Kembali-23

3K 435 50
                                    

Elang bergerak gelisah dalam tidurnya, keringat mengalir didahinya membuat wajah mungil itu basah oleh keringat.

King yang menyadari itu segera mendekat, "baby kenapa? Apa kau mimpi buruk?"

Mencoba menenangkan Elang tapi tidak ada tanda-tanda Elang akan bangun, King panik.

"Baby! Dengar opa, ada apa dengan dirimu!"

"Ken! Dimana anak itu! Kenapa lama sekali didalam kamar mandi!"

"Ada apa!"Ken yang mendegar jika King memanggilnya langsung keluar dari dalam kamar mandi.

"Ada apa! Kau tidak lihat! Bayi gelisah dalam tidurnya! Bagaimana ini!"

Ken mendekat mendengar itu, astaga ada apa dengan Elang, "dia demam, hubungi dokter."Apa ini karena ulah Max, lihatlah karena tekanan, Elang menjadi demam seperti ini.

King keluar sebentar saat akan memerintahkan bodyguard dia bisa melihat Max  datang dan ingin masuk.

"Tunggu diluar! Dasar anak nakal! Kau membuat baby demam! Kalian panggil dokter!"

"Baik tuan."

"Demam? Bagaimana bisa?"Max sungguh terkejut mendengar hal itu, dia tidak menyangka Elang bisa demam seperti ini, apa karena dia terlalu membuat Elang tidak nyaman."Biarkan aku masuk..."

"Tidak! Pergilah dan jangan perlihatkan wajah mu itu pada baby, hukuman."Mutlak King.

Sedangkan Max mengangkat alisnya tanda tidak suka, apaan-apaan opanya ini, Ken saja tidak menghukumnya.

"Biarkan aku masuk..."

"Max, kau masuk dalam kamarmu, setelah baby sembuh kau bisa melihatnya."Suara Ken terdengar begitu lantang, tidak boleh ada bantahan dalam kalimatnya.

Max mengepalkan tangannya disisi badan, dia menghembuskan nafasnya dalam, kali ini dia akan mendengarkan daddynya, merasa bersalah karena dirinya yang telah membuat Elang demam, dia harus menghukum dirinya sendiri, pergi dari sana tanpa mengucap sepatah katapun.

"Dimana dokternya! Ini sudah dua menit! Kenapa lama sekali!"King berteriak marah pada para bodyguard yang berjaga disana, mereka hanya bisa menunduk, tidak berani menjawab.

"Ken lain kali pekerjakan dokter dikediaman mu! Kau tidak miskin kan!"

Ken berdecak tidak bisakah orang tua ini diam, tapi saran King tidak buruk, dia akan mempekerjakan dokter, itu lebih baik jika dalam keadaan darurat.

"Apa yang kau mimpikan baby..."

Elang membuka matanya, dadanya naik turun, bibirnya tampak pucat dan Ken bisa melihat tatapan kosong yang Elang pancarkan.

"Baby, kau baik-baik saja?"

"Bagaimana dia bisa baik-baik saja! Kau tidak lihat dia terlihat sesak nafas! Dimana dokternya! Kenapa lama sekali! Potong saja tangannya nanti!"King tampak lebih khawatir dipenglihatan Ken sekarang, ayahnya ini, tidak bisakah dia diam, dia juga khawatir tapi setidaknya harus tenang sedikit agar suasana tidak terlalu panik.

Elang menghela nafas sebentar, perasaan sesak menyelimutinya, tak terasa air matanya mengalir.

"Kenapa? Apa yang terjadi sama gua?" Satu kali, dia kali saat menangis mungkin itu wajar, tapi kenapa rasanya dia ingin terus menangis, sebenarnya apa yang terjadi, dia tidak mengerti tapi tidak ada satupun yang ia mimpikan, hanya perasaan sesak dan ingin menangis."Sebenarnya apa yang salah sama gua? Ini elo kan Elang! Ini elo!  Tubuh lo kenapa? Kenapa lo selalu nangis, apa yang elo takutin, kasih tahu gua!"Elang tidak tahu tapi hatinya mengatakan sesuatu, berdebar dan selalu saja takut, sebenarnya ini perasaan apa, kenapa dia bisa merasa kadang ingin menangis setiap harinya, ini tidak wajar.

Dokter datang dengan keadaan yang acak-acakan, tampaknya ancaman King membuat dokter itu ketakutan setengah mati.

"Periksa cucuku!"

Ken sedikit menjauh, dokter segera memeriksa keadaan Elang yang membuat Elang sadar dari lamunannya.

"Di-a tidak apa-apa tuan, hanya demam biasa."Tangan dokter itu gemetar saat memberi tahu.

"Pergi!"Usir King.

Dokter itu segera meletakkan obat dan pergi dari sana, takut dengan wajah King yang sangat menyeramkan.

"Kau tidak apa-apa baby?"Ken mengusap pelan keringat Elang.

"Nggak usah pegang-pegang! Cuma demam bukan mat..!"Mulut Elang dibekap oleh Ken,  dia menatap Elang dengan tajam, baru kali ini Elang ditatap begitu tajam oleh Ken.

"Jangan mengatakan sesuatu yang buruk baby! Daddy tidak suka!"

Elang mengedipkan matanya sebentar, reflek mengangguk, sungguh menyeramkan Ken sekarang.

"Maaf, sekarang makan dulu sebelum minum obat, ambilkan Elang makanan."Ken menatap King yang membuat King tidak percaya.

"Kau menyuruhku!"

"Siapa lagi? Tidak ada orang lain selain kau disini."

"Ck!"King keluar sebentar,"siapkan makanan sekarang."Dia menyuruh bodyguard yang berada diluar kamar, berani sekali anaknya ini memerintahkan dirinya.

Sedangkan Elang hanya mengernyit, sepertinya dia tahu siapa pria tua itu, pasti dia adalah ayah Ken, tidak sulit menebak, mereka mirip, seperti Ken versi tua, jika saja pria tua itu memakai kaca mata seperti Ken, bisa dipastikan wajah mereka bertambah mirip.

King yang tadi berwajah datar merubah wajahnya menjadi tersenyum, "baby, aku King, opa mu."King ingin memeluk Elang tidak bisa karena bocah itu langsung menghindar.

"Jangan peluk-peluk! Panas tahu nggak! Gerah ini."Elang ingin beranjak dari sana tapi ditahan oleh Ken.

"Mau kemana? Kau masih demam baby."

"Mandilah, orang gerah juga!"Ucapnya dengan santai tidak melihat jika rahang Ken kembali mengeras, Ken mengangkat Elang kepangkuannya," tidak boleh, kau demam!"

"Gua udah sembuh..."

"Bagaimana bisa sembuh jika belum minum obat! Dan ubah bahasamu itu! Kau mau daddy hukum?"

"Nggak takut! Hukum aja..."

Ken mencium pipi Elang, "kenapa lo cium gua!"

Ken mencium pipi Elang berkali-kali,"hukumanmu baby, kau harus dicium!"

"Nggak mau!"Elang pikir hukumannya yang lain, tapi jika begini dia tidak mau, ingat jika Elang paling tidak suka dicium seperti ini.

Ken tersenyum, bayinya ini kenapa begitu lucu.

King tidak bisa tidak cemburu, kenapa Ken mudah sekali untuk mencium Elang sedangkan dia tidak bisa.

"Lalang!"

Elang mengalihkan pandangannya kearah Luna yang datang dengan wajah sembab, kenapa ibunya menangis, dan ada Nathan disebelahnya yang dibawa oleh bodyguard.

"Ibu kenapa?"Elang ingin berdiri tapi ditahan oleh Ken.

Luna mendekat dan menangis, "kata dia Lalang sakit..."Luna menunjuk bodyguard yang menggendong Nathan itu.

"Iya... Daddy adek kenapa?"Nathan juga sangat khawatir sekarang.

"Mana ada sakit bu, dia bohong!"Elang memberikan tatapan tajamnya pada bodygard itu, berani sekali dia membuat Luna menangis, dia saja tidak pernah membuat Luna menangis.

Sedangkan bodyguard itu menutup matanya sejenak,"sudahlah ini hari terakhirku ternyata."Dia bisa melihat tatapan mengimintidasi dari Ken, sepertinya dia akan dihukum nantinya karena membuat Luna dan Nathan cemas.

Vote→comment →follow

Typo? Tandai!

Lagi nggak?

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang