Kembali-66

2K 334 51
                                    

Hanya raungan Aksa yang terdengar di sana, begitu memilukan, orang tuanya tiada dalam sekejap mata.

"Gio, kata-kata terakhir?" Ken memalingkan wajahnya, anak yang ia sayangi akan dia habisi di tangannya sendiri, begitu menyakitkan tapi ini hukuman setimpal bagi Gio.

Zain menangis dalam diam, ia masih tidak menyangka akan menyaksikan abangnya akan pergi untuk selamanya, Nathan dan Zoya tidak akan di beri tahu, Ken sudah memberitahu mereka jika mereka tidak akan pernah bertemu dengan Gio lagi, dan mereka menerima itu, karena mereka sudah membenci Gio.

Max juga mengalihkan pandangannya, Gio tetaplah adiknya, sedikit ada rasa tidak nyaman di hatinya saat ini, tapi ini pantas apa yang di dapatkan oleh Gio.

Begitu juga dengan King, ini adalah hukuman yang pantas, penghianat tidak berhak hidup.

Gio hanya menatap dengan kosong, hidupnya telah pergi, untuk apa lagi dia hidup, ia memandang Ken, Max, Zain dan King.

"Maafkan ... maafkan aku, tapi aku melakukan ini karena aku benar-benar mencintainya, sekarang dia sudah tiada, bunuh aku ... "Gio menangis dengan kencang, "Tapi satu hal yang harus kalian tahu, aku benar menyayangi kalian ... aku menyayangimu daddy, aku menyayangimu, Max, aku menyayangimu Zain, opa aku sungguh menyayangi kalian ..." Suara Gio terdengar serak, "Aku tidak pernah ada niatan untuk melukai hati kalian, kalian keluarga ku, aku juga menyayangi Zoya dan Nathan .... Aku juga ingin meminta maaf pada Elang dan Luna, sampaikan permintaan ku, aku salah, tapi aku benar-benar mencintai Kayla, aku memang egois, sebelum itu ..." Gio terbatuk-batuk, ia memandang mereka dengan penuh harap, "Aku ingin ..."Rasanya Gio tidak sanggup untuk meminta ini, "Bo-lehkah aku memeluk kalian untuk terakhir kalinya? Ku mohon  ..."

Air mata mereka menetes, Zain yang berada disana langsung memeluk Gio, ia sungguh menyayangi abangnya, walaupun dia kecewa tapi melihat jika Gio ingin seperti ini, dia tidak sanggup." Zain juga menyayangi abang ..."

Ken mengusap air matanya dengan kasar, Gio tetap anaknya, ia akan mengabulkan permintaan itu, memeluk dan mencium kening Gio untuk terakhir kalinya.

King dan Max juga melakukan hal yang sama.

Mereka memeluk Gio, dengan tangan yang bergetar Ken membawa pistolnya ke arah dada Gio.

"Maafkan aku, Kayla ... aku ingin hidup bersamamu ..."

Dor!

"Bang Gio ..." Zain menutup mulutnya rapat, dia benar-benar tidak sanggup saat ini, ia pergi dari sana dengan segera.

Setelah menyeka air matanya beberapa saat, Ken memandang Adrian dan Aksa, sepertinya Aksa begitu syok pandangannya begitu kosong saat ini.

"Aksa ..."

Adrian menuju King, karena hanya tangannya yang di rantai dan rantai itu begitu panjang, jadi dia bisa menuju King.

Adrian berlutut, dia mencium sepatu King  dengan menangis, "Aku ... mohon ... jangan bunuh Aksa ..."Aksa memang mengecewakan dirinya, tapi Adrian tidak sanggup jika melihat Aksa terbunuh, ia mencium sepatu King dan Ken yang tidak jauh dari sana. "aku mohon ... aku akan membawa Aksa pergi dari kehidupan kalian, aku tidak akan membawa apapun selain Aksa, atau kalian boleh meletakkan kami hanya di kamar yang sempit, tapi aku mohon ... aku hanya ingin hidup berdua bersama adikku, menghabiskan waktu bersama dia, itu tujuan hidupku, aku akan pindah sejauh-jauhnya, aku tidak akan muncul di depan kalian, tapi biarkan aku dan Aksa pergi ... Aksa tidak bersalah ... dia hanya butuh kasih sayang ... aku mohon pada kalian, jika kalian ingin aku dan Aksa hidup di pedalaman aku juga mau ... aku hanya ingin bersama Aksa, jika aku melanggar atau berbuat sesuatu yang di luar batas kalian bisa membunuhku langsung, kalian ... kalian bisa meletakkan bom di tubuhku, dengan begitu jika aku menganggu kalian kalian bisa meledakkan tubuhku ... aku bersumpah ... bantu aku opa, aku hanya ingin bersama Aksa saja ... hidup berdua dengannya ..." Sesuai impian Adrian, dia tidak butuh apa-apa, dia hanya butuh Aksa, hidupnya adalah untuk Aksa, ia tidak sanggup jika harus mati sekarang, ia begitu menyayangi adiknya.

"Kalian bisa melakukan apapun padaku, kalian bisa memotong tanganku atau anggota tubuh yang lain ... tapi biarkan aku bersama Aksa dengan sisa-sisah umurku, ku mohon ... Max, Opa dan kau Ken ... kali ini saja ..."

Terdengar pilu, King tidak tahu akan berbuat apa sekarang, melihat Adrian begitu menyayangi Aksa dan melihat kondisi Aksa sekarang, anak itu sepertinya sudah tidak dapat merespon apapun, bahkan dia seperti mati, hanya raganya saja yang hidup.

"Aku bersumpah, kalian juga bisa memotong lidahku saat ini, aku benar-benar hanya ingin hidup berdua bersama Aksa, jika ... jika didalam sini juga tidak apa-apa, aku hanya ingin bersama Aksa lebih lama ... ku mohon ..."Adrian mencium kaki mereka berkali-kali, ia benar-benar hanya ingin hidup berdua bersama Aksa, seperti keinginannya dulu, tidak memperdulikan siapapun, hanya Aksa dan Aksa.

Yang lain hanya diam, dan Adrian juga tidak berhenti mencium kaki mereka beribu kali.

"Beri aku kesempatan ..."

Ken ingin menjawab, tapi ponselnya berdering, ia melihat siapa yang memanggilnya, ada nama Zoya disana.

Segera ia mengangkatnya, "Zoya ..."

Di sebrang sana, terdengar suara Zoya yang menangis.

"Daddy ... Elang sama Lulun nggak ada ... mereka pergi ..."

Vote →Comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang