Hanya tangisan yang terdengar di antara mereka, Isak tangis yang pilu, orang-orang yang melihat itu juga ikut bersedih, keluarga itu sungguh terlihat sangat menyedihkan.
"Ibu ..."Lang memegang pintu berada didepannya pelan, "Elang ... gua mohon jangan bawa ibu gua ... jangan egois ... ibu juga mau bahagia ..."
Bunyi pintu terdengar, Lang dengan sendu menatap dokter yang baru saja keluar, "Gim-ana sama ibu?"
"Dokter gimana sama Lulun ... Lulun baik-baik aja kan?"
"Dokter Lulun udah sehat kan?"
"Dokter gimana sama kondisi Lulun!"
"Dokter cepat katakan bagaimana kondisi Lulun sekarang?"
"Bagaimana kondisi Luna?"
Helaan nafas di berikan dokter itu, "Lihatlah ke dalam, dia sudah ... tiada."
Elang melebarkan matanya, dia menggeleng, pasti dokter ini membohongi dirinya, iya pasti begitu, Luna tiada? Tidak mungkin!
"Tanggal kematiannya ..."
"Nggak! Ibu gua belum mati! Ibu gua belum mati! Elo bohong! Ibu gua belum mati!"Elang menangis sejadi-jadinya, tidak benar, ia menerobos masuk.
Zoya menutup mulut tidak percaya, "Dokter bohong ..."
"Jangan bohong, dokter nggak gitu kan? Dokter main-main kan?"Nathan memegang tangan dokter itu dengan tatapan memohon.
"Kau! Kau kenapa mengatakan seperti itu! Kau berbohong! Kau berbohong! Kau bohong!"Zain menarik kerah jas dokter itu, tapi dokter itu hanya diam saja, dia tahu kesedihan mereka.
Zoya, Zain dan Nathan juga masuk, mereka masih tidak percaya.
Ken menatap dokter itu dengan air matanya,"Apa ini benar? Luna sudah tiada?"
Max dan King memilih masuk ke dalam.
Dengan langkah gontai Ken juga ikut masuk. Ia menatap dari jauh anak-anaknya sudah menangis dan memeluk Luna.
"Ibu bangun! Ibu bangun! Jangan gini ... ibu bilang ibu sayang sama Lang ... ibu kenapa ninggalin Lang ... ibu kenapa ninggalin sendiri ... Lang nggak sanggup hidup tanpa ibu ..."Lang menguncangkan tubuh Luna yang sudah tak bernyawa, selang oksigen yang sudah di lepaskan dan wajah Luna yang begitu pucat terlihat nyata. Tidak Luna belum tiada! Ini mimpi."Nggak ibu gua belum tiada! Elang! Kenapa lo bawa ibu gua! Elang ... jangan bawa ibu gua! Gua mohon jangan bawa ibu gua! Elang ..."
"Lulun ... jangan tinggalin Zozo, kata Lulun mau sama Zozo, kita mau panjangin rambut sama-sama sampe jadi cantik lagi ..."Zoya memegang tangan Luna yang terasa dingin.
"Lulun ... balik lagi! Nathan mau sama Lulun ..."
"Zain nggak mau Lulun pergi ... Lulun udah janji jangan gini! Lulun udah janji akan buat Zain tersenyum! Tapi kenapa Lulun pergi! Lulun kembali! Kau mendengarkan aku! Lulun!"
Max dan King membuang wajah mereka, mereka menangis dalam diam, tak sanggup mengungkapkan kata-kata.
"Ibu ... ibu baik lagi!"Lang berteriak dengan pilunya, kenapa Elang begitu egois, "Ibu! Dokter! Tolong cepet tolongin ibu gua! Ibu gua belum mati! Cepet!"Elang memegang tangan dokter itu dan menarik dokter tersebut untuk mendekati Luna, cepet tolongin ... ibu belum mati ... ibu ..."
Nathan dan Zoya juga mengelilingi dokter tersebut, mereka juga memohon.
"Tolong selamatin Lulun ..."
"Jangan nyerah ..."
Ken, King dan Max juga menatap dokter itu dengan tatapan memohon.
"Tolong selamatkan Luna, sekali lagi ..."
"Tolong, sekali ini saja ..."
"Ku mohon ..."
"Tolong selamatkan Luna ..."
Dokter itu memejamkan mata sejenak, ia sedih melihat anak laki-laki ini menangis dengan pilunya, "Aku akan berusaha."
Mereka mengangguk cepat dan bergeser, segera dokter itu menekan dada Luna dengan kerasnya, jika Tuhan berkehendak, maka pasti ada jalan.
"Ibu ... jangan pergi ..."
* * *
Luna bergandengan tangan dengan Elang, mereka menuju ke arah cahaya putih yang bersinar itu, Luna sekali-kali melihat ke belakang, dia mendengar suara Lang, Zoya, Nathan, Zain, King dan Max.
"Ayo bu, kita pergi ..."
Elang menangis, suara mereka terdengar sangat sedih, "Lalang ... "
Elang tersenyum, ia mengelus rambut Luna, dia bisa menyentuhnya, "Kita bisa bermain bersama sekarang."
"Ibu ... jangan tinggalin Lang ..."
"Lulun jangan ninggalin Zozo, Zozo akan marah sama Lulun kalo Lulun enggak bangun!"
"Lulun katanya mau main sama Nathan, Nathan udah beli boneka yang sama seperti Lulun ... Nathan juga punya Lupi seperti Lulun ..."
"Jangan pergi ...."
"Luna, aku mencintaimu ... tolong datang kembali, kita hidup bersama ..."
"Aku sudah menyayangi mu, demi mereka dan aku, hiduplah kembali ..."
"Luna, kembali ..."
"Lalang ... "Luna menatap Elang yang tersenyum dengan teduhnya.
"Lalang mau sama mereka ... Lulun sedih ..."Luna menangis, dia tidak sanggup mendengar mereka menangis seperti itu.
Elang tersenyum, dia memeluk Luna dengan tubuh yang bergetar, "Elang sayang sama ibu ... itu pilihan ibu Elang akan terima, semoga ibu bahagia sama mereka, tapi kalo ibu nggak bahagia dan ingin sama Elang, Elang akan datang ... ibu harus ingat ini, Elang sayang sama ibu ... ibu jangan pernah lupain Elang ya ..."
Luna juga memeluk Elang, "Lulun nggak bakalan lupain Elang kok."
Elang menatap Luna dengan dalam, Elang, nama yang lengkap Luna sebutkan untuk pertama kalinya.
Ia menunduk dan mengangguk, air matanya mengalir, dan tersenyum, "Iya ... Elang ... aku Elang bu ... aku Elang ..."
Luna memegang wajah Elang dan mencium kening anaknya itu, "Elang baik-baik ya, Lulun nggak akan lupain Elang, Elang anak Lulun ..."
Elang menangis, ia mengangguk, dan memeluk Luna, benar dia anak Luna, itu yang mau ia dengar.
Dia melepaskan pelukannya, dan mencium seluruh wajah Luna, "Aku harap ibu bahagia sama mereka ... kalo ibu capek, ibu boleh kasih tahu Elang, Elang akan selalu ada sama ibu, ibu liat disana?"Tunjuk Elang pada cahaya ya h bersebrangan.
Luna mengangguk, dia menatap Elang dengan sedihnya.
"Ibu harus pergi kesana, tolong sampein ke Lang kalo Lang harus jagain ibu selamanya."
Luna memeluk Elang sekali lagi, dia menangis dengan keras, "Lulun sayang sama Elang, tapi Lulun juga sayang sama mereka ..."
"Nggak ... apa-apa bu ... ibu pergi sekarang ya ..."
Luna melepaskan pelukannya, dia menatap Elang untuk terkahir kalinya, "Ibu sayang sama Elang!"
Elang tersenyum mendengar itu, dia mengangguk, "Elang juga sayang sama ibu! Selamanya! Elang sayang sama ibu selamanya!"
Luna melambaikan tangannya, sambil menangis ia berlari ke arah yang berbeda, dia menoleh dan tersenyum. "Anakku ...."
Elang melambaikan tangannya, "Jaga ibu ku Lang, aku akan menitipkan ibu ku untukmu ..."
Elang bisa melihat bayangan Luna sudah menghilang, "Kau juga berhak bahagia, Lang."
* * *
"Jantung pasien mulai berdetak! Siapkan semuanya!"
Elang yang menangis, ia mencium tangan Luna berkali-kali, "Makasih ... makasih udah ngabulin permintaan gua ..."Ia tidak melepaskan tangan Luna.
"Ibu ..."
"Hargailah selagi ada."
Vote→ Comment→ Follow
Typo? Tandai!
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...