Kembali-21

2.8K 428 57
                                    

Kediaman utama William sekarang tengah dalam keributan, pasalnya ada tamu yang yang tidak diundang datang, siapa lagi jika bukan Jason. Dia datang untuk menjemput istrinya tapi sang istri tidak mau ikut pulang bersamanya.

"Kenapa aku harus ikut! Bukankah kau sudah ada jalang itu di rumahmu? Anggap saja dia istrimu atau kau memang sudah menikah dengannya bukan?"Bianca Hill William, putri dari King itu tidak mau berurusan lagi dengan yang namanya Jason.

"Bianca, aku sudah muak membicarakan ini, berapa  kali aku  harus katakan jika aku dijebak oleh musuh-musuhku, ini kesalahpahaman, tidak perlu membesarkan masalah yang sepele.."

"Masalah sepele? Masalah punya anak dari wanita lain kau anggap masalah sepele!"

"Diamlah kalian berdua! Jika ingin ribut jangan di rumahku! Dan kau Jason pergi sebelum aku menembakmu."King yang baru saja turun, dia muak dengan permasalahan anak perempuannya ini tidak ada habisnya.

Bianca dan Jason sama-sama terdiam, King tidak bisa dilawan.

"Apa maksudmu kau berbicara seperti itu King? Bianca itu anakmu, tidakkah kau membela dia?"Ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari arah dapur, dia Violetta William, istri dari King, aneh saja dengan sikap King hari ini, biasanya dia sedikit akan membela Bianca, tapi sekarang seperti tidak peduli.

"Mereka sudah dewasa, bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri, untuk apa kita ikut campur."Jawab King dengan seadanya, dia harus pergi sekarang, ada yang harus dia lihat hari ini.

"Apa yang terjadi padamu..."

"Diam, aku harus pergi." Cerewet, jika Violetta sudah berbicara maka tidak akan berhenti, itulah yang dipikirkan oleh King, King tidak suka, Violetta terlalu memanjakan anak perempuannya, King tidak mempermasalahkannya itu, tapi Bianca itu bodoh, tidak bisakah dia berpikir jika  yang dia maksud adalah seorang wanita dengan keterbelakangan mental, sungguh bodoh.

King sudah pergi dan hanya menyisakan ketiga orang itu.

"Aku tidak mau berpisah!"Mutlak Jason.

"Kalau begitu habisi dua orang bodoh itu!"Bianca tidak lagi berbicara, dia naik kelantai atas meninggalkan Jason dengan penuh keterdiaman.

"Kau dengar, habisi kedua orang bodoh itu, aku rasa kau tidak tuli."Violetta juga beranjak dari tempatnya, meninggalkan Jason yang hanya menahan emosi.

Lagi dan lagi permasalahannya hanya satu, Elang dan Luna, jika itu bisa membuat dia kembali kenapa tidak, menghabisi nyawa orang bukan hal yang sulit bagi Jason, masalahnya sekarang bocah yang sayangnya pembawa sial itu berada ditangan Ken! Sulit untuk mengambilnya dari Ken.

"Sialan! Dasar pembawa sial! Kenapa aku tidak menghabisinya lebih dulu jika tahu begini!"

* * *

Elang tidak tahu harus berbuat apa sekarang, sedikit takut melihat wajah datar dari pria didepannya ini.

Max, telah menculik Elang dan membawanya kekamar tanpa menerima penolakan dari Elang.

Awalnya, dia bermain bersama ibunya dan Nathan, saat Elang akan kembali untuk buang air kecil dikamar dia malah digendong dengan tidak estetiknya oleh pria yang bernama Max ini, bukankah itu tandanya dia diculik, tidak bisa dibiarkan, harus bisa kabur, perasaan Elang tidak enak sekarang.

"Bukain pintunya atau gua dobrak!"

Bukannya marah Max malah menarik sudut bibirnya, dia melihat tubuh Elang yang kurus itu, "kau bisa patah tulang baby."

Elang melotot, panggilan itu lagi, dan apa itu, apakah itu semacam hinaan? Kenapa Max malah menghinanya, mendobrak pintu saja tidak akan membuatnya patah tulang.

"Ngajak berantem lo ya! Awas lo gua mau dobrak ni pintu! gua nggak akan patah tulang, nggak liat ni otot gua!"Elang memamerkan tangannya memperlihatkan... bagaimana menjelaskannya, itu sepertinya bukan otot melainkan lemak kecil ditubuh kurus itu, sepertinya tubuh Elang mulai berisi.

"Baiklah, dobrak saja."

"...?"Elang bingung tapi ya sudahlah, dia sudah tersinggung dengan ucapan dari Max, sebagai laki-laki sejati, dia tidak akan mengingkari ucapannya untuk mendobrak pintu itu.

Elang mundur, bersiap untuk mendobrak pintu dan selanjutnya berlari sekuat tenaga, dia menutup matanya.

Satu detik, dua detik Elang tidak merasakan sakit pada tangannya apakah pintu seempuk ini, tunggu empuk? Elang kembali membuka matanya dan terkejut saat dia berada dipelukan Max.

"Lepas! Lepasin gua bego emmp!"Elang melotot! Apa yang dimasukkan Max dalam mulutnya ini, sangat kenyal dan elastis, dia menariknya dan bertambah geram.

"Lo gila! Lo kira gua bayi!"Elang membuang benda yang ada ditangannya itu, tidak salah lagi, Max menyumpal mulutnya dengan pacifier bayi yang entah dari mana ia dapatkan.

Max yang tadinya tersenyum merubah wajahnya, dia sedikit mencengkeram rahang Elang," jangan menguji kesabaran ku baby, kau tidak mau rahang ini hancur bukan? Menurutlah."

"Ssst..."Elang meringis, cengkraman Max sungguh tidak main-main, dia mengakui itu.

Melihat bayinya kesakitan, Max melepaskan tangan yang mencengkeram rahang mungil itu, mengelusnya pelan dan mengecupnya lama, kali ini Elang diam, dia sedikit takut dengan Max, hanya sedikit tidak lebih.

"Maafkan aku, jangan mengulanginya dan aku tidak suka kau menolak permintaan ku, mengerti baby."

"Emang gila ni orang, dikira gua bayi apa! Sialan tahu gini gua harus bisa kabur dari dia!"Elang menggerutu tidak jelas dalam pikirannya, wajah yang cemberut itu sungguh menggemaskan dimata Max.

Max tidak tahan dan mengecup seluruh wajah Elang, saat akan mencium bibir mungil itu, Elang menahannya, "gila lo! Ini untuk pacar gua!"

Lagi? Apa Elang tidak mengerti maksudnya tadi, kenapa berbicara kasar lagi, dan apa itu pacar, dalam kamus Max tidak ada sebutan pacar, bayinya tidak boleh pacaran atau menikah, karena Elang harus tetap menjadi bayi.

"Baby..."

Rasanya Elang ingin menangis, Max sungguh menakutkan, kemana mental tangguh yang dia punya.

"Ken tolongin gua..."

Sedangkan diluar kamar Max, Ken berusaha untuk membuka pintu itu, mendegar dari bawahannya jika Max membawa Elang dengan paksa membuat dia tidak suka.

Tapi kenapa pintu ini tidak bisa dibuka, pantas saja dia tidak melihat Max tadi, ternyata ini sudah direncanakan.

"Keluar kau Max! Kembalikan putraku!"

"Maksudmu cucuku?"

Ken berbalik saat mendegar seseorang menyela ucapannya, alisnya menukik saat melihat pria paruh baya didepan ini."Untuk apa kau kemari?"

Vote →comment→ follow

Typo? Tandai!

Double nggak?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang