Maapkan aku ya gess...
Malem tadi aku ketiduran... Hahahahah bablas ampe jam segini. Sekarang aku mau lanjut!°°°
Yudas ikut bersama Yohan ke rumah sakit. Ia memutuskan untuk bertemu dengan Kaivan, kasihan sekali karena Kaivan katanya merindukan nya dan adiknya. Tapi Razka masih bersama Mahesa di rumah, jadi ia memberitahu ayahnya bahwa ia berangkat duluan bersama Yohan.
"Coba nanti liat dulu. Abang kamu masih tidur apa belom, soalnya abang denger katanya tadi sempet drop lagi." Ucap Yohan pada Yudas. Anak itu sedikit mengintip, lalu mengangguk.
"Inget ya. Jaga emosi, jangan sampe kamu tiba tiba bikin abang kamu itu drop cuma gara gara cerita yang abang bilang sama kamu. Buat sementara, udah diem aja. " Nasihat Yohan yang menepuk bahunya pelan.
Yudas menghela nafas. Oke lah, ia akan berusaha menjaga emosinya di depan Kaivan sekarang.
Yudas memasuki kamar rawat Kaivan. Terlihat abangnya itu sedang menatap langit langit rumah sakit. Tatapan matanya tertuju padanya, karena merasa ada yang membuka pintu.
Senyum hangat langsung Kaivan berikan begitu tahu siapa yang masuk. Bibir kebiruan miliknya itu terangkat sedikit. Dirinya berusaha untuk duduk. Yudas buru buru mendekat dan membantu Kaivan untuk duduk.
"Haii... Somse bangettt, baru nengok..." Sindir Kaivan setelah berhasil duduk dan menyandarkan punggungnya pada bantal yang di tata oleh Yudas.
Yudas tampak mengalihkan pandangannya. Sejujurnya ia tidak tega melihat bibir kebiruan Kaivan, kukunya juga berwarna ungu. Dann kalau dilihat lebih teliti, kaki abangnya itu sedikit bengkak. Sudah separah itukah kondisi Kaivan?
Walaupun dibantu dengan nasal kanul, Yudas masih bisa mendengar suara nafas abangnya yang berat. Kalau memang tidak cukup dengan selang yang menyumbat hidung abangnya itu, kenapa tidak diganti saja, sih?!
"Heh, ini abang, kok di... Cuekin...? "
Yudas menggelengkan kepalanya dan mengambil tangan Kaivan untuk salam. Kaivan terkekeh, ia berusaha menarik tangan adiknya—untuk memeluknya, tentunya.
"Peluk, dong... Dah gak bisa, ngapa ngapain, niih... "
Yudas berdecak. Bukan karena tidak mau memeluk Kaivan. Ia hanya tidak suka ucapan Kaivan saja. Apa apaan sih maksudnya itu? Emang orang sakit itu suka ngigo bukan sih? Aneh aneh perasaan.
Yudas memeluknya. Ia sedikit melonggarkan pelukannya, takut Kaivan semakin sesak nafas.
"Ih, kangen banget sama Yu... Kapan kamu peluk, abang lagi... Coba... Hah..."
Kaivan menarik nafas dan terbatuk, membuat Yudas melepas pelukannya. Abangnya itu tampak menepuk dadanya pelan.
"Ini abang kenapa pake ginian...? Bukannya ganti sama yang lebih efektif. Yang laju oksigen nya lebih tinggi kek, dari ini. " Yudas menyentuh nasal kanul yang dipakai Kaivan. Kesal, karena abangnya malah terlihat semakin kesusahan bernafas.
Kaivan menggeleng. "Abang kok yang minta... Uhuk, pake ini.. Uhuk, uhuk. Gak mau pake masker oksigen... Susah, ngomong... Nanti gak kedengaran... " Jawab Kaivan. Yudas menghela nafas. Ia mengambil air dan membantu Kaivan minum dengan bantuan sedotan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Fiksi RemajaRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...