Kembali-18

3.1K 460 37
                                    

Ken, dan pria yang baru saja menangkap Elang berada di ruang tengah sekarang, setelah terjadi keributan, Ken mendapat laporan dari bawahannya jika terjadi sesuatu pada Elang.

Dan sekarang disinilah mereka, hanya diam sedari tadi menatap Elang yang menatap mereka marah?

Luna memeluk Elang, dia melotot kearah pria yang menggenggam tangan Elang tadi, takut jika Elang akan kembali disakiti oleh pria itu.

"Kenapa kau ingin kabur baby?"

Pria yang duduk disebelahnya mengernyit,"siapa?"

"Anakku."

Max Hill William, anak sulung Ken itu menatap sang ayah dengan raut sedikit terkejut, ayahnya mengangkat anak dan dia tidak tahu?

"Kenapa baby..."

"Nggak usah panggil gua gitu ya! Gua bukan babi!"

Ken menghela nafas, dia harus banyak bersabar sekarang, "jadi kenapa kau ingin kabur? Apa kau tidak nyaman tinggal bersama ku?"

"Nggak! Nggak nyaman gua! Biarin gua pergi dari sini ya bangsat!"

Ken sudah tidak sanggup mendegar umpatan yang dilayangkan oleh Elang dia membawa Elang dipangkuanya.

"Lepasin gua! Lepasin!"Elang tentu saja memberontak, dia tidak mau lagi dekat dengan Ken.

Luna yang melihat Elang seperti kesakitan beranjak dari tempat duduknya dan menggigit tangan Ken!" Lepasin Lalang! Jahat! Lepasin!"Luna menangis, orang didepannya ini tidak mau melepaskan anaknya.

Elang juga terdiam mendegar Luna menangis, baru kali ini Elang melihat Luna menangis dengan keras.

"Ibu jangan nangis... Lang nggak suka."Teringat kembali jika Luna akan selalu menangis jika Jason menyiksanya.

Elang dengan kuat beranjak dari pangkuan Ken dia memeluk sang ibu, menenangkan Luna agar tidak menangis kembali.

Elang memandang Ken dengan raut wajah memelas, "gua mohon, gua mohon biarin gua dan ibu gua pergi dari sini, gua nggak mau ibu gua kesiksa lagi, gua mohon sama lo Ken...biarin kita pergi, gua nggak akan nganggu lagi..."

"Apa yang kau bicarakan baby? Kenapa kau memohon padaku seperti ini! Jangan melakukan itu!"Ken sungguh tidak suka melihatnya, melihat bayinya seperti ini.

"Lo sengaja mau ngibulin gua kan! Lo bilang nggak kenal Jason! Tapi tadi siang dia kesini! Lo kenal Jason kan? Lo bawa kita biar lo bisa nyerahin kita ke Jason kan! Jawab! Gua salah apa sama lo! Kita juga nggak kenal kenapa lo ikut campur masalah kita!"

Ken mengumpat, jadi benar ternyata, tadi siang babynya melihat dia dan Jason berbicara.

Sungguh sial! Kenapa bayinya jadi salah paham seperti ini.

"Baby dengarkan aku, ini tidak seperti yang kau pikirkan, aku memang tahu Jason tapi tidak mengenalnya, sebenarnya..."Ken menceritakan yang sebenarnya pada Elang, bukannya tenang Elang bertambah murka.

"Berarti elo juga ada sangkut pautnya dengan Jason! Gua nggak mau lagi ada hubungannya sama Jason!"

Ini sama saja, berhubungan atau tidak bisa kembali mendapat masalah, dan dia dan ibunya bisa kembali mendapat siksaan dari mereka, Elang tidak mau itu terjadi, lebih baik dia hidup berdua saja dengan ibunya dijalanan, setidaknya walaupun mereka kelaparan, dia tidak berhubungan dengan tua bangka sialan seperti Jason!

Ken beranjak dari tempat duduknya, dia mengendong Elang dengan paksa membuat Elang kaget.

"Woy lepasin gua! Ibu! Lepasin gua yang bangsat!"

Plak

Elang terdiam saat Ken malah memukul bokongnya, tapi selanjutnya dia kembali memberontak.

"Lalang! Lalang jangan bawa Lalang! Lalang!"

"Bawa dia ke kamar Zoya."Perintah Max yang dituruti oleh bawahannya.

"Lepasin Lulun! Lulun mau sama Lalang! Lepasin!"

"Tuan muda Elang tidak apa-apa, dia akan mengambil es krim untuk kamu, jadi kamu harus menunggu dikamar nona Zoya."Ucap salah satu bodygard itu.

Luna berhenti menangis, dia melihat kearah bodyguard itu dengan menyelidik," benarkah?"

"Tentu, jadi kita harus menunggu dikamar nona Zoya."

Luna menggelap air matanya, dia segera memegang tangan bodyguard itu, "ayo kita kekamar Zoya!"Sudah dikatakan, membujuk Luna hanya perlu mengatakan es krim, maka dia akan luluh, mereka membawa Luna kekamar Zoya, karena perintah dari tuan muda sulung itu, mereka berani untuk membangunkan Zoya, yang mungkin sedang tertidur sekarang.

Max mengangkat sudut bibirnya tipis, mengigat Elang dia sedikit tertarik dengan bocah yang sudah menjadi adiknya itu,"dia lucu..."

Beralih pada Elang yang terus saja memberontak hingga sampai kekamar, kamar ini adalah kamar Elang, Ken tidak mengantar Elang ke kamarnya karena disana ada Nathan, jika Elang masih memberontak seperti ini bisa saja Nathan terbangun dari tidurnya.

Ken membawa Elang ketempat tidur dan memeluknya erat.

"Lepasin gua ya bangsat!"

Cup

Satu kecupan didapatkan oleh Elang dipipinya.

"Babi!"

Cup

"Anjing!"

Cup

Elang ingin berkata lagi tapi dia langsung menutup mulutnya saat Ken ingin menciumnya kembali.

Ken mengusap dada Elang agar dia lebih tenang, "aku tahu perasaanmu tapi percayalah pada daddy, daddy tidak akan membiarkanmu terluka, maaf sebelumnya tidak jujur Lang, daddy yang salah, maafkan daddy, tapi daddy tidak bisa melihat kau pergi dari sini karena kau bagian dari hidup daddy sekarang." Ken mengecup pelan kening Elang, dia sungguh tidak rela jika Elang pergi dari hidupnya, karena dia sudah sangat menyayangi Elang, Elang adalah bayinya.

Sedangkan Elang dia terdiam, dia merasakan hangat saat di elus oleh Ken," gua kenapa tuhan? Bolehkah gua berharap kalo Ken jadi daddy gua? Tapi dia bukan daddy gua dia orang lain..."Jujur saja Elang sangat nyaman berada di dalam pelukan Elang, selama ini dia pernah bertanya pada dirinya sendiri.

"Tuhan apa rasanya dipeluk sama daddy?"

"Nyaman? Pasti iya, karena dia tempat perlindungan terbesar."

"Tapi kenapa gua nggak pernah ngerasa gitu? Kenapa tempat perlindungan terbesar gua jadi tempat penghancur mental gua?"

"Gua salah apa?"

"Nggak boleh ya gua bahagia aja dikit aja nggak apa-apa."

"Kenapa hidup gua penuh dengan drama yang menjijikkan?"

Elang meneteskan air matanya, dadanya sesak, dia tidak butuh yang Ken berikan padanya dia hanya butuh satu, dia hanya butuh seorang ayah, figur seorang ayah yang dia harapkan selama ini, Elang benar-benar sangat menginginkan itu, sedikit saja, bolehkah untuk kali ini tidak mengecewakan dirinya, dia sudah lelah, lelah berharap pada sesuatu yang mungkin nantinya tidak sesuai dengan harapan.

Dia hanya mau hidup untuk ibunya, Luna yang menjadi tanggung jawab besarnya, tapi bolehkah Elang berharap jika...

Didalam lubuk hatinya yang terdalam dia juga ingin memiliki keluarga yang menyayanginya? Bolehkah? Sekali saja.

Ken memeluk lebih erat Elang, dia tidak tahu kenapa Elang menangis, tapi yang pasti dia tidak akan membiarkan Elang akan mengeluarkan air mata itu nantinya, merasakan nafas Elang teratur membuat Ken melihat Elang kembali.

Dia mencium kening Elang lama, "percaya pada daddy, daddy benar-benar menyayangimu, daddy tidak akan pernah membiarkanmu terluka lagi."Ken mengecup kedua pipi Elang sebelum dia juga menutup mata, ikut tidur bersama bayinya.




Vote →comment →follow

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang