Kembali-20

3.5K 461 50
                                    

Elang ingin kabur saja, dia tidak bisa bergerak sekarang, tangan besar yang melingkari pinggangnya itu membuat dia tidak bisa pergi dari pangkuan orang yang tadi menyebutkan dengan nama Max.

"Lepas!"

"..."

"Lepas nggak! Emm!"

"Makan."Max menyuapi Elang dengan sesendok nasi. Jadi Elang tidak bisa berbicara sekarang.

"Max! Kau menyakiti baby!"Tidak bisakah pelan sedikit? Bagaimana jika nanti bibir Elang terluka? Ken tidak habis pikir dengan anak sulungnya ini.

"Abang..."Nathan menutup mulutnya, ingin protes tapi tatapan mengimintidasi dari Max membuat dia tidak bisa berkutik, sungguh menyeramkan, dia memalingkan wajahnya dan memakan suapan dari Gio, abang pertamanya itu tidak bisa diajak bernegosiasi.

"Sakit?"Max berucap pelan ditelinga Elang.

"Bego! Iyalah! Kegigit bibir gua!"

Zoya dan Nathan saling memandang, berani sekali Elang, mereka saja tidak berani memprovokasi Max.

Max mengelus bibir mungil milik Elang, dia membawa wajah  Elang kearahnya, "mau aku sembuhkan?"

"Max, sudah cukup! Elang makan makananmu."Ken mengambil paksa Elang dari anaknya itu, sembuhkan apanya, dia tahu kegilaan anaknya, tidak beres, Elang tidak akan terbiasa dengan sikapnya itu.

Rasanya lebih baik daripada Max, Elang tidak ingin lepas dari Ken sekarang, Ken lebih baik dari pada Max.

"Tidak apa-apa?"Mengusap pelan bibir Elang.

"I-ya."

Ken mulai menyuapi Elang makan, sepertinya meninggalkan Elang tanpa pengawasannya tidak bisa dibiarkan, bisa saja nanti Max akan mengambil babynya, karena yang paling tidak menuruti Ken adalah Max, dari semua anaknya, hanya Max yang selalu bertindak sendiri, dan itu membuat Ken tidak suka.

Sarapan selesai dengan singkatnya, hari ini semua anak-anak Ken akan pergi kesekolah,  jadi dengan sangat terpaksa mereka harus meninggalkan Elang atas perintah daddynya.

"Lulun nanti kita main lagi..."Zoya ini sungguh aneh, seperti pergi jauh saja, dia bahkan menangis sekarang karena tidak mau meninggalkan Luna.

"Iya, tapi kenapa Zozo nangis?"Tentu saja Luna bingung, biasanya jika pergi kesekolah menyenangkan bukan?

"Aku nggak mau ninggalin kamu!"Zoya memeluk Luna dengan erat, enggan rasanya meninggalkan Luna.

"Cepatlah, jika lama aku tinggalkan!"Zain merenggut kesal, adiknya ini... Ingin sekali dia meninggalkan dan pergi terlebih dahulu tapi daddynya tidak mengizinkannya, harus berangkat bersama.

"Ck!"Zoya melirik sinis Zain, dia kembali memandang Luna dengan sedih, "ikut aku kesekolah aja deh."

"Jangan macem-macem ya! Ibu nggak boleh ikut sama kamu!"Sekolah yang benar saja, untuk apa pergi kesekolah, Elang tidak bisa mengawasi ibunya nanti.

"Ihh Elang sayangku cintaku imutku babyku, kamu juga mau ikut ya? Boleh kok!"Zoya sedikit mencubit pipi Elang.

"Nggak! Sana pergi!"Elang memeluk ibunya, sekolah, Elang sudah muak dengan namanya sekolah, bahkan dia tidak ingin mendengar nama itu lagi, mengingatkan dia tentang masa lalu yang begitu kelam.

"Kakak! Elang nggak boleh ikut, kalo ikut Nathan sama siapa!"Protesnya, sepi sekali jika tidak ada Elang dan Luna nantinya.

"Zoya! Kita sudah terlambat!"Zain mengklakson mobilnya beberapa kali, kesal sudah dirinya.

Ken mengusap rambut Zoya,"jangan membuat kakakmu marah, masuk kedalam mobil."

Zoya cemberut, "nggak usah sekolah ya dad... Iya-iya! Sekolah!" Menghentakkan kakinya kesal, tatapan daddynya itu tidak bisa diajak kerja sama, dari pada dia harus dimarahi oleh daddynya lebih baik dia menurutinya bukan?

Zoya masuk kedalam mobil,dia melambaikan tangannya pada Luna, "nanti aku pulang cepat ya! Bye bye! Muach..."

"Iya! Nanti makan es krim lagi ya!"

"Iy..."

Tidak mendegar suara Zoya lagi karena Zain sudah menginjak pedal gas, bahkan mobil itu sudah mulai menjauh.

Ken melihat sekitar, dimana Max? Sudahlah tidak penting, sekarang waktunya untuk bersantai bersama keluarganya.

"Bagaimana jika kita menonton film?"

"Lalang! Lalang! Film itu apa?"Luna menangkup wajah Elang dengan raut wajah bingung.

Elang menghela nafas pelan, bahkan film saja ibunya tidak tahu, benar, bukan tidak tahu tapi tidak pernah melihat, kapan mereka akan punya waktu menonton film, bahkan saat waktu bersantai saja para iblis dirumah Jason menyiksa mereka, sebegitu rendahnya mereka? Sepertinya itu terbalik, Jason lah yang rendahan itu.

Nathan memandang Ken dengan raut bertanya dan Ken menjawab dengan seadanya, Luna belum pernah menonton film.

"Kalo gitu ayok ikut Nathan! Nathan ada koleksi film seru! Lulun pasti suka!"

Luna melompat kegirangan, kata seru sungguh membuat dia senang, pasti itu sangat menyenangkan.

Ken mendorong kursi roda Nathan, sedangkan Nathan memegang tangan Luna, Elang? Dia mengikuti mereka dari belakang.

Sesi nonton film pun dimulai, dengan banyaknya cemilan disana, membuat menonton film serasa lebih menyenangkan.

Nathan dan Luna duduk lesehan, mereka sungguh fokus menonton film sekarang.

Ken menatap Elang yang duduk disofa, dia melihat tatapan Elang hanya tertuju pada Luna, sepertinya dia tidak tertarik dengan film yang ditayangkan itu.

"Kenapa baby? Apa kau memikirkan sesuatu?"Ken mengusap surai yang sedikit lembut itu, sepertinya dia harus membeli segala sesuatu untuk keperluan Elang agar anak itu lebih cepat menjadi bayinya dan berisi pastinya.

"Nggak usah pegang-pegang!"Elang menghindar, tapi Ken terus saja melakukan itu membuat Elang malas dan hanya diam kali ini, sudah lelah rasanya terus menghindar.

"Apa kau butuh sesuatu?"

Elang diam sebentar,"butuh duit."

Ken tercekat, uang, untuk apa Elang memerlukan uang?

"Ya butuh, kalo nggak mau ngasih ya udah!"Kesal Elang," kalo gua nanti terjadi sesuatu kan gua ada pegangan, nggak kayak orang susah gini, sekali-kali manfaatin orang kaya apasalahnya."

"Baiklah, mau berapa?"

Elang melirik sebentar, "beneran?"

"Tentu, apapun, mau berapa?"

"Satu triliun!"Asal Elang, dia memandang kearah Luna kembali.

"Baiklah."Ken mengeluarkan sesuatu dan menyerahkannya pada Elang.

"Apa ni?"

"Didalamnya ada satu triliun."

Elang tersedak ludah sendiri, dia memandang kartu yang diberikan oleh Ken, yang benar saja, Ken memberinya cuma-cuma! Kaya sekali bapak duda satu ini.

"Kurang?"

"Eh cukup! Cukup kok, makasih ya."Sedikit ada senyum yang Elang berikan pada Ken.

"Tapi harus ada...."

Elang sudah tahu itu akan terjadi, Ken langsung meminta sesuatu, dia mencium Ken sekilas.

"Udahkan? Makasih ya!"

Ken diam, dia selalu saja dikejutkan oleh bayi yang baru dia ketahui pecinta uang ini, semakin tertarik saja dengan bayinya ini.

"Kau tidak bisa kabur dariku baby."Sepertinya Ken memprediksi jika Elang ingin kembali kabur suatu hari dengan uangnya itu, tidak akan dia biarkan.

Sedangkan dalam pemikiran Elang, dia memikirkan bagaimana cara memindahkan uang yang ada ditangannya ini, "jaga-jaga, dirumah ini semuanya nggak bener, bisa gila gua lama-lama, walaupun mereka semua baik."Elang tidak memungkiri itu, tapi permasalahannya belum berakhir semudah ini, Jason dan keluarga utama William lah yang menjadi masalahnya,"takut Ken mati sama Jason."Aneh sekali pemikiran Elang ini tentu saja itu tidak akan terjadi.

Vote→comment →follow

Lagi?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang