Kembali-48

1.6K 277 25
                                    

Zain menarik tangannya yang ditarik oleh Adrian, tadi sebelum masuk kedalam ruangan Luna ia lebih dulu ditarik Adrian agar mengikutinya.

"Lepas!"

Adrian melepaskan tangan Zain, ia bisa melihat tatapan Zain begitu benci padanya.

"Siapa yang di rawat disana Zain?"Tanyanya.

"Bukan urusanmu!" Zain tidak ingin melayani Adrian sekarang, ia lebih mementingkan Luna dan Elang.

Ingin berlalu pergi tapi ia ditahan kembali oleh Adrian, "Apa itu Elang? Dia kenapa?"

Apa-apaan Adrian ini, tidak ada angin tidak ada hujan kenapa tiba-tiba seakan peduli dengan Elang, aneh sekali, tapi Zain sedikit membenci Adrian dan keluarganya, ia lah penyebab Luna dan Elang seperti, keluarga Jason!

"Enyahlah!" Zain tidak mau berurusan dengan Adrian apapun itu.

"Zain! Katakan dulu siapa yang ada disana!"

Zain meninju rahang tegas milik Adrian, "Ini untukmu! Tidak tahu malu!"

Adrian tidak bisa mengajar Zain lagi karena ia sudah pergi, ia mengusap rahangnya yang memerah.

"Siapa yang ada disana, apa itu Elang? Atau dia?" Kenapa ia jadi khawatir sekarang, "Apa yang aku pikirkan."

"Abang, abang kenapa disini? Mommy ada didalam, ia mau ketemu abang." Aksa memegang tangan Adrian, ruangan Bianca tidak jauh dari dirinya berdiri saat ini.

"Kenapa kau keluar Aksa, kenapa tidak berisitirahat dengan dia."Adrian membawa Aksa dalam gendongannya, Aksa sudah membaik tapi masih sedikit lemas, sekarang ia dirawat bersama Bianca.

"Mommy cari abang."

Orang tua itu, kenapa dia membiarkan Aksa pergi sendiri, lihatlah seberapa tidak pedulinya Bianca pada Aksa, bahkan ia rela menyuruh Aksa untuk menemuinya, Adrian sungguh muak dengan kepura-puraan Bianca yang selalu mengatakan sayang tapi dibalik itu semua ia berkata sebaliknya, bahkan ia tidak memperdulikan Aksa, ia hanya peduli dengan dirinya sendiri.

"Abang?"Aksa menepuk pelan pipi Adrian, kenapa abangnya ini melamun.

"Kita kembali kekamar."

"Elang!"

Adrian dan Aksa sama-sama menoleh mendegar teriakan itu, mereka bisa melihat Elang berlari dan dibelakangnya ada keluarga  lain yang mengejarnya.

"Elang jangan pergi dulu kondisimu belum pulih! Daddy akan membiarkanmu untuk membalas dia tapi pulihkan dulu kondisimu! Kau butuh istirahat!"Ken mencoba menghentikan Elang yang dari tadi terus saja tidak mau mendengarkan, lihatlah tubuh oleng Elang yang dari tadi ingin jatuh tapi terus dipaksa, ia bahkan tidak mendengarkannya, Elang terus menolak.

"Nggak! Gua mau bunuh dia! Lepasin! Gua akan balas dia! Dia udah bikin ibu gua jadi gini! Gua mau motong kepalanya dengan tangan gua sendiri!"Elang mengigit tangan Ken sekuat tenaga, ia menggelengkan kepalanya yang sakit dan terus menghindar dari Max dan King yang mencoba menangkapnya, bahkan ia mematahkan jarum atau membuang kain yang akan membuatnya tertidur, ia tidak bisa, dia tidak mau main menunggu lama, darah Elang sudah mendidih karena Jason masih hidup.

Zain menerima tamparan pada pipinya saat ini, ia mencoba memeluk Elang tapi Elang mengamuk sekuat tenaga.

"Elang!" Aksa yang melihat Elang langsung menatap penuh kebencian, ia memberontak dan mencoba melepaskan diri dari gendongan Adrian.

"Aksa! Jangan!"Adrian mengejar Aksa yang berhasil kabur, ia segera berlari karena Aksa menyusul Elang.

"Elang!"

Plak ...

"Aksa!"

"Apa yang kau lakukan!"

"Aksa lepaskan Elang!"

Aksa menampar dan memukul kepala Elang, "Dasar jahat ya lo! Gara-gara elo mommy gua masuk rumah sakit! Gara-gara elo mommy gua disiksa sama opa! Elo jahat elang! Elo harus mati! Bajingan! Elo dan ibu elo itu sialan!"

"Aksa! Lepaskan dia!"Adrian menarik Aksa.

Begitu juga dengan yang lain, Ken mencoba melepaskan Elang dari pukulan Aksa.

"Ibu elo itu harusnya mati!"

Elang berhenti bergerak, ia menatap tajam Aksa, kalimat Aksa kenapa begitu menyakitkan dan kenapa Aksa menyuruh dia mati.

Elang mencekik leher Aksa, ia sekuat tenaga membenturkan kepala Aksa ke dinding bata. Ia berteriak di wajah Aksa," Elo yang harusnya mati! Elo yang seharusnya nggak ada! Kenapa elo nyumpahin ibu gua! Bajingan lo! Sialan! Elo mau ibu gua mati! Gua nggak akan biarin itu! Elo yang akan mati ditangan gua!" Elang berteriak di wajah Aksa, ia mencekik dan membenturkan kepala Aksa ke dinding.

"Elang apa yang kau lakukan! Lepaskan Aksa! Sialan! Kenapa kau melukai adikku!"Adrian murka melihat Aksa berteriak kesakitan seperti itu, ia mencoba memisahkan Elang dengan kasar.

Satu pukulan mendarat di pipi Adrian, "Jangan menyentuh bayi ku!"Max menendang perut Adrian.

"Kau gila! Adikku bisa mati! Lepaskan Aksa, Elang!"

Kenapa mereka membiarkan Elang memukul Aksa seperti itu.

Elang melihat kebawah dan mendapati jarum suntik yang ada dibawah kakinya, ia mengambilnya dan mengayunkannya pada mata Aksa.

"Elo yang harus mati!"

"Elang!"

"Ssst..."

Adrian mendorong Elang dan membiarkan punggungnya tertusuk oleh jarum itu.

Adrian menatap Elang penuh kebencian, "Kau!  Ternyata kau memang jahat! Kenapa kau mau menyakiti keluarga ku! Kau berpura-pura! Ternyata Aksa benar! Kau adalah benalu jahat!"Adrian mengusap air matanya melihat kepala Aksa yang sudah berdarah, ia mengendong Aksa dengan tatapan sayu, mencoba agar ia tidak pingsan karena obat bius yang ditusukkan oleh Elang, bahkan jarum yang ada dipunggungnya masih menancap.

Adrian membenci Elang, ia berpikir jika Elang selama ini tidak bersalah tapi saat melihat ini, ia merubah pikirannya, ternyata benar, Elang adalah sumber masalah, Elang sudah menyakiti bayinya.

"Aksa jangan begini bangun .... dokter! Cepatlah selamatkan adikku!"

Vote →comment→ follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang