"Sialan! Anjing! Brengsek! Bajingan!"
"Gua mau hidup tenang!"
"Udah bagus gua udah mati kenapa diidupin lagi sih!"
Meninju dinding yang ada dihadapannya tanpa memperdulikan tangan yang sudah berdarah dari tadi.
"La-lang kenapa? Kenapa teriak-teriak Lu-lun takut..."
Mengalihkan pandangannya pada seorang wanita dengan tubuh yang gemetar disana, raut wajah yang tersirat takut jelas tampak diwajah itu.
Mengusak rambutnya kasar, rasanya ingin menangis tapi tidak bisa.
Lang, laki-laki itu adalah Lang yang kembali setelah meninggalkan tubuhnya sendiri.
Sekarang malah berpindah pada tubuh pemuda yang berumur tujuh belas tahun.
Elang, itu nama yang dipanggil oleh wanita didepannya itu.
"Gua punya dosa apasih sebenarnya! Gua nggak mau hidup! Capek..."Meluruh kelantai, kepalanya sakit, kehidupan sebelumnya sungguh membuat bekas sendiri didalam ingatannya.
Bukan Lang tidak menerima kehidupan ini, hanya saja kenapa lagi dan lagi ia harus dihadapkan dengan situasi dimana dia yang selalu menderita? Tidak bisakah sedikit kebahagiaan menerpanya? Kenapa rasanya hidupnya sial selalu!
Elang, pemuda yang ia tempati tubuhnya ini entah kemana, mati atau tidaknya Lang tidak tahu, tapi yang pasti setelah mendapat benturan pada kepalanya ia tidak sadarkan diri dan dialah yang menempati tubuh kurus kering ini.
Anak haram! Itu yang disebut orang-orang, bukan tanpa alasan, Elang terlahir karena tindakan tidak sengaja.
Ibunya seorang maid dirumah ini tanpa sengaja tidur dengan majikannya saat musuh dari tuan rumah ingin menghancurkan sang tuan rumah.
Yang Lang tidak habis pikir adalah ibunya seorang yang memiliki keterbelakangan mental, bisa dikatakan ibunya adalah orang dewasa yang merangkap sifat seorang anak-anak.
Dalam ingatan Elang, Luna memang seperti itu dari lama, Luna adalah anak dari satu yang memiliki hutang dengan keluarga Sanjaya, itu sebutan untuk keluarga ini.
Karena ingin melunasi hutang orang tua Luna, mereka tega menyuruh Luna untuk mengantikan mereka, dan disinilah, Luna mendapatkan kejadian itu.
Luna dan Elang tetap tinggal disana karena orang tua Luna berencana agar mendapatkan hak lebih karena sudah membuat anak mereka hamil dan memiliki seorang anak.
"Lo bodoh Elang! Lo orang terbodoh! Udah tahu selalu disiksa ya pergi! Jangan disini malah disini terus! Ini begonya sampe keubun-ubun!"
Kesal! Lang sungguh kesal dengan Elang yang bersikap baik tapi bodoh ini, lebih baik pergi dari sana dari pada harus menerima siksaan yang diberikan oleh keluarga Sanjaya, apalagi anak-anak mereka yang terus saja menyalahkan dirinya.
"Ini begonya lebih kayak Langit!"
"Lalang kenapa bicara sendiri?"
Lang menatap Luna, Luna sangat cantik dan imut tapi karena dia memiliki keterbelakangan mental, dia hanya menurut dan bersikap seperti anak-anak, wajah penuh luka itu didapat oleh maid yang lain yang tidak suka pada Luna.
"Lalang sakit ya? Sebentar ya, Lulun mau ambil obat dulu biar Lalang nggak sakit lagi, tapi Lalang jangan berisik ya..."Luna meletakkan jarinya pada bibir Lang.
"Nanti kita bisa kena pukul kalo berisik, tunggu sebentar ya."
Saat akan beranjak Lang memeluk tubuh Luna, kenapa mereka tega pada orang yang memiliki kekurangan seperti ini, apa salahnya? Mereka tidak meminta lahir, mereka tidak meminta dilahirkan seperti ini tapi kenapa mereka semua seakan menyalahkan orang seperti mereka.
Apa seorang yang memiliki cacat tubuh dan mental tidak bisa hidup berdampingan dengan orang normal?
Apa tuhan cuma menciptakan orang-orang normal saja yang boleh hidup dengan baik?
Sungguh Lang tidak sanggup, mungkin jika dibandingkan dengan hidupnya yang memiliki tubuh tidak kekurangan, sungguh sangat berbeda.
Lang berpikir sejenak, dia tidak mau hidup tapi saat melihat Luna seperti ini, rasa sesak memenuhi hatinya.
Jika itu terjadi pada Senja dia juga tidak sanggup, ah Senja, apa mereka sudah bahagia? Lang tidak tahu bagaimana kondisi Senja sekarang, tapi dia rindu pada ibunya itu.
"Lalang kenapa nangis? Lalang digigit nyamuk ya makanya nangis? Nyamuk nakal ya! Lulun mau ambil obat nyamuk dulu ya..."
Kali ini Lang membiarkan Luna pergi, melihat kepergian Luna Lang semakin meringis, kaki kanan Luna terlihat pincang, apa itu patah?
Berbaring di lantai, tempat tidur mereka yang hanya dialasi selimut tipis ini, sekarang Lang tahu kenapa ia dikirimkan disini.
"Gua emang orang jahat, tapi gua nggak mau ibu lo menderita, gua akan coba bawa ibu lo pergi dari rumah biadap ini!"
Bunyi pintu terbuka terdengar, Lang bisa melihat jika ibu dari Elang membawa sesuatu, dia membawa semprotan anti nyamuk dan menyemprotkan semuanya dikamar kecil itu.
Luna juga membawa kotak obat,"sini, Lalang nggak boleh luka, kalo luka nanti sakit, Lalang kan anak Lulun."Senyuman yang terbit di bibirnya itu membuat Lang tidak lagi bisa menahan tangisnya.
Air matanya mengalir, melihat bagaimana polosnya ibu dari Elang yang tidak tahu apa-apa tentang dunia.
"Tadi Lulun mau ambil es krim, tapi nggak dibolehin sama mereka, mereka bilang nggak boleh nyentuh kulkas, katanya tangan Lulun banyak kuman."Luna menunjukkan tangannya,"padahal tangan Lulun bersihkan? Kenapa mereka bilang ada kuman?"
"Ibu..."
"Em?"Luna memiringkan kepalanya,"Kenapa? Lalang lapar ya? Lulun ambil makanan dulu ya, Lulun minta dulu sama mereka, nanti udah dapet kita makan ya."
"Ibu kita pergi dari sini ya?"
"Pergi kemana? Ini kan sudah malam, gelap, besok aja mainnya, kan Lalang bilang kalo malem nggak boleh keluar takut dimarahin tuan."
"Bukan pergi keluar tapi kita yang keluar dari rumah sialan ini!"
Vote→comment→follow
Typo? Tandai!
Yang ingin nambah followers Instragram? Cek diprofil author, nanti di follback seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...