Kembali-51

2K 365 45
                                    

Pria yang sedang terikat di kursi itu membuka matanya saat ia merasa wajahnya di siram oleh air, tapi entah kenapa seluruh tubuhnya menjadi perih.

Ia memelototi orang yang berada didepannya ini, kenal dengan penghancur kehidupannya, Elang, anak pembawa sial.

"Kau! Lepaskan aku!"

Bukan hanya ada Elang saja disana, Ken, King, Gio dan Max juga berada dibelakang Elang, mereka hanya melihat Elang yang akan melampiaskan emosi yang sudah ia pendam selama ini.

Jason, pria yang terikat itu tidak berhentinya berteriak seperti jalang ingin minta dilepaskan ikatan yang berada ditubuhnya.

Elang meninju rahang Jason sekuat tenaga yang ia punya sekarang, "Elo orang yang paling terbrengsek yang pernah gua kenal! Kenapa elo ngelakuin ini ke gua!"

Elang pernah hidup sekali, dia juga sudah bertemu dengan orang yang tidak tahu akan jati diri, seorang jalang, seorang pembunuh, manipulatif, pendosa dan banyak lagi, tapi  ini Jason melewati batas!

Jason pria paling brengsek, sialan atau umpatan apa lagi yang Elang sematkan padanya.

Kenapa harus ibunya?

Kenapa dia tidak menyalahkan orang yang membuat hidup dia hancur!

Kenapa harus Luna!

Luna itu wanita yang bahkan tidak tahu apa-apa tentang dunia, tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa sakit.

Tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan kebencian.

Dia hanya manusia polos yang paling baik sedunia! Bukan, Elang mengakui jika Luna adalah manusia dari surga yang entah kenapa bisa diturunkan ke bumi.

Apa ini karma masa lalu?

Tolong tuhan, kenapa harus Luna!

Kenapa harus Luna yang menderita disini.

Mempunyai orang tua yang hanya menginginkan harta duniawi.

Mempunyai anak yang bodohnya melewati batas!

Kenapa orang-orang yang dekat dengan Luna itu sangat brengsek!

Elang juga mengakuinya, ia adalah orang yang paling bodoh, paling bebal, paling sialan karena tidak bisa menjaga Luna.

"Ibu gua salah apa!"  Elang memukul kepala, dada, dan seluruh tubuh Jason dengan apa yang ia punya pada tubuhnya, kaki dan tangan itu ia lampiaskan untuk memukul dan menendang Jason.

"Kenapa elo nggak bunuh gua dengan ibu gua dari lama! Kenapa elo nggak bunuh!"

Kenapa harus sekarang? Setelah ia berpindah tubuh pada tubuh Elang yang bodoh ini, yang tega meninggalkan Luna sendiri di bumi ini, kemana bajingan satu itu.

Tidak pernah muncul di depan Elang, kenapa Elang terus saja merasakan sakit pada dadanya, ini bukan perasaannya, ia tahu! Ia tidak bodoh! Elang sudah tahu seluk beluk tentang tubuh dan hati seseorang, karena ia pernah mengalaminya.

"Kenapa! Jawab!" Elang menangis dan berteriak, suaranya sudah hampir habis.

Laki-laki tidak boleh menangiskan? Tapi Elang tidak sanggup, ia mengakui jika ia bukan laki-laki sejati, ia bahkan tidak sanggup melindungi ibunya.

Pukulan Elang bertubi-tubi, Jason tidak bisa berbicara karena merasakan kesakitan, bahkan sekarang wajahnya sudah membengkak, memerah,  dan berdarah, mulutnya juga mengeluarkan darah karena tendangan Elang pada perutnya, mungkin organ dalamnya terluka, tapi tetap saja Elang tidak puas, ia memukul Jason dengan barang yang ada didekatnya.

"Ka-u, da-sar an-ak"

"Nggak! Gua... nggak sudi! Gua nggak Sudi jadi anak elo! Kalo gua bisa milih ... gua lebih milih jadi anjing yang dilahir dijalan! Gua nggak sudi! Elo bukan siapa-siapa gua! Jangan sebut gua anak sekalipun elo nyebut gua anak pembawa sial! Gua nggak sudi!"

Elang mencengkeram rahang yang kokoh itu, kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kulit Jason, sangking kuatnya cengkraman kuku itu.

"Elo benturin kepala ibu gua kan! Rasain benturan yang pernah ibu gua terima!"

Elang sekuat tenaga menarik kursi yang diduduki Jason, ia menggeret kursi itu agar lebih dekat ke dinding. Membenturkan kepala Jason dengan kasarnya.

"Ini untuk ibu gua!"

Ken dan lainnya hanya bisa memalingkan wajah mereka, seberapa rasa sakit yang Elang terima hingga jadi seperti ini.

Mereka tidak kuat melihat Elang menangis, rasa sedih Elang juga dapat mereka rasakan, kenapa Elang dilahirkan pada keluarga sebajingan ini.

Tidak, Elang tidak meminta lahir, ini bukan kesalahannya, dunia memang tidak adil bagi Elang dan Luna.

Ingin rasanya Ken, King, Max dan Gio mengikuti Elang memukul Jason, tapi mereka tidak mau melakukan itu, biarkan Elang berpuas diri.

Jason ingin berbicara tapi tidak berdaya, kepalanya sakit, perutnya terasa keram dan bahkan matanya sekarang sedikit menggelap.

"K-au pi-kir ak-u mau ... aku juga tidak mau kau lahir! Aku tidak mau! Kau menghancurkan apa yang aku cintai selama ini! Pernikahan ku! Pernikahan ku dengan istriku! Kau tidak mengerti karena kau belum dewasa! Kau tidak mengerti Elang! Kau tidak mengerti betapa sakitnya saat orang yang kau cintai itu ingin mengakhiri hidupnya dan menjauhi ku!" Jason menangis, ia menatap Elang penuh kebencian, Bianca, Aksa, Adrian semuanya menjadi korban karena ulah Elang, karena adanya Elang, dia penyebabnya.

"Diam!"Elang menarik nafas, ia mengusap air matanya, "Gua!"Tunjuknya pada diri sendiri, "Gua lebih tahu dari pada elo! Gua tahu kasih sayang itu apa!  Gua tahu! Lebih tahu dari pada elo yang hanya mentingin diri elo sendiri! Lo hanya peduli sama pernikahan elo dari pada anak-anak elo! Gua tahu itu! Gua tahu! Jadi jangan bawa anak-anak elo!"

Biarpun Elang membenci Aksa dan Adrian, ia tahu benar jika Jason hanya mementingkan pernikahannya sendiri, jika tidak Elang tidak akan melihat Aksa yang kehilangan sosok ayah dan ibu, Aksa tidak mungkin bisa sekasar itu, Jason dan Bianca lah yang hanya mementingkan diri sendiri dalam kasus ini, egois! Mereka benar-benar egois!

"Dan gua lebih tahu kalo elo nggak akan pernah berubah! Elo bajingan! Apa yang elo harepin Lang! Elo mau ibu dan Jason bersatu kan? Iya! Itu yang elo mau! Kenapa elo nggak kasih tahu apa yang elo mau! Kasih tahu gua! Kasih tahu gua brengsek! Dada gua sakit! Gua nggak tahu lagi alesan elo yang nggak mau muncul!"

Elang memukul dadanya sendiri, sesak, lagi dan terus berulang, alasan apalagi ini, Elang tidak tahu harus memikirkan hal apa membuat ia bisa sesakit ini, memukul Jason? Sudah ia lakukan tapi kenapa rasa sesak dalam dihatinya bertambah parah! Ia seperti akan mati karena dikejar-kejar ketakutan.

Baik Ken, King, Max dan Gio panik melihat Elang yang sekali lagi menyakiti dirinya, mereka tidak mengerti apa yang di ucapkan Elang, apa maksudnya dengan perkataan Elang, tapi Elang lebih penting.

"Elang tenang ..." Ken selalu waspada, ia membawa obat bius yang berada dijarum suntik, ia terpaksa melakukan ini, dada Elang sudah membiru karena ia memukulnya dengan sekuat tenaga, kenapa Elang bisa lepas kontrol seperti ini, ada yang salah.

Vote →comment →follow

Typo? Tandai!

Lagi?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang