Kembali-3

4K 560 73
                                    

Suara  wanita yang berteriak membuat semua orang yang berjaga di kediaman itu segera melihat, dan saat itu juga seorang pria yang baru saja pulang dari kantor harus membalikkan arah jalannya ketika mendengar suara teriakan ini.

Segera ia melangkahkan kakinya menuju ketempat suara tersebut.

"Apa yang kau lakukan!"

Terkejut saat melihat wanita yang berpakaian maid itu berada dilantai dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.

Jason Sanjaya, tuan rumah kediaman ini menatap tak percaya pada apa yang ia lihat.

"Kenapa kau melakukan ini! Apa kau sudah gila!"

"Lo yang gila!"

Mata Jason melebar saat melihat anak didepannya ini malah menyahutinya, padahal ia tahu betul jika  didepannya ini tidak pernah berani menatapnya.

"Berani sekali kau menyela ucapanku! Sudah berani menunjukkan sifat aslimu! Seperti ibumu itu! Berpura-pura bodoh dan bekerja sama dengan mereka!"

"Jangan pernah nyebut ibu gua gitu!"

Jason tertawa mendengar ocehan dari anak kurus kering didepannya ini, "sudah kuduga kau itu bermuka dua seperti ibumu! Lacur sialan! Jika bukan karena kau keluargaku tidak hancur! Istriku tidak akan pergi dari rumah ini! Dasar anak sial! Bajingan rendahan! Hanya karena hartaku kalian bersikap seperti ini! Miskin rendahan!"

"Anak sial? Kalo lo nggak main sama ibu gua, gua nggak akan ada! Munafik lo! Ibu gua nggak muka dia! Lo menikmati makanya jadi! Cuih! Bilang ibu gua lacur tapi lo nikmatin juga! Sampe jadi lagi!"

"Kau berani sekali!"Jason menarik rambut Elang hingga ia mendongak, "jangan pikir setelah kau dapat bicara seperti sekarang kau kurang ajar padaku! Kau pikir kau siapa!"Satu tamparan dilayangkan pada pipi Elang.

"Kau pikir aku termakan dengan omong kosong mu..."Jason terdorong kebelakang, memegang perutnya yang terasa sakit akibat dari pukulan bocah didepannya ini.

"Sialan! Tahan dia!"

Para bodyguard segera menahan tangan Elang.

"Jangan pukul Elang! Jangan! Lepas!"Luna memukul tangan dan tubuh para bodyguard itu yang menahan Elang.

"Kau pikir mulut kecilmu hebat? Kau pikir kau bicara kepada siapa? Mulut ini harus diajari sopan santun!"Mencengkeram rahang Elang dengan keras.

"Lepas! Lepasin gua! "Elang memberontak, sekuat tenaga ia memberontak, sekuat tenaga pula para bodyguard Jason menahan dirinya.

"Lepas?"Jason tertawa,"baiklah kau minta dilepaskan? Tapi setelah aku memberimu pelajaran!"Satu pukulan didaratkan pada pipi Elang kembali, disusul pukulan pada dadanya dan terakhir pada perutnya.

"Jangan tuan! Jangan pukul Lalang jangan pukul Lalangnya Lulun!"Luna berlutut dan memegang kaki Jason.

Elang menutup matanya, rasa sakit terasa diseluruh tubuhnya, bukan lemah, hanya saja tubuhnya tidak bisa melawan kembali karena tenaganya tidak seberapa, tubuh Elang kalah dengan mereka.

"Lepaskan aku! Kau hama menjijikkan! Kenapa aku bisa tidur dengan hama menjijikkan sepertimu! Sialan! Gara-gara kau juga istriku pergi dari rumah ini! Seharusnya aku membunuh dari lama! Tapi tidak semudah itu membiarkan mu mati dengan cepat!"

"Jangan...jangan pukul Lalang, pukul Lulun aja, Lalang jangan dipukul."

"Cuih! Kau pikir kau siapa yang memerintahkan ku!"

Elang mengepalkan tangannya sekuat tenaga, ia tidak percaya jika Jason meludahi wajah ibunya.

"Kurang ajar!"Dengan sekuat tenaga Elang melepaskan dirinya dari bodygard yang memegangnya, ia berlari dan menerjang Jason hingga terdorong jatuh kelantai.

"Bajingan lo! Lo orang terbajingan yang pernah gua temuin! Kalo lo nggak suka sama ibu gua jangan ngehina dia kayak binatang bangsat!"Elang memukul wajah Jason dengan brutal, hatinya terasa sesak saat melihat didepan matanya sendiri Luna diludahi oleh orang didepannya ini.

"Lalang udah, Lulun takut jangan pukul lagi, jangan pukul."Luna ingin menarik tangan Elang tapi saat ia akan mendekat Elang malah menjauh dan memukul kembali Jason.

"Seharusnya lo yang nggak pantes hidup! Lo nggak punya rasa kasian! Lo pikir ibu gua apa!"

"Sialan!"Dengan kerasnya Elang menginjak dada Jason.

Para bodyguard ingin menahannya tapi tidak bisa karena Elang sungguh brutal.

Setelah menendang kepalanya, Elang segera berbalik menatap ibunya yang ketakutan, tanpa pikir panjang ia segera mengangkat Luna digendongan belakangnya.

Jason meringis kesakitan,"kejar bocah itu! Jangan sampai dia kabur!"

Elang dengan sekuat tenaga mengendong Luna, ia menghindari para bodyguard, pukulan dan terjangan ia hadapi asal Luna tidak mendapatkan itu.

Melihat pagar terbuka tanpa pikir panjang ia segera berlari keluar, berlari sekencang mungkin, sekuat tenaga yang ia bisa.

Setelah berapa lama berlari, ia menoleh kebelakang mencoba melihat apakah bodyguard Jason ada atau tidak.

"Lalang berhenti! Kenapa kita lari-lari."

"Lulun takut gelap."

Duar...

"Aaaa!"

Luna menutup telinganya saat mendegar suara petir, memang keadaan saat ini lebih gelap dan dingin, sepertinya akan hujan.

"Ssst..."Elang menahan rasa sakit pada kakinya, ia tidak memakai alas kaki dan sesekali menginjak kerikil, melihat kebawah benar saja, kakinya berlumuran darah.

Hujan tiba-tiba saja turun membuat Elang, panik, jika ibunya terkena hujan maka ia akan sakit, setelah berlari lebih jauh ia melihat ada sebuah tempat berteduh, sepertinya itu seperti halte atau tempat lainnya, yang jelas disana ada kursi panjang dan atap yang bisa membuat mereka berteduh.

Elang menurunkan Luna, ia melihat wajah Luna yang basah, dengan kaos yang ia pakai, ia segera mengelap wajah Luna.

"Maafin Elang bu, lagi Elang buat ibu dapet hinaan gini."Elang membasahi tangannya dan mengelap kembali wajah Luna, wajah yang diludahi oleh laki-laki itu.

"Kenapa Lalang nangis? Emangnya Lalang udah buat salah ya? Tapi kenapa kita ada disini? Gelap Lulun nggak mau, takut... muka Lalang juga luka, kan udah Lulun bilang kalo nggak boleh pukul tuan, nanti Lalang kena pukul, Lalang nakal!"

Tuhan, bahkan Luna seperti sudah melupakan kejadian yang baru saja menimpanya itu, bagaimana Luna bisa terus tersenyum, menampilkan wajah cerianya.

"Lalang dingin."Luna sudah mulai menggigil, dengan segera Elang memeluknya.

Hanya satu pertanyaan yang ada dibenak Elang.

"Kenapa? Kenapa mereka ngelakuin ibu kayak sampah!"

Luna menggelap air mata Elang, wajahnya yang tadi ceria berubah murung,"Lalang jangan nangis, Lalang lapar ya? Maaf ya, Lulun tadi mau ambil buah, tapi nggak dikasi, tapi Lalang jangan nangis ya, kita pulang lagi, udah ambil makanan baru kita pergi."Luna menyatukan keningnya dengan Elang.

Air mata Elang tidak dapat ditahan, ia segera memeluk Luna, "kita nggak akan kembali bu...kita nggak akan kembali kerumah sialan itu!"

Vote→comment→follow

Udah ya。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Typo tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang