Kembali-2

4K 515 71
                                    

Seseorang mencari sesuatu didapur, ia melihat kesana kemari dan tidak menemukan apapun.

"Tidak ada, Lulun lapar..."

Dia Luna, ditengah malam ini ia terbangun karena rasa lapar yang melanda dirinya, benar belum makan, ia belum memakan apapun, sedari pagi.

"Pasti Lalang juga lapar, apa Lulun ambil buah itu aja? Tapi kata yang lain tidak boleh sentuh."Wajah Luna kembali murung.

Luna berpikir sejenak, dahinya mengkerut dan setelah itu meyakinkan dirinya,"ambil satu aja untuk Lalang, dia juga belum makan."Luna pergi kearah meja makan yang memang diatasnya sudah ada bermacam buah-buahan.

Saat ia akan mengambil buah itu, ia dikejutkan dengan suara seseorang.

"Kenapa kau mengambilnya!"Dia salah satu maid yang bekerja dengan keluarga Sanjaya.

"Lulun mau satu, boleh ya Lulun dan Lalang belum makan."

"Apa urusannya denganku! Kan sudah ada di peraturan jika maid tidak boleh sembarangan mengambil makanan tuan rumah! Apakah kau bodoh!"Maid itu langsung menepuk jidatnya, "oh iya kau kan memang bodoh!"Sinisnya.

"Tapi Lulun lapar..."Ia menunjukkan perutnya yang berbunyi itu.

"Oh lapar, sini ikut aku!"

"Ikut kemana?"

"Udah ikut saja bodoh!"

Luna mengikuti maid itu kedapur, ia bisa melihat maid itu mencari sesuatu hingga ia memberikan pada Luna.

"Nih roti! Makan!"

Mata Luna berbinar saat melihat roti tawar yang diberikan oleh sang maid, ia ingin mengambilnya tapi ditarik kembali oleh maid itu.

"Laparkan? Nih makan ni roti!"Maid itu membuang roti itu kelantai dan menginjakkan hingga hancur.

"Itu makan! Nggak bersyukur ya kamu! Aku sudah kasih roti bagianku!"Marahnya pada Luna.

Luna menatap roti yang sudah hancur itu,"tapi kata Lalang kalau makanan jatuh tidak boleh dimakan."

"Siapa yang bilang! Mana ada begitu! Anak kamu itu bohong! Liat, sayang kalau tidak dimakan, cepat! Aku sudah memberikan bagian ku untukmu! Jadi makan!"Maid itu menendang-nendang roti hingga roti itu terseret lantai dan bertambah hancur.

Luna menatap kembali roti itu dan menatap perutnya, ia sangat lapar, maid ini juga baik sudah memberikan roti bagiannya untuk dirinya jadi ia dengan semangat mengangguk,"terima kasih!"

Luna berjongkok dan memungut roti yang masih utuh, ia kembali memasukkannya kedalam kertas, mendongak,"terima kasih, nanti Lulun bantuin kamu kerja."

"Haruslah! Itu kan memang tugas kamu!"

Luna memasukkan roti itu dan memakannya, sedangkan maid itu hanya tersenyum remeh.

"Sialan! Ibu!"

Teriakan itu mengagetkan kedua orang yang berada disana.

Elang, tidak bisa menahan air matanya yang turun, ia segera berlari dan membuka mulut Luna, mengeluarkan roti yang telah ia makan sebelumnya.

"Keluarin! Keluarin bu!"

Wajah Luna memerah, ia tersedak saat jari-jari Elang mengobrak-abrik mulutnya, dan berhasil, ia memuntahkan roti yang ia makan.

Mata Elang memerah, rahangnya mengeras diikuti tetesan deras dari air matanya, menatap nyalang sang maid yang baru saja melakukan hal yang tidak pantas itu.

Harusnya ia tidak tertidur, awalnya ia ingin pergi dari sini, tapi ibunya tidak mau karena takut akan gelapnya malam, tidak sengaja ia tertidur dan kehilangan ibunya disampingnya, mencari kesana-kemari hingga tidak sengaja melihat kejadian didepan matanya ini.

"Kurang jar lo! Nggak punya hati! Nggak punya hati lo ngelakuin gini! Ibu gua punya salah apa sama lo anjing!"Teriaknya didepan wajah maid itu.

Maid itu sedikit melebarkan matanya saat melihat jika ada sesuatu yang berbeda dari Elang, kenapa anak itu sangat berani?

"Memangnya kenapa! Dasar bodoh! Ibu dan anak sama-sama bodoh! Itu pantas untuk kalian karena sudah membuat kediaman Sanjaya tidak  seperti dulu lagi!"

Mengepal tangannya dengan kuat, kali ini, detik ini Elang tidak akan mengedepankan hatinya agar tidak menyakiti wanita, sudah cukup! Belajar dari kesalahan masa lalu, biarlah dia tidak menuruti orang-orang yang mengatakan jika tidak boleh menyakiti wanita.

Mata Elang bertambah memerah, ia mengangkat tangannya dan mencekik maid itu.

"Lo pikir lo itu apa! Seenak jidat lo buat ibu gua gini! Siapa lo!"

"Aaaa! To-long..."Maid itu mencubit dan sesekali memukul Elang, tapi tetap saja ia tidak bisa melepaskan cekikikan yang kuat dari tangan Elang ini, rasanya tidak bisa bernafas.

"Nggak punya hati! Ibu gua salah apa?"Elang terisak, ia membenturkan kepala maid itu pada dinding berkali-kali.

"La-lang...Lalang kenapa pukul! Takut..."Lian menutup kedua telinganya, ia menangis melihat Elang yang seperti itu, seperti tuannya.

Elang yang mendegar jeritan Luna bukannya menghentikan ia bertambah membenturkan kepala maid itu hingga sekarang sudah mengeluarkan darah.

"Dia manusia! Lo nggak seharusnya memperlakukan ibu gua kayak binatang! Ibu gua cuma mau minta makan! Kalo lo nggak mau kasi jangan gituin ibu gua! Dia nggak tahu apa-apa! Kenapa lo nggak punya hati! Apa lo nggak pernah punya orang tua! Apa lo nggak pernah punya ibu! Jawab! Jawab gua! Kenapa lo ngelakuin ibu gua kayak binatang!" Elang memukul dadanya, dadanya terasa sesak, perlakuan orang-orang terhadap Luna sungguh tidak pantas.

Mereka memperlakukan Luna bagai binatang hina yang harus dijauhkan, bahkan mungkin lebih sadis dari pada itu.

Maid itu sudah pingsan atau mungkin mati? Tidak tahu tapi yang pasti kepalanya berlumuran  darah dan berjejer dilantai, saat itu juga para maid dan yang lain juga datang mendegar suara  teriakan.

"Apa yang kau lakukan!"

Vote→Comment→Follow

Lagi?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang