Enam

21.6K 894 3
                                        

Anya Snow, wanita ras Asia bermata cokelat terang dengan kulit sawo matang; warna kulitnya seakan-akan menyalahi marganya sendiri, yakni Snow yang berarti salju.

Sebenarnya, kedua orang tua Anya memiliki kulit putih oriental; putih seputih salju. Namun, Anya sendiri terciprat gen kakeknya yang berkulit eksotis hingga membuatnya diejek anak pungut oleh bocah-bocah menyebalkan semasa kecil lantaran warna kulitnya yang berbeda dengan warna kulit kedua orang tuanya.

Sejak kecil, Kevan selalu menetapkan bahwa, standar kecantikan hanyalah milik wanita berkulit putih saja. Sebab, ibunya saat muda dulu begitu cantik dengan kulit putihnya. Erleen, perempuan yang dia sukai sejak remaja yang kini sudah menjadi mantan pacarnya juga cantik dengan kulit putihnya. Namun, sejak bertemu Anya, sudut pandang Kevan seketika berubah.

Tanpa menyingkirkan posisi sang ibu, kini, di mata Kevan, wanita cantik hanya Anya seorang.

Kalau saja dua tahun ini dia tak disibukkan dengan berbagai proyek besar, Kevan pasti sudah memelihara Anya sejak mereka bertemu pertama kali, dua tahun yang lalu.

Pada akhirnya, Kevan hanya bisa menyewa paparazi untuk mendapatkan ribuan foto Anya diam-diam. Obsesi yang disadarinya itu menjadi penawar setiap dia merasa membutuhkan Anya.

Sekarang, Anya datang ke kantor Kevan. Entah dia sudah menemukan apa yang Kevan suruh cari, atau justru mengajukan surat pengunduran diri, yang terpenting bagi Kevan hanyalah kedatangan wanita itu.

Anya pasti tidak tahu betapa Kevan selalu kesulitan membendung perasaan meluap setiap mengingat ciuman panas mereka dua tahun lalu. Bahkan cologne yang Anya pakai waktu itu, masih bisa Kevan kenali aromanya sampai saat ini.

Meski sebenarnya Kevan sangat ingin tertawa, pria itu tetap bisa bersikap kalem sambil menunjukkan ekspresi dan tatapan dingin. Walau sejujurnya dia sangat ingin bisa menyentuh betis Anya sekali lagi, dia harus menahan diri sampai nanti dia melihat Anya takluk padanya.

"Kurasa kedatanganmu membawa kabar baik, Detektif Snow." Kevan menyapa dari kursinya. Sementara Anya sudah berdiri di tengah-tengah ruangan.

Kenapa Anya tidak berdiri lebih dekat lagi? Kevan ingin menebak-nebak dari dekat apakah Anya masih mengenakan bra busa?

Tanpa berbasa-basi, dengan ekspresi datarnya, Anya lekas membalas, "Maaf mengecewakanmu. Tapi aku datang untuk mengundurkan diri."

Anya menetapkan kata ganti terhadap dirinya dari 'saya' menjadi 'aku'.

Menurut Kevan, orang yang memakai kata ganti aku, biasanya akan selalu menegaskan salah satu di antara dua hal; kalau bukan untuk menegaskan keakraban pada lawan bicara, berarti menegaskan arogansi dan permusuhan.

Kevan selalu memakai kata ganti aku kepada semua orang untuk menonjolkan arogansinya. Berbeda dengan Anya. Wanita itu jelas-jelas menggunakan kata ganti aku hanya untuk menegaskan permusuhan yang disamarkan.

Dari asumsinya, Kevan yakin bahwa Anya pasti sudah menyadari siapa yang Kevan minta untuk Anya cari.

"Ah, sepertinya aku benar-benar membuatmu kesulitan, ya?"

"Sedikit," dusta Anya. Padahal sebenarnya, dia benar-benar tidak tidur lantaran menghabiskan malam hanya untuk berusaha mengingat bagaimana pertemuannya dengan Kevan dua tahun lalu hingga membuat Kevan sebegitu terobsesi padanya. "Aku tiba-tiba merasa kalau satu juta dollar sudah tidak menarik lagi. Jadi maaf, aku mengundurkan diri."

Kalau Anya sudah tahu, mengapa Anya tidak mengungkit soal itu?

"Kenapa kau berbohong?" Kevan masih memasang wajah tanpa ekspresi. Padahal dia ingin menertawakan kemalangan Anya yang sudah masuk perangkapnya. "Kau datang kemari karena kau sudah tau siapa wanita yang ingin kucari, bukan?"

Bitter Sweet PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang