Kembali-72

1.9K 329 28
                                    

Elang membuka matanya, saat ini dia tahu dia ada dimana, tempat ini tempat yang sama saat ia bertemu dengan Elang yang asli.

"Elang ... gua mohon elo keluar ..."

Lang hanya bisa terduduk, seluruh hidupnya rasanya hancur berkeping-keping.

Jadi ini yang ditakutkan oleh tubuh ini, kematian.

Kematian ibunya.

"Lang ..."

Elang mendongak ia mengatupkan kedua tangannya, dengan air mata yang terus saja mengalir, Lang seakan tidak mampu berbicara.

"Gua mohon ... kali ini aja biarin ibu bahagia, jangan bawa ibu, gua mohon ... elo boleh kok ngambil nyawa gua, tapi jangan ibu ... gua nggak sanggup ... gua nggak akan sanggup hidup tanpa ibu ..."

Elang diam seribu bahasa, seakan tak mampu bersuara.

"Ibu udah nahan sakit lama  Lang ... ibu udah berusaha senyum setiap waktu ... dia sudah nggak kuat lagi, aku sudah tidak kuat melihat ibu yang tersiksa setiap harinya, ibu terus mengatakan jika kepalanya sakit, biarin ibu pergi Lang, ibu akan bahagia jika bersamaku ...

"Enggak!"Elang berteriak dengan marah," Elo bilang ibu sakit udah lama! Elo bilang ibu ngeluh sakit! Tapi kenapa ingatan itu nggak ada di gua! Dan apa yang lo bilang tadi?"Elang terkekeh pelan, ia mencibir, "Elo bilang ibu bahagia sama elo? Lo buta! Udah amnesia? Atau emang jiwa elo itu udah nggak ingat lagi! Elo yang ninggalin ibu sendiri! Pengecut lo babi! Elo yang tega ninggalin ibu di kediaman Jason!"

"Kenapa elo ngelakuin itu kalo elo sayang sama ibu! Elo egois anjing! Kenapa elo ngelakuin itu!"

"Kenapa jiwa gua bisa masuk ke tubuh orang bodoh kek elo! Elo itu maunya apa! Elo bilang elo peduli sama ibu! Elo bilang elo sayang kenapa ... kenapa elo ninggalin dia sendirian di rumah bajingan itu tanpa ada yang nolongin ... elo pengecut Elang! Elo pengecut!"

"Setelah ibu bahagia sama gua, elo mau rebut ibu lagi! Nggak bisa!"

Sudah Lang duga, seorang Elang egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, dia tahu jika Luna sudah sakit sedari lama, tapi dia tetap merahasiakannya, dia tahu Luna terus tersiksa tapi kenapa Elang hanya diam, seakan dia sebuah patung yang hanya diukir untuk pemanja mata, tidak melakukan apapun!

"Kalo elo mau mati! Mati aja sendiri! Jangan bawa ibu! Jangan bawa ibu gua ..."

Sebanyak apapun Lang memukul dan meninju Elang, tetap saja ia tidak bisa, tangannya menembus jiwa itu.

"Jangan bawa ibu gua ..."

Elang menunduk, dia memang lemah, tak bisa melakukan apapun, melawan saja dia tidak bisa, saat Luna terus mengadu kepalanya sakit, Elang berpikir ibunya hanya sebatas demam saja, tapi kejadian itu terus berlanjut, Luna juga berbicara tidak jelas, semakin harinya, Elang tahu itu tidak ada yang beres, tapi apa daya?

Bukan hanya memiliki keterbelakangan mental saja, Luna juga memiliki penyakit yang parah, tak jarang Luna selalu saja mimisan, tapi wajah Luna tidak pernah pucat karena penyakit itu tidak pernah ada.

Jangankan untuk memeriksa Luna ke dokter keluar dari kediaman itu saja dia tidak bisa, apa yang Elang punya? Dia tidak punya apapun, bahkan saat dia ingin meminta uang pada Jason, dia dikatakan sebagai bajingan haram yang ingin menguras kekayaan lelaki tua itu.

Dari sana, ia dipukuli habis-habisan dan meninggalkan dunia ini, dunia yang hanya ada ibunya sendiri yang tinggal, tak ada yang membantu ibunya.

Elang bersyukur saat Lang bisa mengeluarkan ibunya dari rumah biadab itu, tapi percuma saja, semuanya sudah berakhir, Elang ingin bersama ibunya, biarkan dirinya bersama ibunya saat ini, Luna telah terluka begitu lama.

Egois? Bisa dikatakan seperti itu, tapi Elang tidak sanggup harus melihat Luna kesakitan, Luna tidak mau mengatakannya pada Lang dan yang lain, seperti takut membuat mereka cemas seperti dulu, waktu Luna mengatakan pada dirinya.

Setiap hari Luna selalu menyembunyikan itu pada mereka.

"Jangan bawa ibu gua ..."

Tak berdaya, Elang juga menginginkan Luna ikut bersamanya.

"Maafkan aku ..." Sosok jiwa Elang lama kelamaan memudar dan meninggalkan Lang seorang diri.

Disisi Ken, ia tengah menenangkan Elang yang mengingau sedari tadi, tiada hentinya dia menyebutkan kata ibu, Elang juga sedikit demam saat ini, mungkin karena di timpa oleh hujan.

Ken melihat anak-anaknya, mereka tengah menangis dalam diam disana, Nathan, Zoya, Zain, dan Max menatap Luna yang tengah berbaring tak berdaya di ranjang itu, wajahnya tampak pucat, tubuhnya sangat kurus, entah kenapa bisa begitu, mereka tidak pernah melihat Luna seperti ini, biasanya ada canda tawa yang bisa mereka dengar dari Luna.

Dokter hanya bisa menjamin kesembuhan Luna hanya 10% saja.

Kemungkinan terburuk Luna bisa tiada dalam sekejap, mereka harus menjalankan kemoterapi untuk kesembuhan Luna.

Ken tidak peduli, mau 1% kemungkinan pun ia akan melakukan segala cara agar bisa menyembuhkan Luna, karena Luna adalah hidup anak-anaknya.

"Luna, ku mohon ... sembuh demi mereka," Ken.

"Lulun ... Zozo sayang Lulun ..." Zoya.

"Nathan juga sayang sama Lulun, jadi Lulun sembuh ya ..." Nathan.

"Aku menyayangimu, Lulun ..." Zain.

"Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi ku harap kau tidak meninggalkan kami."Max.

"Jangan menyakiti mereka dengan fakta yang lainnya, Luna ..."King.

Vote →Comment→ Follow

Typo? Tandai!

KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang