Kembali-57

2.2K 348 46
                                    

Elang membuka matanya merasakan ada yang menyentuh jarinya dari tadi, sepertinya ia ketiduran, ia melihat yang lain juga sudah tidur, karena memang ini sudah malam, dan Luna juga sudah dipindahkan ke ruangan lain karena ruangan tadi hancur.

Elang melirik Zoya yang  dan Nathan dibelakangnya, mereka tidur berdempetan, ia melihat kearah lain, Ken, Max, Zain dan Gio juga tidur, jadi siapa yang memainkan tangannya.

Ia melirik Luna, seketika matanya membola, Luna sadar!

"Ibu!"

"Aaa!"

Teriakan Elang dan Nathan mengejutkan mereka yang tertidur pulas, Max, Gio dan Ken langsung waspada dan bahkan mereka mengeluarkan senjata mereka tanpa sadar.

Setelah melihat lebih teliti, tidak ada bahaya apapun, kenapa Elang dan Nathan berteriak.

"Ibu, ibu denger Elang! Ibu..." Air mata Elang jatuh, mata Luna terbuka dan bibirnya juga terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu.

Elang mendekatkan telinganya, "Ha-us.."

"Haus? Ibu haus, bentar Lang ambilin minum."Elang langsung beranjak dari tidurnya, ia mengambil air yang sudah tersedia dan sedotan, tak lupa ia memencet tombol di sebelah ranjang itu.

"Lulun! Lulun udah sadar!"

"Lulun udah sadar! Daddy Lulun udah sadar!"

Zoya dan Nathan mencoba mendekati Luna.

Ken dan Max segera mendekat, sementara Gio membatu Zain berdiri dan baru setelah itu mendekati ranjang Luna.

"Lulun..."

"Lulun udah sadar..."

"Hm? La-lang pala Lu-lun putar-putar." Luna mengerjapkan matanya berkali-kali, ia pusing tapi tidak tahu cara mengungkapkan seperti apa.

Elang berdecak, kemana dokter sialan itu pergi, kenapa lama sekali.

"Nathan, Zoya beri Luna ruang, dia tengah pusing sekarang."Ken membawa Nathan pada gendongannya, ia bisa melihat Luna meringis kesakitan.

Zoya juga patuh, segera ia sedikit menjauh tapi dia tidak mau terlalu jauh karena ingin melihat Luna.

Elang ingin menyusul dokter tapi dokter datang terlebih dahulu, ia segera mendekati dokter itu dan menariknya untuk memeriksa keadaan Luna.

"Cepetan periksa ibu, cepet ibu pusing! Cepet!" Elang mengigit jarinya, ia takut jika sesuatu terjadi pada Luna.

"Lal-ang lampunya nggak berenti..." Dalam penglihatan Luna, lampu yang ada diatas plafon itu terus saja bergerak dengan sendirinya.

"Kondisinya sedikit membaik untuk saat ini, itu memang biasa terjadi karena jahitan kepalanya belum pulih sepenuhnya, makan obat ini agar menghilangkan rasa sakit itu."

Elang mengambil obat yang diberikan dokter itu dengan cepat, ia membukanya dan memberikannya pada Luna."Ibu telan obat ini ya, nanti nggak pusing lagi." Elang berbicara pelan agar Luna mudah mengerti.

Luna membuka mulutnya tapi air matanya terus mengalir, hal itu membuat Elang tidak tega, pasti ibunya kesakitan sekarang.

Luna dengan susah payah menelan obat itu, ia meminum air dengan banyak. "La-lang tidak enak... nggak enak mau es krim..." Rasanya sangat pahit, Luna ingin muntah, es krim lebih manis dari rasa obat.

Elang berusaha agar Luna tidak memuntahkan obatnya, jika tidak seperti itu, maka Luna tidak akan sembuh.

"Ibu telan obatnya ya, nanti kalo udah sembuh Lang janji... Lang janji akan kasih ibu es krim tiap hari, oh ya, ibu liat Lupi! Lupi udah bagus." Elang memberikan Lupi pada Luna.

Mata Luna yang sayu itu sedikit berbinar melihat Lupi, ia pikir Lupi sudah di rusak oleh tuannya itu. "La-lang, tuan ..."

"Enggak bu, ibu nggak boleh sebut dia lagi, dan ibu nggak boleh panggil dia dengan tuan lagi, dia bukan tuan kita, jangan inget dia lagi bu, ibu ngerti Lalang kan?"

Luna memegang kepalanya yang terasa berdenyut,"Lalang panjang, bicara Lalang, Lulun bingung..." Luna sedih, ia tidak mengerti apa yang diucapkan Elang, tapi satu yang dia paham di kata pertama 'nggak boleh sebut dia lagi'.

Elang mengusap kepala Luna pelan, sangking takutnya Luna tergores tangannya saat ia menyentuh, ia melihat jahitan di kepala Luna sedikit mengerikan, Luna tampak tidak baik-baik saja, Elang menginginkan Luna yang ceria seperti dulu.

Elang menghela nafas sejenak, ibunya tidak mengerti, tapi setidaknya ibunya mengerti untuk tidak menyebut Jason lagi.

"Lulun, Lulun jangan sakit lagi, nanti kita main makeup-an lagi, Lulun cepat sembuh ya." Zoya mengecup pipi Luna pelan, ia tidak mau membuat Luna kesakitan.

"Iya, Lulun harus minum obat supaya cepat sembuh, nanti kita main seperti waktu itu!"Nathan berucap, ia akan mengikuti kakaknya saja, lebih aman bermain makeup-an dari pada harus bermain di luar rumah.

Akhirnya, Luna sadar, baik Ken, Max, Gio dan Zain tidak mau menganggu momen anak dan adik mereka untuk bermanja-manja bersama Luna, mereka membiarkan yang lain mengungkapkan rasa rindu mereka.

* * *

Jason yang berada di ruang tahanan kediaman Ken mulai sadar dari pingsannya, kondisinya tidak baik-baik saja, wajah, tubuh dan mungkin organ dalamnya sekarang tengah dalam kondisi luka yang parah.

Bahkan jika tidak teliti benar melihat wajah Jason, orang lain mungkin tidak akan mengenalnya karena wajahnya yang benar-benar membengkak, dadanya juga ada tancapan pisau yang diberikan Elang.

Memikirkan anak sial itu membuat Jason tidak berdaya, berani sekali dia membuatnya terluka dan hampir mati seperti ini.

Jason seakan sekarat sekarang, kenapa dia.  bisa  mempunyai anak haram seperti Elang.

Jason mendongak saat mendengar suara pintu yang dibukakan, ia mempertajam pandangannya, karena ruangan ini gelap, tentu saja ia tidak bisa melihat dengan jelas.

Dia memakai topeng, Jason tidak tahu siapa itu, mungkin saja suruhan Ken.

"M-au apa kau!"

Ia memperlihatkan benda pipihnya pada Jason, seketika Jason membulatkan matanya, itu istrinya, istrinya dalam bahaya, King menyiksa istrinya.

"Lepa-skan aku!"

Orang itu tampak mengangguk, ia berjalan ke belakang kursi Jason dan melepaskan ikatan Jason dengan mudahnya.

Jason heran sekarang, dia dilepaskan? Benar-benar dilepaskan?

"Kau sia-pa?"

"Tidak mau menyelamatkan istrimu? Dia sekarat."

Jason mengingat Bianca, benar Bianca sedang tidak baik-baik saja, ia meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh lagi.

Jason juga dibuat terkejut saat melihat beberapa bodyguard Ken diikat.

Tidak mau berlama-lama, segera ia pergi dari sana.

Orang yang berada diruangan itu hanya melihat kepergian Jason.

"Belum saatnya dia mati."

Vote→comment →follow

Typo? Tandai!

Udah triple, Lagi nggak nih?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang