Kembali-36

2.3K 387 66
                                    

Setelah makan malam, para tetua berkumpul di ruangan kerja Ken, biasanya mereka akan bersama anak-anak tapi kali ini adalah hal yang serius, baik Ken maupun King penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Luna, tentang mereka yang diberlakukan tidak benar oleh keluarga Jason, apalagi mengetahui bahwa baby merekalah yang dipukul itu.

"Aku sudah mengambil rekamannya."Max meletakkan laptop itu diatas meja, Ken, King dan Gio mendekat.

"Ini salah satu rekaman dari kediamannya."Max sedikit berbicara dengan suara menahan amarah, "mereka brengsek."Memutar rekaman itu.

Disana mereka bisa melihat Jason, Adrian dan Aksa tengah makan malam bersama, tidak ada yang aneh dalam rekaman itu tapi tiba-tiba saja Luna datang memegang tangan Jason.

"Tuan boleh Lulun minta makan? Lulun lapar eh bukan, bukan Lulun lapar tapi Lalang, dia sakit perut."

Jason menyentakkan tangannya dan mendorong Luna hingga Luna terjatuh ke lantai.

"Sialan! Dasar jalang kenapa kau menyentuhku!"Jason jijik saat Luna menyentuhnya.

"Aduh! Tuan tolong minta makan, Lalang sakit perut, dia lapar, satu piring aja.." Luna mencoba bangun dan meraih tangan Jason.

"Apa peduliku? Mau dia mati sekalipun aku tidak peduli! Sudah aku katakan bukan jika kau hanya boleh makan dua hari sekali! Dan jatahmu sudah habis!"

Luna memeluk kaki Jason,"tuan tolong... Lalang panas, dia mau makan juga... Tolong tuan..  "Luna menangis, dia tidak tega melihat Elang meringkuk didekat balkon.

"Lepaskan! Mau makan?"

Mata Luna berbinar, dia mengangguk berulang kali."Mau tuan! Mau!"

"Baiklah makanlah ini! Makan!"Jason menarik rambut Luna, dia mendorong kepala Luna ke piring dan menekannya.

"Makan itu! Makan! Kau mau makan kan? Makan sampai habis!"

Wajah Luna bergesekan dengan makanan itu, makanan itu juga tumpah kemana-mana.

"Makan! Kenapa tidak makan! Aku sudah baik memberikan kau makanan kenapa tidak makan! Makan bajingan!"

"Hmm!"Luna tidak bisa berbicara, wajahnya sudah berantakan dengan nasi dan lauk yang berada dipiring.

"Sudah kan? Dengar! Jika kalian memberikan makanan tanpa seizin ku, aku akan membuat kalian lebih menderita dari pada dia!"

Jason pergi setelah berbuat seperti itu, Adrian tampak tidak bergerak dari mejanya tapi setelah itu dia pergi membawa Aksa dalam gendongannya.

Luna menyeka wajahnya, matanya sedikit perih, raut yang tadinya sedih menjadi gembira, dia mengambil piring yang sudah berserakan itu.

"Tuan suruh makan, jadi harus makan!"Luna tampak mengumpul nasi yang berserak dimeja dan di lantai itu, dia memakannya dengan tangannya, nasi yang tadinya berserakan begitu bersih karena Luna memungutnya dan memasukkannya ke dalam mulut.

Luna melihat kedalam piring, ada sedikit sisa nasi disana, "Lalang lapar!"Dia mengambilnya dan buru-buru berlari meninggalkan ruang makan itu.

Rekaman beralih pada sebuah balkon yang disana tampak Elang sedang meringkuk, tubuhnya tampak mengigil.

Luna tiba dengan piring ditangannya, dia meletakkan piring itu kelantai sebelum membangunkan Elang.

"Lalang! Lalang! Liat! Tadi tuan kasih ini! Dia bilang makan ini, Lalang laparkan?"Wajah Elang tidak begitu kelihatan karena tertutup dengan poni.

"Ibu..."Elang mengusap wajah Luna yang penuh dengan butiran nasi, sedangkan Luna mengambil sendok dan menyuapi Elang makanan.

"Makan Lalang! Lalang lapar!"

Elang terlihat menatap makanan itu sebelum mengangguk, dia membuka mulutnya tapi sendok dan piring itu lebih dulu terbang dan pecah, makanan yang emang sedikit itu berserakan dilantai.

Luna menutup telinganya dan berteriak, dia terkejut mendengar itu.

"Lagi ibu lo buat makan malam keluarga gua hancur! Kenapa sih! Kalian nggak mati!"

"Tuan muda! Kenapa tuan muda buang makanan Lalang?"

"Makanan dia! Udah daddy gua bilang kalian nggak boleh makan! Budeg! Kalo nggak boleh makan nggak boleh makan! Paham nggak!"Aksa dengan tega menarik rambut Elang.

"Sakit kan? Sini biar gua sembuhin!"Aksa membentur kepala Elang kedinding berkali-kali.

"Lalang! Tuan muda jangan pukul! Lalang! Jangan sakit Lalang!"

"Awas! Lo udah buat makan malam gua sama  daddy  hancur! "Aksa menginjak perut Elang,"Makan tuh! Udah nggak lapar lagi kan!"Aksa dengan segera meninggalkan Luna dan Elang dan pergi dari sana.

"Lalang!"Luna memeluk Elang, tampak kepala Elang sudah membengkak karena benturan itu, "Lalang jangan sakit..."

Tap!

Ken menutup laptop itu dengan keras hingga laptop itu retak.

Dia tidak sanggup lagi melihatnya, "lihat? Lihat cucumu itu! Kenapa dia melakukan itu dengan baby!" Mata Ken memerah, hatinya begitu sakit melihat setengah rekaman ini, apalagi jika dia melihat hari-hari yang dijalankan oleh Elang dan Luna.

King juga tidak habis pikir, jika Jason itu tidak akan begitu mengejutkan, tapi ini adalah Aksa, cucunya yang dia anggap sungguh rapuh dan menderita selama ini.

Gio menyeka air matanya, dia mengigit bibirnya, tak sanggup melihat itu, kenapa mereka tega melakukan hal seperti itu.

"Baby begitu menderita bersama mereka, kita harus membunuh mereka."Ucap Max yang ditatap oleh King."Kenapa? Kau tidak rela jika cucumu aku musnahkan?"

King diam, dia marah tapi... untuk membunuh Aksa sepertinya itu bukan hal yang baik, tidak dipungkiri jika dia menyayangi Aksa, kenapa tidak memberikan hukuman saja dulu, yang salah disini hanya Jason, Aksa meniru apa yang Jason lakukan, itu yang dia lihat.

"Kita tidak akan membunuhnya, tapi kita akan membuat mereka merasakan apa yang telah Elang rasakan."Ujar Ken dan pergi dari sana.

Ken keluar untuk menetralkan nafasnya yang memburu, dadanya berdebar melihat rekaman sekilas itu, dia melihat kekurangan keluarga, disana ada anak-anak yang sedang menonton televisi sambil memakan cemilan, rasa hatinya sedikit lebih tenang, Elang sudah aman saat ini dan yang paling penting, dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Elang, siapapun itu.

Vote →comment →follow

Selamat idul Adha semuanya.

Lagi nggak nih?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang