Kembali-19

3.1K 452 83
                                    

Kediaman utama keluarga William, pria paruh baya yang masih sangat tampan itu memandang kearah informasi yang ia dapatkan dari asisten pribadinya.

Matanya menyipit saat membaca, dia membacanya berulang kali apakah matanya yang sudah kabur atau memang bacaan ini yang salah.

"Apa ini benar?"

"Benar tuan besar, itulah faktanya."Jawab asisten pribadinya, orang kepercayaannya ini tidak mungkin berbohong.

King Hill William, tetua keluarga William, dia adalah ayah dari Ken.

Tidak dipungkiri jika King selalu mengawasi anak sulungnya itu, karena Ken tidak pernah mau ikut campur dengan urusan keluarga utama tapi King harus ikut campur dengan urusan anaknya, bagaimanapun, dia berhak tahu apa yang dilakukan anak sulungnya itu, termasuk yang baru ia ketahui hari ini, Ken mengangkat seorang anak yang ternyata adalah anak dari  menantu laki-lakinya? Berarti itu adalah anak dari Jason bukan?

Sedikit rumit tapi bisa dimengerti, King tahu permasalahan anak perempuan itu telah menyebar keseluruh kediaman utama, apalagi sekarang anak perempuannya itu tinggal kembali kekediaman utama bersama cucunya.

Ingin rasanya King membantu tapi... setelah diselidiki sepertinya ini salah paham, dan apa itu! Kenapa dia baru tahu wajah anak Jason sangat... imut?

Ada rasa ketertarikan dalam dirinya saat melihat wajah nan imut yang penuh luka itu.

"Jason yang salah."King sudah membuat keputusan, dia tidak pernah salah menilai orang, jadi mempunyai cucu satu lagi tidak apa-apa kan?

"Aku akan menemuinya, baby tunggu opa."King menyeringai, sedangkan asisten kepercayaan yang berada dibelakangnya itu hanya mengusap lehernya tipis, auranya sungguh menyeramkan.

* * *

Pagi ini, Elang terbangun tapi...dia sangat malu! Mengigat kejadian semalam saat dia memeluk Ken dan menangis di pelukannya, kenapa dia bisa bersikap seperti itu.

Dan apa ini! Matanya kenapa jadi bengkak! Lihatlah pria tua yang sayangnya tampan itu tangah menahan tawa, siapa lagi bukan Ken! Berani sekali orang tua ini menertawakan dirinya, sungguh memalukan.

"Diem! Ini semua gara-gara lo ya!"

Ken mendekatkan dirinya pada wajah Elang, hal itu membuat Elang mundur.

"Jangan macem-macem ya! Gua bogem baru tahu!"

Ken mencium pipi Elang, tentu saja Elang tantrum tidak jelas, dia memukul dada Ken dengan sekuat tenaga.

"Diam baby, dan ubah bahasamu itu, daddy tidak suka."Itu bukan sebuah ucapan tapi sebuah perintah, dan Elang bisa merasa dia sedikit takut sekarang, Ken mode serius sungguh sedikit mengerikan.

"Iya! Tapi jauh-jauh sana jangan deket-deket!"Elang mendorong wajah Ken, walaupun tidak ada artinya bagi Ken karena bisa menghindar dari tangan kecil milik Elang.

"Gimana nih sama mata gua!"

"Baby!"

Elang menutup mulutnya, dia tidak mau dicium oleh Ken lagi! Ingat itu, tidak mau!

"Gimana sama mata aku?"

"Daddy."

"Ck!"

"Tidak mau hm?"Ken mendekati wajah Elang kembali.

"Iya-iya! Dad-dy..."

Rasanya seperti ada kupu-kupu yang terbang melintasi Ken, hangat sekali perasaannya saat Elang menyebutnya dengan sebutan daddy.

"Apa? Tidak dengar..."

"Udahlah! Ngeselin ya lo! Udah dipanggil malah budeg! Nggak mau gua!"

Ken tidak tahan dengan wajah yang merenggut itu, dia segera mencium pipi Elang berkali-kali.

"Ken anjing!"

Mengumpat percuma saja, Ken tetap akan memberikan kecupan pada pipi Elang, satu umpatan sepuluh ciuman, begitu pagi ini mereka habiskan di tempat tidur yang empuk itu.

Dimeja makan, sekarang seluruh anak-anak Ken sudah berkumpul, tapi ada yang kurang dimana bayi yang suka memberontak itu, dan juga dimana daddynya.

Max ingin rasanya mendobrak pintu kamar yang terus saja dikunci, belum puas melihat adik barunya yang sangat lucu, atau haruskah dia mengurungnya dikamarnya.

Sepertinya pemikiran yang bagus, dia akan mencobanya nanti.

"Abang Gio! Kok dari tadi Elang nggak muncul! Daddy curang!"Nathan cemberut, dia dapat melihat Elang pagi ini, padahal Elang adalah moodnya!

Gio hanya tersenyum, dia juga tidak tahu, bagaimana cara menjelaskannya jika dia juga tidak tahu, "sebentar lagi baby, pasti akan datang, bagaimana jika baby makan dulu? Sudah laparkan?"

"Nggak, mau tunggu adek!"

"Baiklah."Gio tidak memaksa, tapi dia berharap jika daddynya cepat datang, semua orang sudah menunggu, takut saja mereka semua sudah pada lapar.

Zoya dan Luna tidak terlalu memperhatikan, Zoya tengah mengepang rambut Luna sekarang, jadi mereka agak jauh dari meja makan, agar nantinya tidak ada rambut atau benda apapun yang jatuh ke makanan.

"Nah kan cantik! Ihh gemes!"Zoya memakan pipi Luna dengan teganya, tidak sakit karena Zoya tidak menggigitnya, bahkan Luna hanya diam dan memainkan Lupi.

"Lepaskan, kau bisa menyakitinya."

Wah, tumben sekali Zain berbicara seperti itu, sepertinya remaja laki-laki ini mulai menerima apa yang terjadi.

"Mana ada! Nggak sakit kan Lulun?"Zoya mengelus pipi Luna dan memberinya kecupan.

"Iya tidak sakit tapi basah."Luna menggelap wajahnya dan memperlihatkan tangannya yang penuh dengan ludah Zoya.

"Kau sangat jorok!"Sungguh Zain tidak suka dengan kembarannya itu, lihatlah pipi yang basah dengan ludah, kenapa adiknya sangat jorok seperti itu, bagaimana jika Luna sakit nantinya jika terkena ludah dari Zoya!

Zoya tertawa, dia mengambil tissue basah diatas meja, mengelap pipi dan tangan Luna, dia tidak tahan dengan pipi bulat itu, andai saja Elang penurut, pasti dia sudah memakan pipinya juga, atau disaat Elang tidur saja! Benar! Saat Elang tidur itu lebih mudah untuk memakan pipi Elang!

"Ibu! Lo apain ibu gua!"Elang sedikit ngos-ngosan, dia berlari saat melihat Zoya memakan pipi ibunya.

Sedangkan Zoya hanya melongo, bukan hanya Zoya, bahkan seluruh anak-anak Ken sangat terpana sekarang.

Elang memakai kaca mata hitam! Itu biasa tapi kaca mata itu begitu besar hingga menutupi hampir seluruh pipinya, sangat lucu seperti bayi yang dipaksa untuk memakai kaca mata.

"Ihh lucu! Sini cium!"Zoya ingin memeluk Elang tapi Elang menghindar, sudah cukup untuk hari ini dia dipeluk dan dicium.

"Ibu nggak apa-apa kan?"Elang mengecek pipi Luna lagi.

Luna bingung tapi selanjutnya dia tersenyum,"Lalang lucu!"Luna tertawa dan sedikit menoel pipi Elang.

Jika itu Luna itu tidak masalah, tapi jika itu orang lain, bisa dipastikan Elang akan seperti apa.

"Kenapa Lalang pakai ini?"Luna menunjuk kaca mata hitam itu.

Elang tidak menjawab, dia membawa ibunya ketempat duduk, bisa dia dengar perut ibunya sudah berbunyi, itu tandanya lapar bukan?

Elang ingin duduk tapi seseorang lebih dulu mengangkatnya, dia terkejut, hampir saja jantungnya lepas dari tempatnya, dia kira itu Ken, ingin marah tapi saat menoleh kebelakang Elang membeku, tatapan tajam tapi lembut itu tertuju padanya, orang ini, orang yang tadi malam yang menuduhnya mencuri bukan?

"Max, baby..."

Vote →comment →follow

Typo? Tandai!

Lagi nggak? Hmm?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang