Kembali-70

2K 332 32
                                    

Elang mengigit jarinya tidak berhenti, sekarang ia tengah menunggu kabar dari ruangan pemeriksaan, Luna tidak pernah keluar dari ruangan pemeriksaan itu, bahkan ini sudah sangat lama.

"Ibu ... jangan bikin Elang takut gini ..."

Air mata Elang tidak pernah berhenti ia benar-benar takut sekarang, rasanya setiap detik adalah rintangan yang begitu berat ia hadapi.

Bunyi pintu yang di tunggu-tunggu olehnya sedari tadi akhirnya terbuka, Elang mendekat dan menanyakan segera apa yang terjadi pada Luna.

"Do-kter gimana kondisi ibu?"

"Jawab dok! Gimana kondisi ibu gua!"

Elang sudah tidak sabar sekarang, kenapa dokter ini begitu lama menjelaskan.

Helaan nafas diberikan oleh dokter itu, ia menatap Elang prihatin, "Sabar nak, apa sebelumnya kamu tahu tentang kondisi ibu kamu?"

Elang reflek menggeleng, ada apa dengan kondisi Luna.

"Sayang sekali, ibumu sudah di tahap akhir, dia terkena kanker otak."

Hati Elang seperti meledak seketika mendegar itu, dokter ini pasti bercanda, tidak mungkin, dokter ini pasti bercanda dengannya.

"Elo bohong! Jelasin kondisi ibu gua! Ibu gua kenapa !" Elang mencengkeram jas dokter itu dengan geramnya, dokter itu tidak mengelak, ia tahu jika ini pasti akan sulit di terima tapi itu lah kenyataanya.

"Maaf nak, ibumu sudah lama menderita ini, mungkin dia merasakan sakit, tapi sepertinya dia tidak pernah mengadu atau memberitahumu bapa yang terjadi."

Dunia Elang runtuh dalam seketika, dunia bercanda padanya, ini tidak benar, ini hanya mimpi bukan? Ibunya sudah sakit lama dan dia tidak tahu, jadi ibunya selama ini menahan sakit.

Elang berteriak dan menangis ia berlari keluar di tengahnya hujan. Menatap Langit yang begitu gelap tertutup awan.

"Kenapa harus gua tuhan..."

"Gua punya salah apa?"

Elang meluruh ke lantai dan bersujud, "Gua punya dosa apa? Karma apa yang gua lakuin sampe gua bisa gini? Gua punya dosa apa ..." Elang berteriak histeris, "Kenapa elo tega sama gua ... kenapa tega ... Elang! Elo tahu kan semua ini! Elo tahu kan! Tapi kenapa elo diem aja? Apa ... apa yang elo sebut itu ini! Iya! Ini yang lo sebut mau bawa ibu! Kenapa ... sakit ..." Elang memukul dadanya.

Cobaan apa lagi ini, kenapa harus Luna yang menderita, kenapa dia?

Kenapa setelah ia berpindah tubuh dia mendapatkan luka ini, Elang hanya hidup untuk Luna dan sekarang, Luna terkena penyakit yang berbahaya.

"Kenapa tuhan ... ambil aja nyawa gua jangan ibu gua! Gua mohon!"

Suara petir bergema dengan bertambah derasnya hujan, Elang tidak takut dengan itu.

"Ibu ... kenapa harus ibu gua ..."

"Gua salah apa tuhan ..."

Tidak bolehkah sekali saja Lang bahagia? Sekali saja.

Walaupun hanya secuil kebahagiaan yang dirasakan oleh dirinya saat bersama Luna, kenapa ia tidak bisa merasakan itu.

Apa dia mendapatkan karma? Tapi apa yang ia lakukan, seberapa besar dosa yang telah ia lakukan hingga mendapat cobaan seperti ini.

"Elang gua mohon ... jangan bawa ibu ... ibu bisa sembuh kan? " Rasanya seperti mimpi, ini tidak nyata bukan, Elang menampar pipinya berkali-kali.

"Kenapa ini bukan mimpi! Gua mohon ini mimpikan! Gua mohon! Elang ..."

Hatinya seperti disayat oleh benda tajam, Elang tidak sanggup.

"Enggak! Ibu pasti bisa sembuh! Iya! Ibu pasti bisa sembuh! Ya kan Elang! Ibu pasti sembuh kan! Jawab gua .... ibu pasti sembuhkan? Duit ... ibu pasti sembuh kalo di obatin! Iya ibu bisa sembuh ..." Tapi ia tidak mempunyai uang sepeserpun sekarang, dimana ia bisa mencarinya.

"Elang! Apa yang kau lakukan disana!"

Elang mendongak, ia melihat Ken yang berlari ke arahnya, dengan semangat Elang berdiri, ia juga berlari mendekati Ken, karena licin ia terjatuh berkali-kali.

Saat sampai di kaki Ken, Elang berlutut dan memeluk kaki Ken, "To-long Ken, tolongin gua ... gua akan lakuin apapun ... pinjemin gua duit buat sembuhin ibu ..." Elang memohon dengan sepenuh hatinya, biar saja ia menjilati ludah sendiri agar bisa menyelamatkan Luna.

"Gua mohon ... tolongin gua sekali ini aja ..."

Vote→comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang