Kembali-34

2K 326 26
                                    

Ken sedikit khawatir dengan wajah Elang, jadi dia meminta dokter untuk memeriksakannya, takut jika wajah Elang akan bengkak karena begitu merah.

"Tidak apa-apa tuan, hanya tinggal dikompres saja, setelah itu akan menghilang."Ujar Dokter yang selesai memeriksa Elang.

Ken tidak berbicara, dia mengelus wajah yang memerah itu, "apa sakit?"

Elang menggeleng, dadanya masih naik-turun karena emosinya belum mereda, seperti ada dendam saat perkataan Aksa terus melintas dikepalanya.

"Anak itu keterlaluan."Max mengompres wajah Elang, sangat pelan takut akan wajah itu tergores. Max juga bingung dengan Adrian, kenapa dia membawa Aksa kesini, baiklah Max lupa, pasti Adrian juga belum mengetahui persoalan ini, tentang Ken membawa Elang kerumahnya, pasti ini keinginan Aksa."Maaf baby, aku tidak bisa mencegahnya."Max menyesal, andai saja dia lebih cepat maka Aksa tidak akan menampar Elang seperti ini.

"Nggak apa-apa bang, emang dia aja yang rese! Main nampolin orang aja, udah itu mulutnya nggak dijaga lagi! Kesel aku!"

Max tersenyum tipis, wajah Elang begitu lucu saat cemberut seperti itu, tapi tetap saja apa yang dilakukan oleh Aksa itu tidak benar.

Dari jauh, Elang bisa mendegar jika ada tangisan Luna, segera menoleh dan beranjak dari tempat duduknya.

"Lalang..."Dengan membawa Lupi, Luna menangis sesenggukan, ia berlari dan memeluk Elang erat.

Lagi? Kenapa harus menangis, Elang tidak suka saat melihat ibunya mengeluarkan air mata, walaupun setetes karena Elang benci itu.

"Lalang sakit pukul tuan muda Aksa..."Luna masih sesegukan, Zoya yang berada disampingnya juga sudah membujuk Luna tapi tetap saja Luna tidak berhenti menangis dari tadi, dia khawatir jadi membiarkan Luna untuk menemui Elang, mungkin saja Aksa sudah pergi dan ternyata benar, Aksa sudah pergi.

"Elang apa kau tidak apa-apa?"King datang dengan Nathan yang berada digendongannya.

"Apanya nggak apa-apa opa, coba liat pipi adek, pipi adek merah, Aksa kenapa jahat banget opa!"Nathan sungguh merasa marah sekarang, dia tidak dekat dengan Aksa tapi tetap saja, Aksa sudah menyakiti Elang."Nanti Nathan akan pukul dia juga!"Wajahnya begitu cemberut, dan tangannya mengepal membuat Nathan terlihat lucu, tidak yakin saat Nathan mengatakan itu, karena Nathan adalah bayi mereka.

King mencium pipi Nathan, dia gemas tapi dia tidak akan membiarkan tangan cucunya ini memukul siapapun."Opa akan bicara pada Aksa."

"Opa hukum aja Aksa! Dia udah jahat sama adek!"Zoya meninju-ninju udara, "masa adek ditampar sih!"

Zain juga mengusap pipi Elang tapi langsung ditepis oleh sang empu, Elang sedang menenangkan ibunya sekarang, jadi Zain mengganggunya.

"Iya opa, Aksa sudah keterlaluan."Setuju Zain dengan Zoya, kali ini dia setuju dengan kembarannya itu, biasanya mereka tidak akan menyetujui ucapan masing-masing.

"Ibu udah jangan nangis, Lang nggak suka ibu nangis gini, jadi ibu jangan nangis ya, udah itu jangan panggil dia tuan muda lagi, dia bukan tuan kita lagi bu."Elang berucap pelan agar Luna mudah mengerti.

"Iya Lulun, Aksa bukan tuan Lulun lagi, jadi Lulun nggak boleh sebut dia tuan lagi!"Ucap Zoya mengulangi perkataan Elang.

"Iy-a, tapi dia pukul Lalang lagi..."

Lagi? Elang mengernyit sebentar, apakah dulu Aksa juga memukul Elang, sepertinya iya, tidak mungkin bukan jika Luna mengatakan itu jika Aksa tidak melakukannya.

"Apa maksudmu Luna? Jadi Aksa pernah memukul Elang?"Tanya King meminta penjelasan, dia mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Luna, begitu juga dengan Ken, dan Max, seketika sedikit ada rasa marah yang ada didalam hati mereka.

"Em? Lulun sama Lalang di pukul mereka kalau tidak kerja."Luna memeluk Elang,"mereka tidak kasih makan, padahal Lulun lapar..."

Sesak, itulah yang dirasakan mereka sekarang, apa separah itu, apa sekeji itu Jason dan keluarganya memperlakukan Elang dan Luna.

King sungguh tidak mengetahuinya, dia hanya tahu jika menantunya mengkhianati anaknya, Bianca, dan seterusnya tidak tahu kejadian apa lagi yang terjadi.

Tangan Ken mengepal, kenapa dia baru kenal dengan Elang sekarang, andai saja dia lebih tahu kondisi Elang saat itu maka penderitaan Elang tidak akan seperti ini.

Gio baru saja datang, dia sempat mengantarkan Aksa dan Adrian untuk keluar, Aksa marah padanya dan kecewa padanya, apa yang harus dia lakukan, tentu saja dia marah Aksa bertindak seperti itu, dia baru tahu Aksa bisa bersikap seperti ini, memukul atau menampar seseorang itu tidak baik, apalagi Aksa dikenalnya dengan sosok seperti Nathan."Elang, apa itu tidak apa-apa, apa itu perih?"Tanyanya saat melihat wajah Elang terdapat cetakan tangan Aksa.

"Nggak apa-apa bang, udah baikan kok."Elang tidak selemah itu, hanya sebuah tamparan tapi yang paling sakit adalah hatinya saat Aksa berkata yang tidak-tidak pada ibunya.

"Maaf semuanya, aku benar-benar tidak tahu jika Aksa mau datang, dia ternyata datang kesini untuk bertemu denganku, jika saja aku melihat ponsel sebelumnya maka hal ini tidak akan terjadi, maaf Lang, abang nggak tahu jika Aksa akan memukulmu seperti ini."Gio benar-benar merasa bersalah, Aksa telah mengatakannya tadi, jika dia datang kesini ingin bertemu dengannya dengan alasan rindu, ponselnya juga mati karena dayanya tidak ada dan ditinggal dikamar karena itu tidak penting, mereka juga seharian berada di taman jadi dia tidak memikirkan tentang ponsel.

Elang menggeleng pelan,"nggak bang, abang nggak salah."Elang tidak tega melihat wajah Gio yang tertekan seperti itu.

Zoya memeluk Gio, "bener kata Elang bang, ini salah Aksa."

Gio tidak menjawab tapi dia memandang Ken,"maaf daddy."Hanya bibirnya yang bergerak tapi tidak mengeluarkan suara.

"Ini bukan salahmu, dan kalian jika Adrian dan Aksa datang lagi jangan biarkan mereka masuk! Mengerti?"

"Baik tuan."Jawab para bodyguard disana.

"Sudah lebih baik kita sekarang semuanya membersihkan diri dan bersiap untuk makan."Saran King yang diangguki oleh semua orang, benar mereka juga sudah gerah dan lapar sekarang.

"Ayo Lulun, ikut Zozo, kita mandi dulu."Zoya ingin mengambil tangan Luna tapi Luna malah memeluk Elang.

"Nggak mau, mau sama Lalang."

"Tapi kan..."Zoya diam karena Elang menatapnya dan menggeleng.

"Ibu, ibu mandi dulu ya, nanti kalo udah selesai kita langsung makan, ibu mau makan ayam goreng yang tadi kan?"Elang mencoba membujuk ibunya, dia tahu jika Luna pasti masih khawatir dengan dirinya, bukannya tingkat kepercayaan diri Elang tinggi, tapi Elang bisa melihat jika Luna dari tadi terus mengusap pipi yang terkena tamparan itu dengan pelan, bahkan dia meniupnya, mungkin ibunya pikir pipinya terasa perih karena memang cetakan tangan Aksa begitu jelas.

"Mam ayam tadi?"

"Iya, ibu mau kan?"

Luna yang tadinya murung sedikit bersemangat dia langsung memeluk Zoya,"ayo mandi! Nanti mam ayam!"

Elang tersenyum lega, akhirnya Luna tidak sedih lagi.

"Ayo! Kita mandi sama Mr, bebek!"Zoya melompat kecil seperti Luna, kedua perempuan dan wanita yang berbeda umur itu terlihat seperti kakak adik.

"Kau juga baby."Max mengendong Elang yang tadinya melihat Luna, mulutnya dibekap oleh tangan kekar itu, dan hanya terdengar suara teriakan teredam dari Elang.

Yang lainnya mendegus, mereka kalah start dalam membawa Elang, ingin mengejar tapi percuma saja, kamar Max sudah direnovasi dan itu tidak akan bisa dibuka oleh siapapun kecuali Max.


Vote →comment →follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang