

"Kau sebut itu tidak penting? Aku hanya mengkhawatirkan cucuku!"

"Alih-alih menyakiti cucumu, Kev justru akan melindunginya," kata Joseph, membuat Thomas terenyak dengan kening berkerut bingung. "Kau sudah tua, nanti atau besok, kau akan mati sebentar lagi. Apa sampai sekarang, kau masih belum memutuskan kepada siapa kau akan menitipkan cucumu? Secara naluriah, kau pasti tidak ingin membiarkan cucumu sendirian karena kau memiliki banyak musuh. Bagaimana jika musuh-musuhmu menjadikan cucumu sebagai sasak dendam?"

Thomas diam.

"Kev itu ... dia memang sedikit mudah kesal, tapi dia bukan orang yang amarahnya akan meledak-ledak untuk hal remeh. Dia tidak suka cari musuh, tapi kalau itu dibutuhkan, dia bisa melenyapkan siapa pun dengan mudah. Tidak ada alasan untuknya menyakiti cucu kesayanganmu, Tom. Jika dia memiliki alasan untuk menyakiti seorang wanita, tentu ada wanita yang lebih pantas untuk dia sakiti, yaitu ibu tirinya sekarang."

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang