Kembali-79

1.5K 242 25
                                    

Kebahagiaan meliputi keluarga Ken, jika di tanya momen berharga apa yang ada di dalam hidup mereka maka jawabannya pasti hari ini, momen yang paling membuat mereka akan mengenang hingga akhir hidup mereka. Mendengar kabar jika Luna hidup kembali.

Rasanya seperti mimpi tapi begitu nyata, mereka di hantui oleh rasa ketakutan yang tak terhingga.

Sekarang Luna sudah di pindahkan ke ruang rawat biasa, mereka hanya menunggu kesadaran Luna pulih.

Elang juga tidak pernah melepaskan tangan Luna setiap detik selalu ada rasa takut seperti waktu Luna meninggalkan dirinya sendiri.

"Ibu, makasih udah mau milih kami."

Elang yakin jika Luna sangat susah memilih, antara Elang yang asli atau mereka yang berada di sini, tapi pilihan Luna begitu tepat, "Makasih juga buat elo, Elang. Gua tahu elo pasti berat nerima ini, tapi ibu juga butuh bahagia, dia bahagia sama yang lain, gua harap elo nggak akan nganggu lagi kehidupan kita, dan tenang di alam sana. Gua janji akan urus ibu, gua janji akan ngurus ibu, gua janji akan ngerawat ibu sampe sembuh, lo bisa pegang omongan gua."

Pelukan Elang rasakan di punggungnya, ia tak menolak ataupun tidak menoleh.

Nathan lah yang memeluk Elang."Adek jangan sedih lagi ya, Lulun udah nggak seperti tadi kok. Lulun itu kuat, kita nggak boleh sedih! Kalo sedih Lulun jadi sedih, kan Tuhan udah kasih Lulun kesempatan lagi, jadi kita harus senyum, kita nggak boleh nyerah! Lulun pasti sembuh bentar lagi, udah itu kita main sama-sama, kita main sama Lupi juga."

"Iya, Elang. Pokoknya kita harus senyum! Kalo Lulun bangun nanti kita harus ceria, nggak boleh kasih tahu Lulun kalo kita lagi sedih, nanti Lulun sedih dan bisa buat Lulun drop!"Zoya menghapus jejak air mata Elang.

Entahlah, Elang tidak menangis hanya saja air matanya tidak berhenti.

Elang memandang mereka satu persatu, "Daddy Ken, opa King, bang Max, bang Zain, bang Nathan dan kak Zoya. Makasih, aku nggak akan lupain apa yang kalian kasih hari ini, kalian udah nyemangatin ibu supaya sehat, kalian juga nggak pernah ngeluh kalo aku berontak dan nyalahin kalian dan kalian selalu sayang sama aku dan ibu, maaf untuk semuanya, maaf udah ragu kalo kalian cuma mau manfaatin aku sebelumnya, maaf untuk semuanya."

"Apa yang kau ucapkan, Lang."King menutupi mulut Elang sebelum anak itu berbicara lebih jauh, "Kami tidak pernah menginginkanmu untuk minta maaf seperti ini, karena kami memang benar-benar tulus menyayangimu, jangan minta maaf karena kau tidak pernah salah, jangan minta maaf karena kami mengerti apa yang kau lakukan ini semata mata hanya untuk melindungi ibumu, Luna. Kami tahu itu, kami tahu kau begitu menyayangi Luna, seharusnya kami yang minta maaf padamu, keluarga kami yang membuatmu menjadi seperti ini."King menghela nafas, mungkin pepatah yang mengatakan nasi sudah menjadi bubur itu benar adanya, Gio memang melakukan kesalahan dan membuat Elang terlahir tanpa adanya kasih sayang, siksaan silih berganti membuat kehidupan Elang selama ini sangat menyedihkan.

"Benar, Elang. Kami tidak pernah menyalahkan mu dalam hal apapun."Ken memeluk Elang dengan sayang," Maafkan Gio, maafkan juga aku, karena aku gagal dalam mendidik Gio, ini juga salahku karena tidak memperhatikan Gio selama ini ...."

Bagaimana? Elang juga tidak tahu, jika ditanya apakah dia dendam pada Gio maka jawabannya adalah tidak tahu, dia juga bukan Elang yang asli dan jangan lupa, Elang hanya kecewa pada Gio bukan membencinya, bagi Elang semua orang pernah berbuat dosa seperti dirinya, tapi saat ini Elang tidak sanggup untuk menatap wajah Gio.

"Maafkan bang Gio, Elang."Zain memeluk Elang, dia terisak saat mengigat jika Gio sudah tiada.

Max, King , dan Ken memandang satu sama lain, mereka prihatin melihat Zain yang masih belum mengetahui jika Gio masih hidup, dan anak-anaknya juga tampak kebingungan saat ini.

"Aku nggak pernah benci sama bang Gio, aku cuma kecewa sama bang Gio yang ngelakuin semua ini,"jujurnya.

Ken tersenyum mendengar itu, apakah ini pertanda ada harapan jika Elang bisa menerima Gio kembali, tapi sepertinya terlalu dini untuk membahas itu, sekarang mereka harus memikirkan Luna, merawat Luna hingga Luna sembuh, hingga Elang juga tidak kecewa lagi pada Gio.

"Aku memesan makanan, kalian makanlah."Max memberikan mereka masing-masing makanan yang sebelum ia pesan, dari pagi hingga sore mereka bahkan tidak menyentuh air dan makanan sedikit pun, rasa lapar tidak terasa di saat situasi itu, tapi Max yakin jika sekarang mereka semua tengah lapar, bunyi dari perut mereka tidak bisa membohongi, bunyi perut yang menandakan lapar itu terlalu keras.

"Makasih, abang."

"Makasih bang."

Max menanggapi mereka dengan senyum tipisnya, andai saja Luna Bagun sekarang pasti mereka bertambah bahagia, tapi sayang dokter mengatakan jika Luna dalam pengaruh obat, apalagi sebelumnya dia mati suri, itu akan mempengaruhi tubuhnya, mereka akan menunggu Luna hingga sadar.

Ken juga menerima itu, dia menatap Elang dengan sedikit bingung," Bagaimana aku mengatakannya pada Elang?"Apakah Elang akan setuju jika ia menikahi Luna? Itulah yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Vote →Comment →Follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang