Setelah bermalam di rumah pribadi Kevan, Kevan dan Anya akhirnya kembali ke apartemen.
Anya sudah puas bermain dengan Lizzy dan keluarga kecilnya, sebab dia bahkan tidur bersama mereka. Kevan sampai dibuat gondok karena harus rela absen bercinta semalam.
Mereka sampai ke apartemen ketika sudah malam hari. Saat Kevan bersih-bersih di kamar mandi, Anya sedang berkutat di depan layar laptopnya di atas kasur; berbaring dengan posisi tengkurap.
Pekerjaannya benar-benar sudah menumpuk. Ada banyak orang-orang yang meminta pertolongannya, membuat Anya tak bisa mengabaikan mereka begitu saja. Namun, jika sebanyak ini, Anya terpaksa harus selektif supaya tidak gila. Sebab mengurus satu kasus saja, risikonya besar.
Belum lagi harus menghadapi kejadian-kejadian tak terduga seperti klien yang bunuh diri setelah pasangan terbukti berselingkuh. Yang Anya sesali bukan bayarannya yang tidak genap, melainkan kemarahannya terhadap dirinya sendiri karena merasa gagal melindungi kliennya.
Saat ini, saat memeriksa email satu per satu, tiba-tiba Fiona—sahabatnya—menelepon. Anya serta-merta menyambungkannya ke laptop agar mereka dapat melakukan video call dengan leluasa.
"Halo, Mom," sapa Anya, iseng menyebut Fiona sebagai ibu karena sahabatnya itu sekarang sudah jadi ibu. "Ini sudah larut, kenapa menelepon?"
"Ah, sori mengganggu. Aku hanya mendadak rindu," balas Fiona. Saat dia menunjukkan bayinya yang sedang tidur di sampingnya, Anya langsung histeris.
"Tolong tunjukkan lagi wajah keponakanku!" seru Anya. Begitu Fiona mengarahkan layar ke wajah bayinya agar Anya dapat melihat, Anya langsung meleleh. "Pipinya merah sekali. Aku jadi ingin cepat-cepat bertemu kalian ...."
Fiona terkekeh. "Nikmati dulu bulan madumu. Eh tapi maaf aku mengganggu momen pentingmu. Kalau boleh tau, kamu bulan madu ke mana?"
"Nggak ke mana-mana. Aku tetap di Cezar."
"Serius!?" kaget Fiona.
"Kenapa aku harus berbohong soal itu?"
"Ayolah, Ann! Kukira kamu sedang bersenang-senang di hotel mewah negara tropis sekarang!"
"Hotel mewah mana pun kurasa belum mampu menyaingi kemewahan penthouse pria gila itu. Kalau nanti kamu sudah bisa keluar rumah, nanti kuajak kamu main ke sini."
"Ah, iya. Aku lupa. Suamimu kan pemilik properti termahal di Cezar ...." Fiona terkekeh. "Padahal waktu itu kamu ngotot bilang nggak akan menikah. Tapi nggak lama setelah itu kamu langsung berubah pikiran, ya?"
"Yeah, anggap aku yang sekarang ini bukan diriku yang asli," balas Anya melantur. "Well, kamu mau ngomong apa? Ini sudah larut. Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus istirahat. Seharian pasti capek mengurus baby sendirian. Oh, ya. Mana suamimu?"
Fiona lantas menghela napas. Anya dapat melihat raut sahabatnya yang berubah.
"Itu yang mau kubahas denganmu, Ann."
Anya diam.
"Suamiku makin parah. Kemarin-kemarin masih mending cuma nonton film porno, sekarang parahnya dia sudah jarang pulang. Aku tau dia sibuk, tapi kurasa dia juga aneh. Aku hampir stres karena mikirin ini, makanya aku mau minta tolong kamu."
Anya mengernyit. "Jangan bilang kamu curiga suamimu begitu!"
Fiona menghela napas lagi. "Makanya aku minta kamu buat pastiin, Ann. Aku mungkin nggak bisa kasih bayaran yang banyak mengingat selama ini kamu dibayar mahal. Tapi aku rela kuras tabunganku asal kamu bisa bantu aku ...."
"Persetan dengan bayaran. Aku nggak butuh uangmu. Kamu tenang aja! Nggak usah mikir aneh-aneh, fokus dengan bayimu aja! Aku pasti akan bantu!" Anya mengacungkan dua jempolnya sekaligus, membuat Fiona terkekeh haru. "Tapi kamu bisa sabar, 'kan? Aku belum bisa bergerak bebas sampai orang gila itu habis masa cuti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Pervert
Romance"Aku tidak akan memberimu pilihan. Mau tidak mau, kau harus menikah denganku." ---------- Anya mendedikasikan dirinya untuk menjadi detektif swasta yang berfokus memata-matai kasus perselingkuhan. Suatu malam, Kevan sang CEO yang sedang naik daun t...