Di ruangan Luna, sekarang Zoya, Zain dan Nathan tengah menunggu kesadaran Luna, sampai saat ini Luna juga belum sadar, mereka benar-benar khawatir.
"Abang, Lulun kenapa lama sadarnya?"
Pertanyaan itu datang dari Nathan yang tidak berhenti menayakan keadaan Luna, Zain juga tidak tahu harus menjawab apa, dia bukan tuhan yang tahu akan semua hal.
"Sebentar lagi akan sadar."Jawaban itu yang hanya bisa ia berikan pada Nathan.
"Lulun... kenapa Lulun belum bangun ... Lulun marah ya sama Zozo..." Zoya dengan mata merah dan hidung penuh dengan ingusan itu tidak berhentinya menangis, ia benar-benar merasa bersalah jika Luna sampai sekarang tidak mau bangun, ini karena dirinya.
"Lulun nggak kengan sama Zozo? Liat, Lupi udah jadi baru ..." Zoya memperlihatkan Lupi yang sudah bersih, seperti baru, tidak ada jahitan yang terlihat ataupun robekan dari perbuatan Jason, semua itu dilakukan oleh profesional agar Lupi menjadi seperti baru.
"Apa Lulun marah sama kita ya bang?" Nathan mendongak, Zain berada dibelakangnya karena sekarang ia sedang di pangku.
"Tidak, Lulun pasti tidak marah, Lulun itu baik." Zain mengeratkan pelukannya, ia tahu Luna seperti apa, Luna itu pasti tidak akan mengerti, wajar saja Luna tidak sadar sekarang, seluruh tubuh Luna diperban dan ia baru saja dioperasi karena tulang rusuknya yang patah akibat tendangan dari Jason.
Menurut dokter, pantauan Luna akan sadar sekitar dua hari kedepan, jika Luna belum sadar maka mereka lah yang akan mati, padahal mereka juga tidak tahu jika kapan pasti Luna akan sadar, jadi mereka akan terus mengawasi Luna. Tidak mau mati ditangan Ken dan King.
Zoya berbaring di pangkuan Nathan yang tengah di pangku Zain, tidak berat jadi Zain membiarkan, jarang sekali adiknya ini akan berdekatan dengan dirinya, ia menjadi kasihan karena mata Zoya sudah tidak baik-baik saja, bengkak di mata itu menunjukkan betapa parahnya kesedihan Zoya kepada Luna, sama seperti hal yang ia rasakan, tapi Zain tidak bisa mengungkapkan, ia tidak mau adik-adiknya berpikir yang tidak-tidak.
Zain sedikit mengernyitkan keningnya, sepertinya ia mendegar suara keributan, ia menoleh kebelakang, melihat pintu masuk itu, didepan ada bodyguard Ken yang sedang berjaga, siapa yang membuat keributan.
Brak...
Zoya, Nathan dan Zain terkejut mendengar itu, bahkan Zoya yang tadinya berbaring langsung terjatuh saat mendegar dobrakan pintu hingga pintu itu rusak.
"Kau! Kenapa kau masuk!"
Adrian, dia Adrian, Zain melihat bodyguard yang Ken suruh untuk menjaga mereka, mereka sudah terkapar dilantai.
"Abang ..."Nathan takut, dia bisa melihat kemarahan yang ada dalam diri Adrian.
Zoya juga begitu, ia langsung waspada dan melindungi Luna.
Zain membawa Nathan duduk di bawah, berlindung di bawah sofa agar ia bisa melawan Adrian.
"Panggil daddy!" Teriaknya.
Zoya mengangguk ia mengeluarkan ponsel dan mencoba menelepon Ken.
Zain menendang Adrian dengan kuatnya, tapi tendangan itu seakan tidak artinya bagi Adrian.
Mencoba sekali lagi, Zain memukul dan dan menendang bagian vital Adrian agar dia terjatuh, tapi Adrian seakan kebal dengan serangan itu.
"Pergi ..."
"Abang!"
"Abang!"
Zain dicekik oleh Adrian dan mengangkatnya ke dinding, kaki Zain tidak jejak pada lantai.
"Lepasin abang Zain!"
"Lepasin!"
Zoya berlari dan memukul punggung Adrian tapi ia malah ditampar oleh Adrian.
"Kakak! Daddy! Tolong! Abang! Jangan sakiti abang Zain..." Nathan tidak berdaya, ia merangkak dengan sekuat tenaga agar bisa mencapai Adrian.
Zain mengakuinya, dia tidak sekuat daddy dan abangnya tapi ia bisa melawan orang yang tidak sekuat Adrian, ia menepuk dan menendang Adrian berusaha agar lehernya dilepaskan. Ia tidak bisa bernafas.
"Dimana Elang! Dimana anak itu! Dia sudah membuat Aksa terluka! Dimana itu katakan!"
Apakah Adrian ini bodoh? Hanya itu yang bisa Zain pikirkan sekarang, bagaimana dia bisa bicara jika sekarang saja lehernya di cekik, tapi tentu saja ia tidak akan mengatakannya.
"Lepasin! Lepasin Zain! Argg!"
"Kakak!"
Zoya yang kembali mendekat mendapatkan tamparan lagi dari Adrian.
"Kakak, lepasin bang Zain!" Nathan berhasil mendekati kakaknya dengan susah payah, kakinya terasa sangat berat dan ia kelelahan.
"Dimana Elang! Jawab aku!" Adrian berteriak dengan marah, adiknya, Aksa terluka parah karena Elang, kepalanya bahkan harus dijahit karena Elang membenturkannya sangat kuat, jika saja tidak cepat ditangani ia tidak tahu hal buruk apa yang akan terjadi dengan adiknya, sudah ia katakan, jika secuil saja Aksa terluka maka ia akan membalasnya, sekalipun nyawanya yang akan mati, karena Adrian benar-benar menyayangi Aksa lebih dari hidupnya sendiri.
Wajah Zain mulai pucat, mulutnya menganga dan mencoba bernafas sebaik mungkin, dadanya begitu sakit karena tidak bisa bernafas.
Vote →comment→ follow
Typo? Tandai!
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...